"Bukan mbak. Gue Vano, " Jawab Vano asal.
"Mbak mbak jidat lo. Gue masih kelas sebelas lo panggil Mbak, " Omel gadis itu tak terima. Vano dan Aldo tertawa dengan keras membuat gadis itu menggeram kesal.
Aldo menghentikan tawanya lalu mendekatkan kepalanya ketelinga Vano"Siapa no? cantik. Buat gue aja ya no. Kan lo dah banyak tuh, " Bisik Aldo Yang hanya dapat didengar oleh dia dan Vano saja.
Vano mengabaikan bisikan dari Aldo, ia masih fokus menatap gadis itu. Seperti familiar dimata nya, Vano berusaha mengingat-ingat siapa gadis itu. Namun nihil, ia tidak ingat sama sekali dengan masalalu nya. Menurutnya masalalu tidak perlu diingat-ingat ataupun dikenang.
Aldo pun akhirnya berinisiatif memperkenalkan dirinya sendiri pada gadis tersebut Karena ia merasa diabaikan oleh Vano.
" Gue Aldo putra adhyasta kembarannya Aliando syarief. "Aldo mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya tanpa malu.
" Azkia Araneta kembarannya vanesha prescilla. "Ara pun membalas uluran tangan Aldo dengan kekehan kecil.
" Ekhem... Boleh minta nomernya gak? "Tanya Aldo malu malu tapi mau.
" Nomer apaan nih? Kan banyak tuh. Ada nomer sepatu, nomer rumah, nomer absen, nomer serandal , nomer handphone, nomer___" seketika Perkataan Ara terhenti sebab dipotong oleh ucapana Aldo.
"Emm semuanya deh." Aldo menyengir sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Modus lo, " Ucap Vano tepat ditelinga Aldo.
"Jomblo diem."
"Kalo nomer sepatu empat puluh, nomer rumah sepuluh, nomer absen tujuh, nomer serandal ___" Kedua kalinya perkataan Ara terhenti, namun kali ini karena bel pergantian jam telah berbunyi.
"Eh kak kita lanjut kapan-kapan aja ya. Gue mau masuk kelas dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Aldo maupun Vano, Ara telah pergi menuju kelasnya meninggalkan Aldo yang berdecak kesal karena modusnya meminta nomor cewek cantik gagal.
"Sabar bro, belum jodoh lo kali." Ejek Vano mengelus-elus kepala Aldo .
Ralat bukan mengelus-elus, lebih tepatnya mengeplak kepala Aldo keras yang mendapatkan sumpah serapah dari mulut Aldo. Kesekian kalinya Vano tertawa dengan kencang menjadikan sepasang sorotan mata yang berada di kantin tertuju padanya. Untung saja kantin masih sepi karena ini masih dalam jam belajar mengajar. Aldo hendak membalas Vano namun lagi-lagi cowok itu berhasil lolos.
"Yok balik ke kelas! Udah ganti pelajaran." Seru Vano dari kejauhan.
*_**_**_*
Ditempat lain, tepatnya dikelas 11 IPA 4. Para sisiwa seisi kelas terlihat sangat bosan dengan pelajaran yang sedang berlangsung. Banyak dari mereka yang menguap bahkan ada yang meletakkan kepalanya diatas meja.
'kriiing kriiing'
Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya bel pulang yang di nanti-nanti oleh mereka pun berbunyi dengan nyaringnya.
Bu Marta, guru bahasa indonesia itu mengakhiri kegiatan belajar mengajarnya dan keluar membiarkan para siswa berlomba-lomba keluar kelas menuju rumah masing masing.
"Eh lo tau gak gam gue tadi ketemu dan ngobrol sama siapa?" Tanya Ara dengan mata berbinar tampak semangat. Tangannya masih sibuk mengemasih buku-buku dan alat tulis yang dimasukkannya kedalam tas miliknya.
"Gak tau, siapa emang?" Tanya Agam balik, karena ia masih fokus pada game mobile legens dihandphone nya. Sejak tadi memang ia diam-diam bermain game karena merasa bosan sejak pelajaran berlangsung.
"Ih tebak dulu."
"Sama Aska?" Aska adalah Anak kelas 11 IPA 2 yang sejak dulu ditaksir oleh Ara---ralat lebih tepatnya dikaguminya. Aska terkenal cowok yang berbicara bila perlu saja, ia juga kerap mengikuti olimpiade matematika. Memang Aska mahir dalam bidang matematika, lain halnya dengan Vano yang dapat menguasai semua materi.
