*°¬°*°¬°*°¬°
Hidup gue pilihan gue. Jadi gak ada yang bisa mengaturnya, kalaupun ada maka orang itu berurusan dengan gue.~Angkasa langit alvano. ~
___________________
*°¬°*°¬°*°¬°*Jam menunjukan pukul delapan kurang lima belas pagi. Seorang cowok berperawakan tinggi, dengan rambut yang sedikit berantakan tengah berjalan menyusuri koridor kelas 12. Padahal bel masuk sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Rambutnya juga sudah terlalu panjang untuk ketentuan aturan di SMA Tri bakti. Beberapa guru sering menegur, menyuruh ia memotong rambut indahnya itu. Namun terlalu banyak alasan cowok itu untuk mengelaknya, membuat para guru angkat tangan.
Jaket hitam yang melekat ditubuhnya juga baju yang tidak dimasukkan membuat ia terkesan cool berbanding terbalik dengan sifatnya yang agak sebleng. Bahkan tas berwarna hitam dengan gambar kepala tengkorak dan gantungan kunci berbentuk gitar masih berada dipunggungnya.
Siapa lagi jika bukan Angkasa langit alvano, cowok absurd dengan kepintarannya dan selalu membuat onar. Dengan pesonanya sendiri ia dapat memikat hati para kaum hawa.
Kini ia sudah berada didepan kelas 12 IPA 1, ia berjalan memasuki kelas seolah tidak terjadi apa-apa. Pandangan semua yang ada dikelas tertuju padanya. Pak Anton selaku guru matematika itu pun menghentikan aktivitas menulisnya dipapan tulis.
"Dari mana aja kamu Vano!" Suara Pak Anton menglegar didalam kelas mengintrupsi Vano untuk tidak melanjutkan langkahnya.
"Saya dari kantin pak, kan saya laper pak jadi makan dulu biar konsen belajarnya, " jawab Vano dengan senyum yang membuat lesung pipinya tampak.
"Kamu gak denger bel masuk tadi hah?" Pak Anton menggebrak papan tulis, sontak seisi kelas terlonjak kaget kecuali Vano.
"Sabar pak, Bapak Sensi banget kayak cewek PMS. Tadi sih saya denger pak. Tapi Kan saya laper, emang bapak mau saya mati kelaparan?"
"Keluar kamu!" Bentak Pak Anton yang sudah naik pitam akibat tingkah Absurd Vano.
"Eh bapak baik banget sih. Yaudah Pak saya pamit keluar dulu, sebenarnya saya meles juga Pak tadi kesini, " Balas Vano tanpa pikir panjang, lalu menyalami tangan Pak Anton setelah itu memberikan hormat layaknya menghormat pada tiang bendera.
Bukannya berjalan keluar, Vano malah berjalan menuju mejanya yang terletak dibelakang pojok kelas.
" Saya bilang keluar Angkasa langit alvano!"Bentak Pak Anton lagi dengan keras, ia sudah geram dengan tingkah muridnya satu ini.
" Saya mau naro tas pak. " Vano meletakkan tas miliknya di atas meja tempat duduknya. Terlihat Aldo dengan raut wajah sok iba kepadanya.
" Hey bro nitip tas. Gue mau kencan dulu sama mbak sari.----pedagang mie ayam yang terkenal cantik dan tak lupa juga seksi di SMA Tri bakti . "Bisik Vano tepat ditelinga Aldo, tak lupa tangannya menepuk-nepuk bahu Aldo dengan kekuatan super. Aldo hanya meringis menahan sakit akibat ulah sahabatnya, keadaan tidak mendukungnya untuk memaki-maki Vano sekarang.
" Iya udah cepetan keluar sana, sebelum Pak Anton ngamuk lagi. " Aldo mendorong bahu Vano untuk segera keluar sebelum amukan dan bentakan Pak Anton yang membuat gendang telinganya seakan mau pecah.
Sebelum keluar kelas cowok itu menyempatkan dada-dada pada teman-temannya juga Pak Anton yang sudah menatapnya dengan sorot mata tajam, lebih tajam dari silet, lebih tajam dari golok ataupun sejenisnya.
"Mari Pak, Assalamualaikum." Pamit Vano dengan sedikit membungkukan badannya.
°°>~<°°>~<°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen FictionTernyata dunia begitu sempit, hingga setelah beberapa tahun akhirnya kita dipertemukan lagi oleh takdir ~ *** Angkasa langit alvano~ Jika bukan karena kepintarannya, maka nama Angkasa sudah tidak terdaftar lagi pada deretan siswa di SMA Tri bakti, y...