Gita Cinta

495 53 13
                                    

Episode 5.

Mendengar bunyi klakson motor yang dibunyikan sekali, seorang security dengan sigap membuka pintu gerbang. Kemudian masuklah Didi yang mengendarai motor type matic dengan membonceng Gita. Hendra berlari mengejar motor yang dikendarai Didi. Dengan napas yang ia upayakan tidak ngos - ngosan, Hendra berdiri tepat di samping Didi dan Gita yang baru saja turun dari motor. "Maaf nona Gita. Sikap dan perilaku nona menunjukkan sosok yang pembangkang. Dengan keluar pagi buta dan tidak memberitahukan saya maupun orang tua anda." ucap tegas Hendra.

Gita memilih mengabaikan ucapan Hendra. Gadis itu segera dihalangi Hendra yang memasang wajah datar dan tatapan tajam ketika Gita hendak menghindari Hendra. "Saya menghukum nona atas sikap dan perilaku nona ini."

"Kamu mau hukum saya gimana? Kamu siapa? Cuman ajudan! Jangan sok ya kamu! Sok ngatur - ngatur saya!" bentak Gita.

"Serahkan tas nona." pinta tegas Hendra. Didi yang berada di belakang Gita tak bisa berbicara apa - apa. Ia tahu bahwa sosok Hendra ialah seorang pria yang disiplin. Tidak mungkin sembarangan memarahi seseorang.

"Buat apa?"

"Ini hukuman untuk nona."

Gita terlihat begitu kesal pada Hendra. Wanita itu lantas hendak berbalik namun Hendra dengan cepat menahan pergerakan Gita. Dengan cara memegang tangan wanita itu. Namun dengan cepat Gita menghempaskan tangan Hendra. "Jika nona melawan makan hukuman anda akan lebih berat." ucap Hendra dengan nada tegas.

"Aku benci sama kamu!" teriak Gita sembari melempar tas slim bagnya ke dada Hendra.

Gita kemudian pergi menuju ke dalam rumah dengan berlari. Hendra memilih mengambil tas majikannya dan segera pergi meninggalkan Didi. Tanpa sepatah katapun.

..............................

Gita menangis sesegukan di kamarnya. Ia tidak keluar kamar hingga malam tiba. Menghabiskan sepiring nasi beserta lauk pun tidak. Sekarang sudah pukul setengah sembilan malam dan sebuah suara memanggil nama Gita. Namun Gita hiraukan karena gadis itu tengah berdiri di balkon sembari menatap penuh benci pada Hendra.

"Ta, ayo makan sama aku di luar. Om sama tante udah izinin kok. Jangan begitu terus, Gita! Nanti kamu sakit." ucapan Didi belum mendapatkan respon apapun dari Gita.

Gita hanya fokus memandang Hendra yang sedang memomong Elang dan bercengkrama ringan dengan Isyana. "Aku mau loncat dari balkon. Puas lo hah? Puas lo buat hati gue terus hancur?" teriak Gita dengan keras seraya mengambil ancang - ancang untuk loncat dari pagar balkon kamarnya.

Hendra yang tadinya sibuk berceloteh bersama Isyana seketika menoleh ke atas. Ia segera membawa Elang masuk ke kamar dan merebahkan anak bungsunya yang sudah tertidur itu di kasur. "Nana jaga adik ya! Papa harus menyelamatkan nona Gita." ucap tergesa Hendra pada Isyana. Gadis kecil itu hanya bisa mangut - mangut dengan ekspresi wajah datar.

Setibanya Hendra di halaman kecil pavilliun yang langsung mengarah ke balkon kamar Gita. Pria itu berteriak berkali - kali memberitahu Gita untuk membatalkan aksinya. "Tolong nona, jangan berbuat hal.."

"Lo urus - urusan lo sendiri! Jangan pernah hirauin gue!" teriak Gita.

Gita hampir menjatuhkan tubuhnya ke bawah, namun Didi dengan cepat menahan tubuh wanita itu. "Jangan begini Git! Inget aku! Aku kakakmu!" tegas Didi.

..............................

Memulai pagi ini Gita memilih duduk di teras depan. Dosen telah memberitahu bahwa jam kuliah dirubah ke jam malam yaitu pukul 7 malam. Membuat Hendra ditarik Erphan sementara ke kantor. Karena ajudan baru Erphan sedang sakit. "Masih marah sama Hendra?" tanya Anita pada putrinya.

Gita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang