part 13

721 80 7
                                    

Banyak hal yang berubah selama satu bulan ini. Jisoo dan kedua sahabatnya kini telah terdaftar sebagai mahasiswi di salah satu universitas. Jisoo masih tidak percaya kalau yang ia alami di dalam hutan dan kastel itu hanyalah mimpi. Kedua sahabatnya telah menceritakan semuanya, bagaimana mereka menemukan tubuhnya tergeletak di tepi jalan tidak jauh dari penginapan. Keduanya juga tak lupa memberitahunya, karena kejadian itu, dirinya koma selama beberapa minggu. Jisoo merasa semuanya serba tidak masuk akal.

Bukankah ia berada di kastel dalam hutan? Lalu kenapa apa yang mereka ceritakan tidak bisa diterima oleh pikirannya?

Selama dua minggu terakhir ini Jisoo menjalani kehidupannya dengan normal. Sejenak ia melupakan dengan apa yang dialaminya. Rutinitas sebagai mahasiswi semester pertama membuatnya sedikit lebih sibuk. Tapi, Jisoo masih memikirkan hutan larangan, kastel, nyonya Hwang, Lili dan juga Yoongi. Jika ia menceritakanya pada kedua sahabatnya apa yang ia alami di dalam hutan itu, mereka pasti tidak akan percaya. Rasanya memang mustahil.

"Yaa, mau sampai kapan kau duduk melamun disitu?"

Jisoo tersentak dari lamunannya. Dia menoleh kebelakang lalu tersenyum tipis. Nayeon berkacak pinggang menatapnya sementara disampingnya, Seulgi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Serius Kim Jisoo. Sampai kapan kau bersikap seperti ini? Sejak keluar dari rumah sakit kau menjadi lebih sering melamun." Seulgi berkomentar.

Jisoo hanya diam. Ini salah satu kebiasaan barunya setelah keluar dari rumah sakit. Melamun. Entah sudah yang keberapa kali kedua sahabatnya itu menangkapnya sedang melamun.

"Jisoo hello~ kembali ke bumi sayangku~"

Jisoo mengejapkan matanya ketika Nayeon melambaikan tangannya di depan wajahnya. Dia tersenyum kecut mendapati keduanya, memandanginya dengan heran.

"Melamun lagi."

"A-apa? Aku hanya sedang...." Jisoo sibuk mencari alasan yang tepat, "Memikirkan sesuatu?"

Nayeon dan Seulgi memutar bola mata mereka, tentu saja tak percaya.

"Sebaiknya kita pulang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti jika kau terus-terusan melamun di tempat ini." Saran Seulgi yang langsung ditanggapi Nayeon dengan anggukan setuju.

"Apa kuliah kalian sudah selesai?" Jisoo menatap keduanya.

"Kami sudah mengirimkan pesan padamu kan?"

"Benarkah?" Jisoo segera memeriksa ponselnya. Benar saja, 2 pesan dari Seulgi dan Nayeon ditambah berapa kali panggilan tak terjawab. Semuanya dari mereka.

"Lain kali beritahu kami kalau kau sedang melamun agar kami tidak perlu repot-repot menghubungimu." ucap Nayeon kesal.

Jisoo hanya tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. Dia tahu sahabatnya itu tidak benar-benar bermaksud berkata seperti itu padanya.

"Kajja!"

Mereka bertiga pun berjalan keluar dari taman itu ke jalan menuju gerbang kampus. Sepanjang jalan, ketiganya sibuk membicarakan banyak hal. Mulai dari seputar mata kuliah hingga menyebar ke pembicaraan tentang mahasiswa-mahasiswa senior mereka yang tampan. Jisoo sangat bersyukur karena akhirnya bisa melihat mereka berdua lagi. Dia sangat merindukan saat-saat ini. Berkumpul dan bercanda lagi bersama kedua sahabatnya seperti dulu. Apa yang ia miliki sekarang, membuatnya sadar, kehidupannya akan terus berlanjut. Hal yang harus ia lakukan sekarang adalah meluruskan pikirannya dengan melupakan apa yang pernah terjadi. Mungkin Yoongi benar-benar hanyalah mimpi. Makhluk fantasi seperti Yoongi tidaklah nyata.

"Perlukah kita menjitaknya?"

Mendengar suara Nayeon, Jisoo kembali dari lamunannya lalu melotot tajam ke arah gadis itu.

Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang