(7) Noval Harus Sabar

50 14 12
                                    

Saat ini Alin dalam perjalanan menuju rumah Ika. Kebetulan motor di rumahnya tidak digunakan, jadi ia tidak perlu naik ojek online apalagi harus nebeng dengan Noval, ia sangat tidak menyukai situasi itu. Setelah 15 menit menelusuri jalan, sampailah Alin di rumah Ika.

"Assalamu'alaikum, Ikaaa!!", Alin sudah biasa memanggil temannya pun saat ia masih berada di atas jok motor.

Tak lama keluarlah Ika dari dalam rumah.

"Lama Lo, udah pada sampe tuh"

"Ish jalanan macet banget, udah pada ngerjain pr?"

"Udahlah, yuk masuk"

Keduanya masuk ke dalam rumah. Benar kata Ika, sudah ada Dana, Erna, dan tentu saja Noval. Alin langsung mengambil posisi di dekat Erna.

"Udah sampe mana Na?", tanya Alin sembari mengeluarkan buku kimianya.

"Baru nomer 3 kok ini"

Alin hanya menganggukkan kepala. Ia mulai mengerjakan soal kimia mulai dari nomor 1. Sebenarnya pertemuan kali ini untuk latihan drama, namun apadaya tugas kimia harus dikumpul besok ditambah kuis harian. Mau tidak mau, kerja kelompok kali ini disisipi belajar kimia bersama.

Baru Alin mengerjakan soal pertama, ia sudah kesusahan. Sepertinya Alin tidak bakat bidang kimia.

"Ih kenapa hasilnya aneh sih? Emang nomer satu hasilnya koma ya?"

"Engga kok Lin, coba liat", Noval yang kebetulan sudah selesai menanggapi Alin.

"Ini nih. Masa koma sih, jelek banget lagi komanya", Alin menyodorkan bukunya pada Noval.

"Ini Lo salah masukin angka, iyalah hasilnya jelek. Ketuker nih angkanya", jelas Noval sambil menunjuk buku kimia Alin.

"Ah masa sih?", Alin memerhatikan jawabannya sendiri dan nyatanya ia memang tidak teliti.

"Ohh iya deh", buru-buru Alin membenarkan jawabannya.

Noval tidak kembali ke tempatnya dan masih berada di dekat Alin. Laki-laki itu memerhatikan Alin yang sedang mengerjakan soal. Wajahnya terlihat sangat serius dan terburu-buru. Padahal tidak sedang ujian, gumam Noval. Ia hanya tersenyum samar.

Alin yang tengah menuliskan jawaban di bukunya, tiba-tiba menghentikan aktivitasnya begitu saja. Ia menggaruk tengkuknya, bingung. Noval yang menyadari pun langsung bertanya.

"Kenapa? Hasilnya aneh lagi?"

"Bukan. Gue lupa caranya", Alin hanya cengengesan di tempatnya.

Noval ikut tersenyum. Ia lalu mengambil posisi dan mulai mengajari Alin pelan-pelan. Keduanya terlihat dekat, mungkin sebagian orang melihatnya biasa saja. Tapi, orang ini Alin. Alin tidak pernah terlibat apapun dengan laki-laki. Kalaupun ia harus diajari oleh temannya, ia akan memilih teman perempuan. Tapi kali ini, ia baik-baik saja diajari oleh Noval.

"Ih mana sih Pal, dapet angka ini darimana?", protes Alin pada Noval.

Situasinya aneh, Noval yang mengajar tapi Alin yang tampaknya tidak sabaran.

"Ini kan diitung dulu pake rumus", tunjuk Noval pada rumus yang ia maksud.

Alin hanya diam, tanda ia mengerti.

"Kocak deh Lo, udah diajarin masih aja ngomel", sahut Erna yang sedari tadi memerhatikan kedekatan Alin dan Noval.

"Ya kan gue ga paham Na", balas Alin membela diri. Erna hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum.

"Lanjut Pal", titah Alin pada Noval.

Saat ini keduanya seperti murid dan tutor. Bedanya, murid yang satu ini cukup menyebalkan dan tutor yang terlalu sabar.
Noval kembali memegang pensil dan mulai menjelaskan pada Alin hingga nomer terakhir.

"Yes, selesai", Alin menghela napas.

Padahal orang yang lebih tepat untuk menghela napas adalah Noval. Ia sedari tadi komat-kamit mengajari Alin, yang diajari hanya menganggukkan kepala dan mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti. Sisanya Noval yang terus berbicara.

Alin membereskan buku dan peralatan tulisnya. Teman yang lainnya sudah mulai membahas properti drama. Tak sengaja Alin melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 8 malam, ia memang berangkat dari rumah selepas Maghrib.

"Eh udah jam 8, gue ga boleh terlalu malem. Gimana ya?", Alin merasa tidak enak pada temannya, kerja kelompok kali ini ia hanya sibuk mengerjakan tugas lain.

Semuanya menatap ke arah jam dinding.

"Iya nih udah malem, lanjut besok di sekolah gimana?", tawar Erna.

"Besok gimana?", tanya Ika yang masih bingung.

"Ya pas jam kosong kita obrolin atau pas istirahat jam kedua, kan waktunya lumayan lama tuh. Gimana?", jelas Erna.

Semua pun menyetujui. Mereka bersiap kembali ke rumah masing-masing setelah berpamitan dengan ibu Ika.

"Makasi ya Ka, ngerepotin terus kerja kelompok di sini", pamit Erna pada Ika. Setelah itu, Erna langsung meninggalkan rumah Ika.

"Makasi Ika sayang. Gue pamit ya. Assalamu'alaikum", ucap Alin sambil berlalu dengan motornya.

"Wa'alaikumussalam", jawab Ika.

Tinggal Noval dan Dana, kebetulan mereka satu motor.

"Ka, balik ya. Duluan", ujar Dana yang dijawab anggukan kepala oleh Ika.

Kali ini Dana yang mengendarai motor dan Noval hanya duduk di belakang. Di tengah perjalanan, Dana membuka pembicaraan.

"Woi bre", panggil Dana sambil menoleh sedikit ke belakang.

"Apaan?"

"Sabar sabar ya bre", ucap Dana sambil menahan tawa.

Noval mengarahkan jempolnya tepat di depan wajah Dana.

*****
Alhamdulillah author kembali jugaa😍. Akhirnya part 7 lahir hari ini huhu.
Hope you like it!!
And love you so muah 💗

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang