PART 1

746 71 7
                                    

"Lo serius mau pindah ke sekolah gue?" seorang remaja lelaki nampak berseru antusias kepada seorang remaja perempuan yang ada di sebelahnya. Mereka berdua sedang berada di sebuah taman komplek, tepatnya sedang duduk-duduk santai di salah satu bangku taman di sana.
Gadis itu mendengus sebal, "gue juga terpaksa pindah. Kalo nggak disuruh sama bokap nyokap, ogah deh gue pindah, mana pindahnya pas kelas tiga." balas gadis itu cemberut.
Remaja lelaki itu tersenyum lebar, "tenang aja, Yuki. Kan ada gue." serunya bangga lalu merangkul hangat gadis yang bernama Yuki tersebut.
"Stefan, lo tau sendirikan alesan gue sekolah di tempat yang beda itu biar gue nggak ketemu lo terus." balas Yuki judes. Ia buru-buru melepaskan rangkulan cowok yang disebutnya Stefan.
Stefan langsung merengut mendengarnya, "lo mah jadi pacar jahat banget."
"Alaaah, gue tuh bosen tau sama lo. Udah rumah deketan, satu sekolahan, masa iya hidup gue empat L banget. Lo lagi lo lagi." cerocos Yuki asal.
"Jadi, lo udah bosen sama gue?" tanya Stefan langsung bersedih.
Yuki menoleh kepada Stefan, "bukannya gitu. Lo tau sendirikan kalo lo tuh nempel mulu sama gue. Masa iya, di rumah pacaran, di sekolah pacaran juga. Pagi, siang, sore, malem sama elo doang. Orang nikah aja nggak segitunya." Yuki mencibir.
"Tapi, gue seneng kok ngabisin waktu terus-terusan bareng lo." balas Stefan terang-terangan.
"Lagian, semenjak kita pisah sekolah. Kita jadi jarang ketemu, ketemu setiap hari tapi cuman sebentar doang. Kalo lagi pada sibuk, ketemunya cuman seminggu sekali. Kan, gue jadi kangen." lanjut Stefan.
"Masa? Bukannya elo banyak stok cewek di sekolah? Elokan suka ngemodusin cewek-cewek." balas Yuki dengan nada tak suka.
"Mereka itu cuman temen kali. Lagian, lo udah taukan kalo gue emang suka gitu. Lo sendiri juga nggak cemburu atau apa kan." balas Stefan santai.
"Pokoknya, gue males banget satu sekolah sama lo. Nggak kebayang gimana elo di sekolah nanti, pasti banyak tingkah. Udah cukup rumah kita yang deketan. Hhh." Yuki menjelaskan dengan judes.
"Lo udah nggak sayang lagi ya sama gue?" tanya Stefan kembali bersedih.
Yuki mengangguk cepat, membuat Stefan langsung memeluk Yuki seerat mungkin dari samping.
"Beneran lo udah nggak sayang lagi sama gue?" tanya Stefan memposisikan wajahnya begitu dekat dengan wajah Yuki.
"Stefaaan!!!" Yuki jelas memberontak dengan berteriak dan berusaha menjauhkan tubuh Stefan darinya.
"Bilang dulu kalo elo sayang sama gue." seru Stefan terus berupaya bertahan.
"Lepasin dulu sih." seru Yuki kesal dan terlihat lelah memberontak.
Stefan mendengus sekilas lalu melepaskan pelukannya dengan berat hati.
"Kalo emang lo nggak mau satu sekolah sama gue, gue pindah sekolah aja nanti." seru Stefan dengan dinginnya secara tiba-tiba.
Yuki tersentak mendengarnya lalu menoleh, "lebay banget sih lo." ketus Yuki.
"Yaudah, kalo enggak, kita backstreet aja di sekolah, pura-pura nggak pacaran atau bahkan nggak kenal." Stefan tetap menjawab meski respon Yuki selalu tidak enak baginya.
"Lo yakin?" Yuki memicingkan matanya, menatap Stefan penuh selidik.
"Lo yakin kalo lo bakalan tahan?" tanya Yuki saat Stefan tidak menjawab pertanyaannya.
"Yaiyalah, yang ada elo yang nggak tahan." Stefan mencibir sombong.
"Oke, gue terima ide lo. Kalo sampe ada yang nggak tahan alias ngebongkar hubungan kita, harus dapet hukuman!" seru Yuki menantang.
"Hukumannya sesuai kemauan orang yang menang, gimana?" tanya Stefan yang merasa tertantang.
"Oke, deal ya." Yuki tersenyum puas mendengarnya.
"Deal." balas Stefan dengan seyakin mungkin.
Setelah kesepakatan itu, keduanya nampak sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Tapi yang jelas, Yuki tak mampu menyembunyikan kepuasannya atas kesepakatan tersebut.

-

Hari ini merupakan hari pertama Yuki bersekolah di sekolah barunya, sekolah yang sama dengan sekolah Stefan. Seperti dugaan dan bayangannya, ia sulit mendapat teman baru di sekolah karena memang ia pindah sekolah saat memasuki kelas tiga. Setiap murid pastinya sudah memiliki teman dekat atau bahkan sahabat, hal tersebut menyulitkan Yuki mendapat teman baru. Bukan hanya itu, sekolah yang ia jalani sekarang adalah sekolah yang lebih elit dan berada dibanding sekolahnya yang sebelumnya, jadi kebanyakan orang-orangnya kurang bersahabat dan sangat pemilih. Di sisi lain, Yuki mampu mengikuti pelajaran sekolahnya, karena memang ia termasuk murid yang pintar dengan daya tangkap yang cepat membuat ia mudah dalam mengikuti pelajaran.

BACKSTREETWhere stories live. Discover now