Suatu hari di rumah Yuki.
"Stefan, lo tau nggak jalan ke jakarta selatan?" tanya Yuki pada Stefan. Saat itu, mereka tengah berada di ruang keluarga di rumah Yuki. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Tau. Kenapa emangnya?" tanya Stefan yang tengah fokus memainkan game di ponselnya.
Yuki mendengus malas. Yuki sangat malas jika harus berbicara dengan Stefan ketika lelaki itu sedang main game. Yuki yakin bahwa respon Stefan itu tidak sepenuhnya dan asal-asalan oleh karena gamenya.
"Nggak jadi. Lo selesaiin aja dulu gamenya." balas Yuki menyindir."Yaudah. Lo tunggu gue selesaiin dulu ya." balas Stefan yang sempat tertawa geli di awal karena sindiran Yuki.
"Lo mau ke mana emangnya?" tanya Stefan usai memainkan gamenya.
"Gue mau ke rumah temen gue, mau kerja kelompok. Rumahnya di daerah sana." balas Yuki.
"Gue anter jemput aja." usul Stefan antusias dengan senyuman lebarnya.
"Nggak mau gue." tolak Yuki malas.
"Nanti lo nyasar aja." cibir Stefan.
"Ya, makanya lo kasih tau gue jalan ke sananya gimana." ungkap Yuki kesal.
"Gue anter aja biar gampang." kekeuh Stefan.
"Ckck. Gue minta bareng sama temen sekelompok aja kali ya, si Brandon." ungkap Yuki dengan sengaja memancing Stefan.
"Apaan sih lo? Dianter Brandon, mau, dianter gue, nggak mau." balas Stefan kesal.
"Pake sekelompok lo sama dia." lanjut Stefan yang tak bisa menyembunyikan kecemburuannya.Yuki terkekeh senang melihat reaksi Stefan, "jadi elo mau nggak kasih tau jalannya? Pilihannya cuman dua, elo kasih tau jalannya atau gue bareng Brandon." balas Yuki santai.
"Gue pilih yang ketiga. Elo gue yang anter sama jemput. Titik." seru Stefan masih ngotot.
"Hmmm..." Yuki berdehem pelan dengan kepala mengangguk-angguk paham, "karena pilihan ketiga nggak ada, dan angka tiga itu deket dengan angka dua, itu artinya elo pilih yang kedua." balas Yuki dengan senyuman sinisnya.
Stefan berdecak kesal, "oke.. oke.. gue kasih tau lo jalan ke sana." balas Stefan pasrah.
"Nah, gitu dong." balas Yuki tersenyum lega.
Stefan diam saja lalu kembali memainkan ponselnya dengan wajah tidak bersahabat.
Yuki sadar kalau Stefan sedang mengambek, tapi Yuki tidak peduli.---
Tersiksa.
Stefan sadar bahwa dirinya tersiksa ketika tidak bisa memperlakukan Yuki sebagai kekasihnya di sekolah. Entah kenapa, Stefan ingin sekali mengenalkan dan memamerkan Yuki ke satu sekolah sebagai kekasihnya. Meski dirinyalah yang populer di sekolah, bukan Yuki, Stefan tetap saja ingin terang-terangan berpacaran dengan Yuki di sekolah, di depan teman-temannya.---
Di kantin.
Yuki dan dua temannya, Chika dan Vebby, tampak duduk di salah satu meja kantin sembari menyantap makanan mereka saat waktu istirahat.
Mereka tampak menyantap makanan mereka sembari mengobrol.
Seperti biasa, ketika Stefan, Kevin, Maxime, dan Gio masuk ke area kantin, suasana kantin jadi berubah untuk sesaat seakan-akan seluruh penghuni sekolah menyambut mereka. Bukan, kejadiannya bukan seperti drama korea, kedatangan mereka disambut keterdiaman hampir seluruh siswi sekolah dan mungkin sedikit bisik-bisik dari mulut para siswi di sekolah. Ketika empat cowok itu datang, para siswi sibuk memandangi dan mengagumi sosok mereka. Untung-untung cuci mata di sekolah."Hei semua." sapa Brandon yang tiba-tiba muncul di dekat meja Yuki. Ketika itu, Yuki dan teman-temannya sudah selesai makan.
"Hei, Brand." Chika, Vebby, dan Yuki membalas sapaan Brandon secara bergantian.
YOU ARE READING
BACKSTREET
RomanceStefan William Yuki Kato Yuki tidak habis pikir, mengapa orangtuanya menyuruhnya pindah ke sekolah baru saat memasuki tahun terakhir SMA-nya? Bukan itu saja, sekolah baru itu adalah sekolah yang sama dengan Stefan, pacarnya. Yuki benar-benar tak suk...