Part 3

1K 127 9
                                    

Mata Jisoo semakin berbinar-binar kala menyaksikan sendiri apa yang ada di dalam hutan itu. Mulutnya tak berhenti kagum, ia benar-benar terkesima dengan apa yang dilihatnya. Di luar dugaan, isi dalam hutan itu jauh lebih indah dari yang terlihat di luar. Celah-celah pepohonan hijau yang menjulang tinggi terkena sinar matahari, terlihat seperti membentuk benang-benang halus yang terjalin dengan indah di antara ranting-ranting pohon yang berjuntai ke bawah. Sama sekali tidak ada kesan menakutkan atau menyeramkan seperti yang biasa di lihatnya di film-film. Berbagai macam bunga dan jenis tanaman unik terhampar luas di setiap sisi pohon, tertata dengan indah seakan seseorang telah merawatnya dengan baik.

Matanya memandang sekelilingnya dan sebersit keheranan pun timbul dalam hatinya. di tempat yang begitu jauh dari kota, sedikit aneh jika dia tak pernah tahu kalau tempat seperti ini ada. Atau mungkin ia hanya tidak tahu saja. Sebagai gadis yang cukup pintar di sekolah, Jisoo bisa melihat dan membaca peta dan anehnya, tempat ini tak terlihat bahkan maps di ponselnya. Dia mengangkat ponselnya tinggi-tinggi tapi tetap saja tak menemukan jaringan satupun di layarnya.

"Aish!" Dengan kesal dia pun kembali memasukkan ponsel itu ke dalam sakunya lalu kembali berjalan ke depan.

Tanpa disadari, Jisoo semakin masuk ke dalam hutan itu. Masih terpesona dengan keindahannya, ia bahkan tak menyadari kalau ia telah melewati gerbang portal dimensi yang menghubungkan dunianya dengan dunia lain yang tidak pernah di ketahuinya. Kaki kecilnya terus melangkah, membiarkan tubuhnya mengikuti kemana kedua kakinya memijak.

Sungguh, Jisoo benar-benar menikmati waktunya. Ia tak pernah gagal memotret pemandangan yang di rasanya bagus. Bunyi klik terus terdengar dari kameranya sepanjang ia berjalan. Kakinya seakan tak pernah letih dengan perjalanannya. Sesekali senyum puas nampak di wajahnya ketika melihat hasil jepretannya. Tanpa terasa, waktu berlalu dan hari sudah mulai sore.

"Kurasa ini sudah cukup." Kepalanya menengadah ke atas, langit sore dengan guratan jingga tampak indah disana.

Jisoo memutar tubuhnya, berbalik hendak pulang namun suara tangisan yang tiba-tiba terdengar, menghentikannya. Gadis itu tersentak kaget sembari menajamkan pendengarannya. Mungkin saja apa yang di dengarnya tadi hanya angin lalu, namun apa yang di dengarnya membuatnya terkejut, suara tangisan itu semakin jelas. Tubuhnya berdiri kaku selama beberapa detik saat suara itu semakin terdengar tajam.

Gadis itu merasakan tubuhnya merinding dengan berbagai pikiran negatif yang terlintas di dalam kepalanya. Siapa yang tidak akan berpikiran negatif jika tiba-tiba saja terdengar suara tangisan di sertai suara memelas minta tolong di dalam hutan yang kosong. Begitulah yang dirasakannya sekarang. Takut.

Ia mencoba mengabaikannya, ia tidak takut hantu, hanya saja situasinya berbeda. Jisoo terus melangkah pergi tapi suara itu terdengar semakin memelas membuatnya kembali berhenti. Gadis itu pun menarik nafas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya dari rasa cemas yang tiba-tiba menyelimutinya lalu kembali menajamkan pendengarannya. Pada akhirnya, Jisoo memutuskan untuk mencari asal suara itu.

"Tolong!"

Suara itu semakin dekat dan Jisoo semakin mempercepat langkahnya. Tidak lama setelahnya, iapun berhenti. Tidak jauh di depannya, seorang gadis kecil terduduk di atas daun kering dengan kedua tangannya memegangi kakinya. Hanya dengan sekali lihat, Jisoo langsung tahu kalau gadis itu lah yang berteriak meminta tolong tadi.

Dengan ragu, Jisoo berjalan mendekatinya. Tapi ia berhenti saat gadis kecil itu mengangkat kepala melihatnya. Gadis kecil itu menghapus air matanya dan tersenyum cerah padanya. Jisoo tersentak.

"Manis," batinnya. Gadis itu seperti boneka, dia memiliki mata berwarna biru langit, kulitnya yang putih seperti susu terlihat begitu halus, rambutnya yang pirang sedikit keriting di biarkan terurai hingga ke batas pinggangnya.

Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang