Bencis ingin hobi, satu kegiatan paling mewah yang sangat jarang dia lakukan sepanjang 24x7 dalam tahun-tahun hidupnya. Dibilang mewah karena dia yakin hobi terdengar beribu lebih baik ketimbang perasaan desperate gak kira-kira yang sering menghinggapinya.
Desperate karena banyak masalah atau desperate karena gak ada kerjaan sebenarnya gak ada bedanya bagi Bencis. Toh efeknya sama, bikin males hidup.
Dan sebagaimana mestinya, dia masih punya keluhan yang sama. Kata hobi seolah gak berjodoh amat dengan hidupnya. Apalagi setelah Diandra kalah, yang jelas berujung pada pemecatan dirinya sebagai suporter. Dia juga sudah mencoba berbagai hal yang dikatakan orang sebagai 'hobi menarik'. Sayangnya, gagal. Dia gak bisa menemukan bagian menariknya di mana. Alhasil, dia hampir menyerah dan memasrahkan pada takdir tentang kelanjutan hidupnya yang gitu-gitu aja.
Bahkan ketika dirinya dipaksa punya kegiatan Jum'at siang ini, perasaan tertarik itu belum juga muncul. Dia masih sama malesnya dan pengen rebahan aja.
"Hoi, Kakek," Diandra melempari kemeja coklat Bencis dengan kerikil. "Berhenti menghela napas panjang kali," kata Diandra. Baik Bencis maupun Diandra masih menggunakan seragam lengkap dengan tas di keranjang sepeda onta milik Bencis.
Mereka duduk di tepi sungai hampir lima menitan, meski begitu Bencis masih sama bengongnya seperti saat menit pertama. Sebenarnya semuanya akan baik-baik saja kalau Bencis gak norak dan gak bunyi ambil napasnya.
Masalahnya, napas Bencis meringkik terlalu keras untuk gak didengar telinga manusia normal dengan toleransi bunyi 20 - 20.000 Hz.
Tanpa menoleh, Bencis menanggapi olokan Diandra. "Gimana sama tim basket lu?" tanyanya, sengaja mencari topik lain. Meskipun remeh, mengajak bicara orang lain sekarang adalah hal yang cukup rumit bagi Bencis. Dia gak mood ngapa-ngapain.
"Udah bubar," balas Diandra santai. Dua minggu setelah pertandingan comeback-nya berakhir, perlahan tapi pasti Diandra bisa menerima kekalahannya.
"Ok," balas Bencis singkat. Percakapan selesai.
Diandra sampai heran, jin mana yang berani merasuki Bencis hari ini? Uji nyali tuh jin. Noh anak biasanya punya banyak bahan cerita untuk diperbincangkan. Kenapa sekarang malah bengong mirip kakek-kakek bau tanah?
"Apaan?" Diandra melirik Bencis sekilas. "Lu gak asyik," keluhnya sembari melempar batu ke pusaran air di bawahnya yang mengalir tenang. Sungai dekat sekolah emang tempat paling hits untuk nongkrong, apalagi di bawah pohon randu. Bah, dia rela gak pulang cepat demi mancing.
Iya, mereka lagi mancing. Diandra yang ngajakin Bencis duluan. Dia sampai repot-repot meminjam satu pancing dari tetangganya untuk dipakai Bencis. Ah, jangan lupa juga ember mini yang tadi dititipin di Ibu Kantin.
Dia sengaja hanya mengajak Bencis dan bukannya rame-rame sama gengnya biar gak berisik. Gini-gini dia juga peduli hak ikan sekaligus keberhasilan umpannya. Emang mana mau ikan menggigit umpan kalau suasana di darat mirip konser amal? Itu seandainya gengnya ikutan.
"Sama, lu juga," balas Bencis sembari mencabuti rumput di bawah kakinya. "Gue kira lu mau ngajakin renang."
"Renang palalu," Diandra sewot sendiri. Tanpa sadar dia memperhatikan beberapa potong benda kuning yang hanyut di sungai. Sejorok apapun dirinya, dia gak mungkin sudi berenang diantara tinja manusia. "Jijik."
"Apa bedanya sama ikan lu yang hidup di dalam sana?" Bencis menunjuk sungai di depan mereka, yang terang saja menjadi habitat asli calon ikan Diandra. Otomatis mereka juga bersinggungan secara gak langsung dengan kotoran manusia yang melayang-layang di sungai.
"Berisik," desis Diandra gak mau kalah. Meski sebenarnya gak ada yang salah dengan ucapan Bencis. "Masih mending kan gue ajakin hangout."
Bencis mencibir pelan, kemudian kembali ke kegiatan semula. Bengong dan menghembuskan napas panjang. Hal itu diam-diam membuat Diandra naik darah, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monotonous
De Todo[Boyslove] Saat hidup standar Bencis diadu dengan hidup penuh warna Diandra, siapa yang kena seleksi alam lebih dulu? Well, dunia itu rumit. Sama seperti isi otak dua manusia dengan kepribadian bagai angin dan air. #'Monotonous' adalah season kedu...