• Chapter 1 • Tugas Gevanno

195 122 94
                                    

"Terus lu mau gitu dibabuin sama Gevanno?" tanya Kyren menatap temannya yang sedang merenungkan nasibnya.

"Mau gimana lagi, Ky. Kalau gue gak mau nurutin perkataanya nanti dia lapor ke bu Ningsih." ucap Farisha menatap Kyren.

"Lu yakin? Gevanno kan orangnya aneh, Tapi cakep sih." jawab Kyren terkekeh menatap Farisha.

"Lu sama aja kaya cewek-cewek yang lain, apa lagi si cabe-cabean itu. Norak tau gak!" ketus Farisha.

"Emang kenapa sih lu gak suka sama Gevanno? Padahal dia kan ganteng, manis, tinggi, kaya raya, pinter lagi, perfect lah pokoknya." ucap Kyren tersenyum menatap Farisha.

"Cih, anaknya caper gitu sama dosen-dosen. Itu perfect?" ujar Farisha memutar bola matanya dengan malas.

"Halo kalian," sapa Azka datang membawa beberapa makanan.

Farisha menghela napasnya ketika menatap Azka. "Aduh si kabar burung ini lagi,"

"Kali ini gosip terbaru apa lagi yang lu bawa?" tanya Kyren menatap Azka.

"Nih ya guys gue mau cerita, tadi tuh ya gue kan dikantin—"

"Soal Gevanno ya?" tebak Farisha menatap Azka.

"Kok lu tau sih, ih jadi sayang deh." ucap Azka genit.

"Apaan sih lu," ketus Farisha.

"Lu kenapa sih?" tanya Azka menatap Farisha.

"Farisha sekarang jadi babunya Gevanno," kekeh Kyren.

"Pfft.. Kok bisa sih?" Azka tertawa kecil menatap Farisha.

"Ah makin bete gue disini, gue mau ke taman bye." Farisha bangkit dari tempat duduknya kemudian pergi ke taman kampus.

Farisha berjalan dengan cepat sambil menahan rasa kesalnya dengan pergi ke taman kampus, akan tetapi sebelum dia sampai ditempat yang dia maksud, Gevanno menghampirinya.

"Farisha!" teriaknya sambil menghampiri Farisha.

"Ck, mau apa lagi ini anak." batin Farisha curiga.

"Nih tugas buat lu, susun berkas-berkas gue." ucap Gevanno meraih tangan mungil Farisha dan menyerahkan setumpuk berkas-berkas yang Gevanno taruh di dalam kantung plastik.

"T-tugas buat gue?" jawab Farisha terkejut.

"Lu lupa sama perjanjian kita?" Gevanno tersenyum sinis menatap Farisha.

"I-iya gue inget, nanti gw serahin ke lu secepatnya." ucap Farisha gugup.

"Oke, harus selesai hari ini ya dan berkasnya harus lu anter ke rumah gue, paham?" tatap Gevanno menekankan kata 'harus selesai hari ini'.

"Bangsat," batin Farisha menatap Gevanno sambil mengumpat dalam hatinya.

"Paham gak?" tanya Gevanno.

"Iya," jawab Farisha pasrah.

Gevanno tersenyum penuh kemenangan, kemudian meninggalkan Farisha yang menatap Gevanno sambil mengumpat dalam hatinya dari tadi.

"Sabar Farisha, jodoh Suga gak boleh marah." batin Farisha menenangkan dirinya sendiri.

Skip

• Usai Kuliah •

"Far, mau nongkrong di kafe dekat sini dulu gak?" tanya Kyren menatap Farisha.

"Gak dulu deh, nih lu lihat si Gevanno suruh gue nyusun berkas-berkas ini." jawab Farisha mengangkat kantung plastik berisi berkas-berkas milik Gevanno.

"Oh ya udah deh, semangat ya." ujar Kyren tersenyum.

Akhirnya gue pun memutuskan untuk langsung balik kerumah, sial banget gue hari ini udah kena tegur ibu Ningsih, dibabuin Gevanno sialan itu.

• Rumah Farisha •

"Bun, Fasha pulang." ucap Farisha membuka pintu rumahnya.

Fasha adalah nama kecil Farisha atau nama yang biasa digunakan Farisha saat dirumah.

"Bawa apa tuh, nak?" tanya bunda Farisha menatap kantung plastik yang digenggam oleh anaknya.

"T-tugas Fasha kok, Bun. Oh ya Fasha ke kamar dulu ya banyak tugas nih." uxcap Farisha tersenyum kemudian langsung pergi menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa.

Farisha membuka pintu kamarnya yang bernuansa Doraemon, ya dari kecil Farisha sangat menyukai kartun Doraemon. Bahkan seluruh kamarnya dihiasi oleh gambar Doraemon.

"Duh, gw masih harus ngerjain tugas si Gevanno lagi." gumam Farisha.

Kemudian Farisha mengganti pakaiannya serta mencuci mukanya, agar menenangkan pikirannya dia memutuskan untuk maskeran.

Kurang lebih 3 jam Farisha telah menyelesaikan berkas-berkas milik Gevanno, Farisha pun memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya ke tempat tidurnya yang empuk.

Susu saya susu bendera~

Dering telepon milik Farisha membuat sang pemiliknya terbangun, dia pun meraba-raba handphonenya kemudian menjawab panggilan tersebut dari nomor asing.

"Halo?" ucapnya.

"Berkas gue gimana? Udah selesai?" tanya suara pria yang tidak asing bagi Farisha.

"Gevanno? Tau dari mana nih orang no handphone gue." batin Farisha.

"Woi! Lu dengar gak sih?" teriak Gevanno dari balik telepon.

"Iya gue dengar, udah gue selesain kok." kata Farisha.

"Anter ke rumah gue, cepet!" teriaknya lagi.

"Iya-iya bawel banget sih, rumah lu dimana?" tanya Farisha.

20 menit kemudian

"Gue di depan rumah lu." kata Farisha dari balik telepon.

"Oke, gue keluar." Gevanno mematikan teleponnya kemudian keluar dari dalam rumahnya.

"Nih," Farisha menyerahkan bungkus plastik yang berisi berkas-berkas kepada Gevanno.

"Dah, sono lu pulang." usir Gevanno.

"Lu gak tahu terima kasih ya?" celetuk Farisha menatap sinis kearah Gevanno.

"Makasih, udah puas?" ucap Gevanno tersenyum kecut menatap Farisha.

"Oke." Farisha langsung pergi kembali ke rumahnya menggunakan sepeda motornya.

Haii gais, makasih ya yg udh mampir ke cerita aku. Semoga kalian suka ya.

Klo kalian suka jangan lupa vote dan komen untuk mendukung aku agar makin semangat update ceritanya.

🌼Makasih ya🌼

FARISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang