(4) Perhatian

51 18 18
                                    

Seperti biasa, Alin selalu datang lebih awal di hari Senin. Alasannya, agar ia tidak perlu dihukum karena telat. Sungguh ia lebih memilih berangkat terburu-buru daripada tenaganya habis karena dihukum ini itu. Ia sudah merasakannya sekali dan ia tidak ingin mengulanginya.

Baru saja Alin sampai di pintu kelasnya. Noval tiba-tiba datang di depannya.
"Selalu aja Lo, giliran Senin Dateng cepet". Noval malah meledeknya. Padahal, Alin sudah melakukannya sejak lama. Kenapa Noval baru mengomentarinya? Lagipula, untuk apa Noval peduli. Alin pun melakukannya dengan senang hati dan tidak merepotkan orang lain.

"Dih apasih. Repot Lo". Hari ini Alin tidak ingin dikomentari, apalagi dengan Noval.

Alin berlalu dan masuk kelas. Noval yang ditinggal malah tertawa cekikikan. Entah apa yang lucu baginya.

Alin berjalan menuju kursinya. Ia melihat tas Cika, namun tidak dengan orangnya. Mungkin sedang ke toilet, pikirnya. Ia menaruh tas nya dan mengeluarkan ponsel serta earphonenya. Kegiatan rutin Alin setiap pagi hanyalah mendengarkan musik. Ya begitulah Alin.

Alin masih sibuk dengan ponselnya. Siap memutar playlist, sebelum Noval datang ke mejanya.
"Tadi gue liat Cika di kantin. Sama anak kelas juga sih. Kayaknya lagi liatin kakel"
Noval coba memberi tahu keberadaan Cika. Alin mendengarkan saja, tidak berniat membalas perkataan Noval.

Alin mulai memasang earphone ke telinganya. Menghiraukan Noval yang ada di depannya. Noval hanya diam memerhatikan Alin dan menunggu respon darinya. Lama Alin tidak merespon , Noval rasa memang Alin tidak berniat membalas perkataannya.

"Lin, gue liat tugas MTK dong". Akhirnya Noval bersuara kembali. Alin mendengarnya samar-samar. Ia langsung mencari bukunya dalam tas dan memberikannya pada Noval. Setelah itu, Noval pergi ke mejanya.

Alin memang dibilang cukup pandai di kelasnya. Ia juga santai saja jika tugasnya dilihat anak lain. Bahkan jika ada yang tidak mengerti, ia akan membantu. Setidaknya Alin tidak begitu malas untuk membantu temannya.

Satu lagu selesai diputarnya. Noval kembali ke mejanya dan mengembalikan bukunya.
"Nih Lin, thanks ya". Alin agak bingung, Noval hanya meminjam bukunya sebentar saja. Namun, Alin mengabaikannya dan hanya menganggukkan kepala.

Ia melirik jam di ponselnya, sebentar lagi bel masuk. Tapi Cika belum juga kembali. Ia ingin menyusul Cika ke kantin, sayangnya kakinya terlalu berat membawanya sampai kesana. Jadi, ia putuskan untuk menunggu Cika di mejanya.

Tak lama Cika datang dengan sumringah.
"Lin Lin Lin...". Cika berteriak tepat di samping Alin. Alin yang sadar akan kehadiran Cika langsung melepas earphonenya.

"Gila Lo ya, suara earphone gue aja kalah sama suara Lo". Cika hanya cengengesan di tempatnya.

Bel masuk berbunyi, sudah waktunya upacara. Alin langsung mengambil topinya dalam tas dan mengajak Cika ke lapangan.

***

Pagi ini, matahari sedang terik-teriknya. Membuat Alin berkeringat karena dijemur di bawahnya. Tenggorokannya sangat kering, ia butuh minum saat ini. Namun, Alin baru ingat. Ia terburu-buru tadi pagi sampai lupa membawa minumnya.

Untungnya upacara kali ini berlangsung singkat. Alin bisa cepat-cepat kembali ke kelas dan berlindung dari teriknya matahari. Tapi ia ingin ke kantin sebentar. Membeli sebotol minuman untuk menghilangkan dahaganya.

"Cik, ke kantin bentar yuk. Gue haus". Cika mau saja mengantar Alin ke kantin. Masalahnya, setelah upacara seperti ini, kantin pasti dijaga oleh beberapa guru. Karena sering kejadian, murid nongkrong di kantin setelah upacara usai.

"Duh Lin, Lo minum air gue aja deh". Alin sebenarnya mengerti maksud Cika. Ia berpikir sejenak. Mungkin ia bisa meminta sedikit air milik Cika. Ia juga tidak enak jika Cika mendapat masalah karena menemaninya ke kantin.

"Yaudah deh. Kita langsung ke kelas aja". Keduanya kembali ke kelas bersama.

Sesampainya di kelas, Cika langsung mengambil botol minumnya dan meneguknya. Sepertinya Cika juga kehausan, pikir Alin.

Noval masuk kelas dengan membawa sebotol minuman yang baru ia beli di kantin. Ia menuju meja Alin.
"Nih buat Lo". Noval menyodorkan botol minuman ke arah Alin. Alin hanya bingung menatap Noval.

Cika yang melihatnya langsung menyambar botol minuman tersebut.
"Thanks ya Val. Sumpah Lo baik banget". Cika membuka tutup botol tersebut dan menyerahkannya pada Alin. Cika tau temannnya sudah sangat haus.

Alin pun meminumnya. Setelah beberapa teguk, ia berhenti. Noval masih di sampingnya. Ia sadar, Ia lupa berterima kasih.
"Makasi ya Pal minumnya". Noval hanya menganggukkan kepala dan kembali ke mejanya.

Hana melihat kejadian itu.

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang