Siang ini Bu Rara kedatangan tamu. Bu Rara adalah salah satu guru bidang Kimia di sekolah ini. Alhasil kelas ditinggalkan dan mendapat tugas dadakan.
"Cik, nomer 5 gimana sih? Ko gue itung aneh hasilnya?" Alin mulai bingung, pasalnya pikirannya sudah bukan lagi pada soal.
"Nih gue udah", Cika menyodorkan buku tulisnya. Tanpa disuruh pun Alin langsung menyalin jawaban nomor 5.
"Ah senangnya selesai juga", baru saja Alin selesai menyalin jawaban Cika. Keduanya merapikan alat tulis yang berantakan dan mulai mengumpulkan buku di meja guru yang ada di depan kelas.
"Nitip", Alin menyodorkan bukunya pada Cika.
"Jalan sendiri napa"
"Ish pelit amat si, yauda misi gue mau ngumpulin", akhirnya Alin berjalan duluan meninggalkan Cika di belakangnya.
Sesampainya di meja guru, di sana ada Beni yang masih mengerjakan tugas.
"Ben, nanti buku dikumpulin ke ruang guru?", tanya Alin."Oh engga kok, ngumpulinnya ke kelas 12 IPA 2. Bu Rara jam selanjutnya ngajar di situ. Jadi, suruh taroh di kelas itu aja deh", jelas Beni panjang lebar.
Alin hanya menganggukkan kepala, seperti menimang sesuatu. Beni yang sadar pun langsung bertanya.
"Emang kenapa Lin, tumben Lo nanya gitu?"
"Nanti kalo semua buku udah beres, gue aja yang kumpulin", ucap Alin sambil berlalu.
Beni yang bingung pun hanya mengiyakan saja.
Sesampainya Alin di meja, ia mengeluarkan handphone dan membuka sosial media. Tak lama Cika baru sampai di meja, entah mampir kemana.
"Cika", ucap Alin tiba-tiba.
"Kenapa deh?"
"Nanti temenin gue kumpulin buku di 12 IPA 2"
"Kok Lo yang ngumpulin? Bukan si Beni?"
"Ish gue yang minta dan gue mau Lo nemenin gue. Titik", paksa Alin pada Cika.
Cika masih mengerutkan keningnya sambil menatap Alin.
"Please Cik, apa Lo lupa? Itu kelas Piyan", jelas Alin dengan semangat.
"Hm..modus ye Lo", akhirnya Cika paham.
Piyan Andra Wijaksana adalah salah satu cowok yang digosipkan memiliki perasaan pada Alin. Pasalnya Alin bisa dibilang cukup cantik dengan postur tubuh tinggi, badan ideal, dan kulitnya yang putih. Tapi, dari sekian banyaknya cowok hanya Piyan yang dilihat oleh Alin.
"Ko Piyan jarang yah buat snapgram padahal kan gue kepo", gumam Alin sembari melihat sosial medianya.
"Hayooo ngapain Lo? Stalking cowok Lo yaa?, Cika menyenggol baju Alin.
"Iya. Apalagi stalking Piyan. Hobi gue", balas Alin santai. Cika hanya tertawa.
"Tapi nih ya, Lo kok notice Piyan sih. Cowok yang lain Lo biasa aja"
Alin langsung mematikan handphone dan menaruhnya di dalam tas. Baru Alin mau membuka suara, Beni memanggil Alin dari meja guru.
"Lin, nih bukunya udah semua. Katanya Lo mau ngumpulin", teriak Beni.
Alin yang mendengarnya pun kesal, ia baru saja akan curhat pada Cika.
"Iya bawel", balas Alin sama teriaknya.
"Yuk Cik, anterin buku dulu. Nanti baru gue jawab", ajak Alin pada Cika. Yang diajak pun hanya menghela napas dan mengikuti.
Baru Alin sampai di meja guru.
"Gue temenin ya, Lo bawa yang ini aja", tunjuk Beni pada tumpukan buku yang sedikit.
"Yeh modus Lo mah", Cika yang baru sampai pun langsung meluncurkan omelannya.
Alin yang merasa tidak enak pun membuka suara.
"Gaperlu Ben, gue sama Cika kok", balas Alin sambil membagi buku sama banyak. Lalu membawa satu tumpukan buku di tangannya.
"Ayo Cik", ajak Alin sambil berlalu keluar kelas.
"Emang enak Lo", ledek Cika pada Beni. Ia pun langsung membawa satu tumpukan buku yang lainnya dan menyusul Alin.
Di luar kelas, Alin sudah menunggu. Tak lama Cika baru keluar kelas.
"Lo ga liat sih muka si Beni. Aduh ngakak banget deh", Cika masih saja tertawa.
"Udeh ah, ayok. Gue ga sabar mau liat Piyan". Alin berjalan duluan meninggalkan Cika.
Sesampainya di depan kelas 12 IPA 2, Alin menyuruh Cika masuk duluan.
"Cik, masuk duluan gih"
"Dih gue lagi yang kena", Cika hanya menggerutu.
Cika melongok ke dalam kelas melalui kaca jendela. Kelasnya kosong, tidak ada guru. Langsung saja Cika mengetuk pintu.
Tok..Tok..Tok
Tak lama pintu terbuka dan ternyata itu adalah Piyan. Piyan memang ketua kelas di 12 IPA 2. Alin sering melihatnya bolak balik ke ruang guru, entah karena urusan apa.
"Kenapa ya?", tanya Piyan pada Alin dan Cika.
Cika menyenggol lengan Alin, berharap Alin yang menjawab. Nyatanya Alin tetap saja diam. Akhirnya Cika juga yang menjawab.
"Ini mau ngumpulin buku Kimia, abis ini ada pelajaran Bu Rara kan?"
"Ohh iya ada, sini bukunya", Piyan mengulurkan tangannya untuk mengambil buku. Cika langsung memberikan bukunya lebih dulu. Tangannya sudah pegal membawa buku tersebut.
Piyan menaruhnya di meja paling dekat. Selanjutnya, giliran Alin memberikan bukunya. Tak sengaja, tangan Alin tersentuh oleh Piyan. Alin langsung menatap Piyan. Piyan tersenyum, manis sekali, menurutnya. Alin jadi salah tingkah dan tersenyum kikuk.
"Makasih ya", ucap Cika tiba-tiba dan menarik Alin kembali ke kelas.
Setelah agak jauh, Cika menatap Alin aneh.
"Lo kesambet apa Lin? Sumpah. Lo kenapa senyum gajelas gitu?"
"Ih Lo mah kayak ga ngerti aja. Tadi Piyan senyum ke gue", jawab Alin yang masih tersenyum.
"Ii yang lagi kasmaran", Cika mencubit pipi Alin sangat keras.
"SAKITTTTT", teriak Alin sangat keras. Cika langsung berlari menuju kelas dan Alin pun mengejarnya.
*****
Hai semuaaaa🥺. Maaf author baru kembali huhu.
Hope you like it.
Muahh.
See you in the next chapter!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to You
Teen Fiction"Kenapa sih harus gue yang Lo suka? Kenapa harus gue yang Lo ribetin atas hubungan Lo sama Hana?" teriak Alin di depan Noval. "Gue emang salah. Gue emang bego. Tapi rasa suka gue ke Lo serius" jawab Noval dalam hati. Noval memang keterlaluan, dia me...