"Bukan itu, "Jawab Ara sambil merampas handphone Agam, karena merasa terkacangi oleh cowok itu. Dikira gak sakit apa dikacangi.
" Balikin sini ra handphone gue, kalah nanti gue. "Protes Agam berusaha mengambil handphonenya yang berada ditangan Ara. Game nya masih berlangsung dan Ara seenak jidat mengambil handphone miliknya.
" Bodo amat gue gak peduli sama game lo. Makanya dengerin gue dulu. " Jawab Ara dengan menjulurkan lidah nya.
"Iya deh paan? " Agam memilih mengalah karena ia yakin tidak akan menang bila melawan gadis yang duduk disebelahnya ini.
"Gue ketemu sama Kak Angkasa, dia sekolah disini gam. Tapi kok dia bilangnya namanya Vano ya? Padahal gue yakin banget dia kak Asa yang dulu."
"Salah orang kali lo."
"Enggk, gue yakin itu kak Asa. Yang lebih parahnya lagi dia tambah ganteng banget gam, lebih ganteng dari lo, " Ara menatap keatap langit-langit kelas membayangkan wajah Angkasa Atau biasa disapa Vano yang ia temui dikantin tadi.
Angkasa memang mengubah nama panggilannya menjadi Vano. Banyak hal yang terjadi dimasa lalunya yang tidak perlu diingat-ingat. Genap satu bulan ini Vano kembali ke Indonesia yang awalnya ia berada di Amerika untuk tinggal disana bersama Ayahnya.
"Yeee serah lo, gue gak peduli. Gue mau pulang. Mana handphone gue."
Ara mengembalikan handphone milik Agam kepada pemiliknya. Setelah menerima handphone dari Ara, Agam bergegas menggendong tasnya lalu keluar kelas untuk pulang kerumah dan menuju pulau kapuk meninggalkan Ara.
"Agam tungguin." Ara berlari menyusul sahabatnya menyamakan langkah panjang cowok itu. Meskipun agak susah akibat kakinya yang pendek. Bukan karena ia pendek, itu karena Agam saja yang terlalu tinggi. Ingat bukan Ara yang pendek. Karena jika ada orang yang mengejeknya pendek, tidak segan-segan Ara menendang tulang kering orang itu tak lupa juga makian yang terlontar dari mulut Ara.
Mungkin orang mengira Ara dan Agam adalah sepasang kekasih. Karena bila ada Ara maka disitu ada Agam. Agam selalu ada buat Ara begitupun Ara.
Agam juga akan maju paling depan bila ada seseorang yang berani menyakiti Ara.
Sekarang Agam telah duduk diatas jok motornya dengan Ara yang masih berdiri disamping motornya. Agam memakai helm miliknya sendiri mengabaikan Ara yang berada ditempat itu.
"Agam ganteng nebeng ya?" Ujar ara sembari nyengir kuda. Ia mengedip-ngedipkan matanya berusaha mengambil hati cowok itu.
"Gak. Pulang sendiri sono. "
"Yeeeeyy marah ya pak? Astagfirullah gemes banget deh." Ara menoel-noel lengan Agam dengan telunjuknya.
Meskipun Agam mengatakan tidak, tapi sekarang Ara telah duduk di jok belakang motor Agam. Tidak mungkin Agam meninggalkan sahabatnya itu sendiri, dia tidak sekejam itu.
Dengan kecepatan standar, Agam mengendarai motornya meninggalkan gedung sekolah membelah jalan.
_____
Hai hai hai.
Oke oke gak usah panjang-panjang.
Jadi gimana kesan dan pesan anda?
Menurut kalian, suka ama tokoh yang mana nih?
-Vano/Angkasa
- Agam
- Ara
- Aldo
Atau author nya juga boleh. Wkwkwk🙊
Tulis dikolom komentar ya.
Jangan lupa vote dan komennya sangat berguna buat saiya😆Salam manis dari authornya yang manis❣️tapi bo'ong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen FictionTernyata dunia begitu sempit, hingga setelah beberapa tahun akhirnya kita dipertemukan lagi oleh takdir ~ *** Angkasa langit alvano~ Jika bukan karena kepintarannya, maka nama Angkasa sudah tidak terdaftar lagi pada deretan siswa di SMA Tri bakti, y...