Bab 4 모임 (Pertemuan)

26 2 1
                                    

#Di sinilah diriku berimajinasi, di sinilah diriku bertemu dia. Apakah perasaan itu akan timbul disini? Atau sebaliknya?

"Hey! Tunggu aku!" Teriak ku yang menggema ke seluruh ruangan ini. Dia langsung menatapku seolah-olah memperingati kalau tak boleh berbicara keras. Aku langsung membungkam mulutku. Akupun merasa malu.

Aku dan dia memilih tempat di dekat cendela, sehingga sinar dari matahari menyinari ku. Karena terlalu silau aku menunduk, tetapi ada bayangannya yang menutupi ku sehingga sinar matahari tak menyorotiku lagi. Aku mendongak dan mendapatkan dia berada di sampingku. Dia duduk dengan membaca beberapa komiknya.

"Kamu....," Ingin aku berbicara. Jika saja ia tidak mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aneh. Ini sangat aneh. Aku tak bisa berkata-kata, lidahku terasa kelu untuk berucap. "Diamlah, gue ngga bisa konsentrasi karna lo." Ucapnya tepat di telingaku. Dia kembali berkutik di komiknya. Bisa saja ia membuatku bertingkah aneh. Dan saat ini jantung kembali tidak bisa bekerja normal.

"Maaf..., udah bikin kamu nggak nyaman. Kalau begitu aku kembali ke kelas dulu. Permisi." Hendak kembali. Dia mencegahku. Menyuruhku untuk kembali duduk bersamanya. "Disini saja. Temani gue. Ke kelas bareng gue aja." Itu yang di katakannya, sehingga ku urungkan niat ku untuk kembali ke kelas.

Sudah 4 jam aku menemani dia. Rasanya sangatlah bosan. Aku hanya memandanginya dengan sesekali menumpu kedua tanganku di meja untuk bersandar. Rasa kantuk ku menyerbu. Aku merasa tak bisa lagi menahan rasa kantuk ini. Perlahan diriku mulai terlelap, hingga tidak merasakan suasana sekitar.

Aku tak sadarkan diri. Sudah berapa lama aku terlelap? Dan kenapa aku masih ada di sini? Dan..... kenapa dia juga tidur menghadap ke aku?
Aku memandangi wajahnya lembut. Jika saja ia sadar dengan tatapanku. Tapi aku saja tak sadar, entah kapan aku tersenyum melihat wajahnya. Dia begitu indah, dia begitu tenang dengan alam mimpinya. Tak kusangka di balik sifatnya aku bisa melihat dia adalah sosok yang sangatlah baik hati kepada semua orang. Hanya saja sikapnya yang cuek dan dingin itulah membuta orang lain berfikir kalau dia bukan orang yang baik.

Aku terkejut dang mengerjap kaget. Tiba-tiba dia terbangun, dan memandangku berganti. Seolah-olah dunia ini berhenti untuk berputar. Perlahan tatapannya semakin dalam untuk masuk ke kornea mataku.

Aku tersadar hingga diriku kemabli tegap, dan bersandar pada punggung kursi. "Maaf sudah membuatmu ikut tertidur." Sesalku. "Karena apa?" Ujarnya kepadaku. "Lo ngga salah. Kalau lo bosen kenapa ngga balik langsung ke kelas. Kenapa juga lo harus nunggu gue." Ujarnya lagi.

Hanya saja kata-katanya itulah yang membuatku bingung untuk menjawab. Sedetail itukah ia menjawab, sampai aku harus menjawab apa. "Kan kamu sendiri yang menyuruhku untuk menemaniku. Em...., bolehkah kita berteman?" Ini tak sesuai dugaanku. Kenapa harus tiba-tiba menanyakan ini kepadanya. Aku takut dia menolak ajakkan ku. Tapi, tak kusangka ia menangguk dan langsung berdiri untuk pergi dari sini.

Sangat senang sekali bisa berteman dengan dia. Baru kali ini aku mempunyai teman laki dengan gayanya yang cool tetapi cuek. Terheran jugs aku kepadanya.

Sekarang aku dan dia kembali kekelas. Baru memasuki ruang kelas, aku di tatap tak suka. Apa aku terlihat aneh hari ini? Tudak juga. Apa mereka menatapku seprti itu karena aku bersamanya? Apa hubungannya. Aku dan dia hanya beda meja. Diriku yang berada di deretan depan sedangka dia berda di pojok belakang dekat jendela. Meja ku dan mejanya hanya dapat di batasi 3 meja saja, jadi tidak terlalu jauh juga.

"Hei Jangmi. Dari mana saja kamu tadi? Aku dan Sieyon mencarimu dari tadi, tapi kamu tak dapat di temukan." Entah sejak kapan Nawa berada di depan mejaku. Dia duduk di meja murid lain. "Maaf sudah membuatmu mencari. Aku ada keperluan mendadak. Jadi ku tak sempat untuk mengabarimu." Ujarku. "Eh, tapi sejak kapan kamu dan Junghwan pergi bersama? Apakah kalian ada hubungan lebih dari sebatas murid?" Tanyanya. Tiba-tiba Sieyon berujar, dan ujarnya itulah yang membuatku terkejut hingga aku memekik kaget. "Kau.... tidak berteman dengan Junghwan kan....? Menurutku. Lebih baik kau hindari dia. Aku tak mau kau kenapa-napa." Ujar Sieyon. "Apa! Apa kamu kata?! E-e-eoh. Maaf.... sudah membuatmu terkejut. Tapi kenapa? Bukankah dia anak yang baik?" Sieyon terdiam. "Ku dengar dari senior atau murid seangkatan dengan kita, katanya dia anak Broken Home. Itulah dia cuek dan dingin. Kadang-kadang dia juga suka kasar ke murid cewek. Sampai-sampai junior kita takut dengannya. Dan si senior juga katanya takut saat dia sedang marah." Aku terkejut lagi apa yang telah disampaikan oleh Nawa. Masa sih dia murid laki yang sangat di takuti hingga dia tidak mempunyai teman satupun. Cepat-cepat kubuang pikiran negatifku ini. Ku berusaha untuk ber positif thinking untuknya. Ku melirik ke arahnya, dan masih sama, dirinya tetap dengan membaca buku komiknya entah yang keberapa kalinya. Tapi ku tertuju dengan komik yang dibaca. Komik itu ialah komik yang ku sarankan untuknya. Senang sekali diriku melihatnya seantusias itu.

My BROTHER is an IDOL 내 동생은 우상이다Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang