Pada suatu hari, Stefan dan Yuki melakukan kegiatan belajar bersama, seperti yang pernah dikatakan dan dijanjikan oleh Yuki. Saat itu sudah memasuki malam hari sekitar pukul setengah delapan, dimana kegiatan belajar bersama itu sudah dimulai sekitar pukul setengah tujuh malam.
"Lo sering nyontek ya? Apa selalu nyontek?" celetuk Yuki yang langsung memecah keheningan saat itu. Saat itu, Stefan sedang sibuk mengerjakan tugasnya sedangkan Yuki hanya berdiam diri sembari terkadang memainkan ponselnya ataupun membuka-buka buku yang ada di hadapannya. Mereka saat itu berada di ruang tamu, mereka berdua duduk lesehan beralaskan karpet di sela-sela jarak meja dengan sofa ruang tamu.
"Sering, ya kali selalu. Gue pernah kok ngerjain pr sendiri pas awal masuk sekolah." Stefan menjawab dengan wajah agak masam.
"Sama aja." Yuki mencibir.
"Lo belajar kerjain pr sendiri dong, Stef, pr yang gampang-gampang gitu. Masa iya lo nyontek mulu." lanjut Yuki berusaha menasihati.
"Ini gue kerjain sendiri." balas Stefan bangga.
"Gue bisa aja kerjain sendiri kalo lo sering-sering ngajarin gue." lanjut Stefan.
"Lo belajar sendirilah, toh lo bisa kok buktinya, lo cuman males aja makanya gitu." Yuki menjelaskan.
"Gue nggak semangat kalo nggak belajar bareng lo." balas Stefan nampak jujur.
"Ngeles aja." balas Yuki agak judes.
"Lo sendiri nggak ngerjain pr, Yuk?" tanya Stefan yang masih sibuk mengerjakan tugasnya.
"Udah dari kapan tau." balas Yuki sombong.
"Gimana sekolah lo? Lo betah di sekolah? Terus temen-temen lo?" Stefan langsung berganti topik. Ia sendiri sengaja menyelingi aktivitas mengerjakan tugasnya dengan mengobrol.
"Jujur aja sih nggak betah, tapi mau gimana lagi. Untung gue masih punya temen, jadi masih agak betahlah. Temen-temen gue baik." balas Yuki seadanya.
"Temen lo itu Chika sama Vebby kan?" tanya Stefan lagi sambil terus fokus mengerjakan tugasnya.
"Hem... lo sendiri katanya punya geng sok ganteng ya? Berempat lagi, udah kayak f4 korea aja." Yuki menyindir.
"Mana ada geng-gengan, paling anak-anak sekolah yang nganggep gitu." Stefan mendengus dan langsung menutup bukunya setelah selesai mengerjakannya.
"Lo bilang sok ganteng? Bukan sok, tapi emang beneran ganteng." lanjut Stefan slengean sekaligus tengil.
"Temen lo nggak ada yang tau gue kan?" tanya Yuki ragu-ragu.
"Kenapa lo nanya gitu? Oh, gue tau lo pengen temen-temen gue tau kalo lo itu pacar dari cowok nomor satu di sekolah kan?" tanya Stefan sombong.
Yuki langsung saja berekspresi agak merinding dan jijik, "najong."
"Kalo mereka tau gue punya pacar, gue nggak bebas deketin cewek di sekolah." balas Stefan makin menjadi.
"Ya, terserah lo." balas Yuki nampak datar-datar saja. Ia malas kalau harus meladeni ketengilan Stefan lebih jauh lagi.
"Emangnya pas lo di sekolah yang lama, lo ngasih tau temen lo soal gue?" tanya Stefan penasaran.
"Nggak sih, nggak penting juga." balas Yuki cuek membuat Stefan langsung merengut.
"Menurut gue, nggak penting aja gitu ngasih tau atau ngumbar kalo gue udah punya pacar, toh lo juga nggak satu sekolah waktu itu." Yuki menjelaskan.
"Gitu yah." respon Stefan singkat.
"Gue sebenernya nggak punya temen yang deket banget di sekolah, lo tau sendiri kalo cowok itu fleksibel, temen gue yang paling deket itu Kevin, sekelasnya pas kelas satu sama kelas tiga. Kalo yang duanya lagi, ya kebetulan sekelas dan satu ekskul aja. Temen gue banyak ya tapi gitu nggak deket." Stefan menjelaskan.
"Hem gitu, pokoknya lo cari temen yang bener yah, Stef." Yuki mengingatkan dengan dewasa. Stefan jadi tersenyum mendengar penuturan tulus gadisnya.
"Buset ni bocah pacaran mulu kerjaannya." celetuk seseorang dengan khasnya.
Stefan dan Yuki jelas langsung menoleh ke sumber celetukan, yaitu Rendy Septino, kakak Yuki.
"Mana pacaran sih, orang jelas-jelas belajar." balas Yuki judes seperti biasa.
Rendy dengan cepat berpindah ke salah satu sofa single di ruang tamu.
"Baru pulang kuliah, bang?" tanya Stefan jelas basa-basi.
"Yoi bro, lo sendiri kagak bosen nih bareng adek gue?" tanya Rendy iseng dan tentunya melenceng dari topik pembicaraan.
"Ya gitulah, bang." balas Stefan ikut-ikutan iseng disertai tawa puasnya. Rendypun ikut tertawa mendengar jawaban Stefan. Yuki sendiri hanya bisa cemberut.
"Udahlah, lo ngomong berdua dah tuh. Gue mau balik ke kamar." Yuki buru-buru beranjak pergi dari situ.
"Beh, ngambek nihhh." goda Rendy saat melihat kepergian Yuki. Rendy sendiri memang suka menjahili dan mengisengi sang adik yang galak dan judes itu.
Stefan sendiri hanya bisa menikmati pertunjukan seru adik kakak tersebut. Setelah Yuki benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan mereka, Stefan dan Rendy langsung saja mengobrol untuk membahas hal-hal yang khas dibicaran oleh para lelaki. Karena memang keduanya sudah akrab dan berteman sedari dulu, semenjak Stefan pindah ke rumah yang berdekatan dengan rumah Yuki.
YOU ARE READING
BACKSTREET
RomanceStefan William Yuki Kato Yuki tidak habis pikir, mengapa orangtuanya menyuruhnya pindah ke sekolah baru saat memasuki tahun terakhir SMA-nya? Bukan itu saja, sekolah baru itu adalah sekolah yang sama dengan Stefan, pacarnya. Yuki benar-benar tak suk...