Prolog

258 88 38
                                    

                                              *°¬°*°¬°*°¬°*
Masa kecil itu indah, saat kita hannya memikirkan bermain bermain dan bermain tidak dengan yang lain.
                                                *°¬°*°¬°*°¬°*

Di sore hari yang sejuk ini terlihat dua bocah kecil sedang berlari dengan riang nya menuju atas bukit. Perlahan - lahan kini langit berubah warna menjadi sedikit memerah, menandakan matahari akan segera tenggelam digantikan kerlap kerlip bintang di malam hari.

"Agam tungguin," Teriak gadis kecil terengah-engah.

Seorang bocah laki-laki menghentikan aktivitas lari nya lalu berbalik badan.

Terlihat gadis mungil berambut sebahu dengan poni yang menutupi kening nya dan bando yang tertangkar di kepalanya tengah berlari. Bocah laki - laki itu berdecak kala melihat sahabat kecilnya tertinggal jauh dari posisinya sekarang.

"Yah payah kamu ra. Ayo dong cepetan! Kita kan mau liat matahari tenggelam diatas sana, " Teriak bocah laki-laki bernama Agam tak kalah kencangnya.

Gadis kecil yang dipanggil 'ra' oleh Agam tersebut berlari dengan sekuat tenaga berusaha menyusul Agam.

" A... Ak...u kan cew... ek. Lagian kamu lari nya kenceng banget," Balas nya ngos-ngosan. Tiga menit berlalu kini posisinya telah disamping Agam. Gadis kecil itu memegang lutut nya sembari mengatur nafas yang sekarang terasa sedikit sesak.

"Udah ayo keburu matahari nya tenggelam." Agam kembali berlari meninggalkan gadis kecil itu sendirian.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, merasa kesal dengan sahabat laki-laki nya. Bagaimana tidak, ia lagi-lagi ditinggal oleh bocah laki-laki yang bernama Agam tadi. Dengan sedikit kesal, ia membenarkan letak bando miliknya kemudian berlari mengejar Agam.

*^¬^*^¬^*

Agam menghentikan aktivitas lari untuk kedua kakinya. Mata hitam milik nya menyipit kala melihat bocah  laki-laki  yang seperti berusia satu tahun lebih tua darinya tampak duduk diatas bukit yang biasa ia dan Ara datangi untuk melihat matahari tenggelam.

"Ra liat deh. Tuh siapa ya?"Tunjuk Agam pada bocah laki-laki yang duduk dengan santai diatas bukit.

Masih dengan nafas yang terengah-engah Ara mengikuti arah pandang sahabatnya. Ara terdiam mengamati bocah laki-laki tadi. Seperti asing di mata Ara, ia tidak pernah melihat bocah itu. " Yuk samperin."

Dengan langkah riang Ara menghampiri bocah laki-laki yang ditunjuk Agam. "Hai, " Sapa Ara ramah.

Bocah laki-laki tersebut tersentak kaget mendengar sapaan dari Ara. Ternyata ia sedang melamun sejak tadi. Bocah itu menengok kesamping melihat siapa pemilik suara yang menyapanya.

"Aku Ara." Ara mengulurkan tangannya sembari senyum manis yang mengembang di bibirnya. Bocah laki-laki itupun tersenyum tipis dan membalas uluran tangan Ara.
"Angkasa. Panggil aja Asa, " Balas Angkasa yang hanya diangguki oleh Ara.

Seketika keadaan hening sekejap, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Suasana canggung menyelimuti mereka bertiga. Namun, tak berselang lama suara Ara kembali terdengar memecahkan keheningan yang terjadi.

"Oh iya ini temen aku Agam." Ara memegang bahu Agam memperkenalkan nya pada Angkasa karena  Agam tak kunjung bersuara. Kesekian kalinya Ara tersenyum lalu duduk disebelah Angkasa disusul Agam disebelah nya.

Tanpa Angkasa sadari  air matanya menetes begitu saja.
" Kamu kenapa?"Tanya Ara kebingungan karena secara tiba-tiba Angkasa menangis.

" Bunda,"Itulah perkataan yang keluar dari mulut Angkasa sontak membuat Ara kebingungan. Suara Angkasa terdengar sedikit bergetar.

" Bunda kamu kenapa?"

Hening tidak ada jawaban. Angkasa tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan Ara tadi. Tatapannya masih lurus ke depan dengan air mata yang terus keluar tanpa permisi "Ayah jahat. "

Detik berganti menit, akhirnya perlahan tapi pasti matahari pun mulai tenggelam.

____

Hai guys welcome to cerita aing😂
Gimana gimana awal ceritanya? Garing kayak keripik kan? 🙈
Mohon dimaklumi karena ini cerita pertama aing.

Ini tuh kayak flashback gitu😁

Jangan lupa vote dan komenya
Follow author kalo mau, kalo gak mau ya harus mau😄
Hehehe... Enggh kok terserah kalian aja, saiya gk maksa😊

Salam kenal dari saiya, author amatiran😂
See you next part guys~

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang