(5) Hangout

40 16 2
                                    

Hari ini sekolah pulang lebih awal. Alin, Cika, Hana, dan Jeni berencana untuk pergi hangout bersama sekedar melepas lelah sekaligus menghabiskan waktu bersama. Sebelum nantinya mereka berpisah untuk melanjutkan kuliah masing-masing. Ya benar mereka sudah kelas 12, tepatnya 12 IPA 1. Bel berbunyi tiga kali tanda pelajaran hari ini telah usai.

"Cik, kita jadi pergi nih?" tanya Alin memastikan.

"Itu si Jeje katanya jadiin aja" jawab Cika sembari memasukkan alat tulis ke dalam tas.

Alin pun ikut membereskan barangnya sendiri. Tak lama Jeni menghampiri meja Alin dan Cika.

"Ayo eh buru, lama amat kalian", Jeni datang dan malah memaki. Di antara kita berempat memang dialah yang paling bawel dan cerewet.

"Iya iya sabar", Cika menjawab dengan penekanan di setiap katanya. Hanya Cika yang selalu menimpali Jeni seperti itu. Katanya, "Emang kalo ngomong Ama Jeje tu harus ngegas". Mendengar itu Alin hanya tertawa. Bukan apa-apa ini sudah sering terjadi. Yang dijawab seperti itu pun biasa saja.

Setelah semuanya beres, mereka bertiga keluar kelas bersama. Mencari keberadaan Hana. Sebab, hanya Hana lah yang sering kali pulang duluan entah karena alasan apapun. Benar saja, Hana sudah berjalan sendirian di koridor menuju gerbang sekolah. Buru-buru Alin, Cika, dan Jeni menghampiri Hana.

"Han, ko Lo langsung pulang? Kan kita mau hangout dulu", cerocos Jeni. Hana memang tidak banyak bicara, ia memang dikenal pendiam di kelas. Hana terdiam sebentar, melihat ketiga temannya bergantian. Seperti ingin menjawab, tapi ia ragu. Ia ingin sekali menghabiskan waktu bersama teman temannya, entah kenapa ia ingin buru buru pulang. Setelah cukup lama diam, akhirnya Hana menjawab.

"Gue ga enak badan. Sorry ya", akhirnya jawaban itulah yang keluar dari mulutnya. Saat ini Hana sedang bohong, tapi entahlah. Dia hanya ingin pulang ke rumahnya sekarang juga.

Alin, Cika, dan Jeni merasa khawatir terlebih Cika.

"Eh kenapa Han? Ko tiba tiba? Apa daritadi ga enak badannya? Kalo gitu, hari ini Lo gausah masuk. Kenapa dipaksain sih" Cika memegang tangan Hana, ia sangat khawatir padanya. Tak biasanya Hana tiba-tiba sakit seperti ini. Hana hanya mengulas senyum tanpa berkata apa-apa.

Alin pun khawatir, ia ingin membantu Hana. Setidaknya mengantar Hana pulang.
"Yauda Han, biar gue anter Lo pulang", tawar Alin pada Hana. Hana mengangguk sebagai jawaban. Hana senang memiliki teman-teman yang sangat baik seperti ketiga temannya.

Alin dan Hana menuju parkiran motor tempat Alin memarkir motornya. Alin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan motornya. Sebab, seingat apapun ia dimana letak motornya, motornya akan tetap berubah posisi. Siapa lagi kalau bukan ulah Mang Lanang, salah seorang pengurus parkir di sekolahnya.

"Motornya apa teh?", tanya Mang Lanang yang mungkin sadar jika Alin belum juga menemukan motornya. Yang ditanya pun langsung menjawab.

"Vario warna biru, Mang. Yang tadi pagi ada di sini", tunjuk Alin. Seolah tau maksud Alin, Mang Lanang langsung menunjukkan posisi motor Alin.

"Makasih ya Mang"

Beranjaklah Alin dan Hana keluar dari parkiran menuju rumah Hana yang cukup jauh. Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling diam. Alin pikir Hana terlalu pusing sehingga enggan berbicara. Alin pun memaklumi temannya itu. Setelah 15 menit perjalanan, sampailah mereka di rumah Hana. Hana turun dari motor dan mengucapkan terimakasih. Selebihnya Hana langsung masuk ke dalam rumah, padahal Alin belum sempat pamit untuk pulang. Baiklah, mungkin memang Hana sedang tidak baik kondisinya, pikir Alin

Iya. Hana sedang tidak baik. Lebih tepatnya, tidak baik kondisi hatinya. Entah karena satu atau dua hal. Tidak ada yang tau, kecuali Hana.

*****
Hallo!! Author baru kembali xixi. Maap ya guys lagi ribet Ama tugas:( Semoga tugasnya cepet selesai dan bisa update lagi.
Muah..
See you next time🎉

Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang