07 | Authority

813 124 4
                                    

Rumah Kediaman keluarga Wijaya
Jakarta Barat
[21:15]
KALAU weekend begini, Sandy biasanya menghabiskan waktu untuk duduk diam di kamar dan melakukan apapun yang tidak membuatnya bosan. Kalau ia bosan ya ia tinggal pergi keluar dengan mengambil kunci mobil dan pergi menyetir mobilnya entah kemana. Tapi, seminggu ini ia merasa lelah. Wajar. Ia bukan remaja dengan segudang tenaga cadangan. Ia sudah berusia dua puluh tujuh tahun dengan otot-otot yang jarang sekali digerakkan sejak ia memulai melanjutkan pendidikan S2-nya. Sehingga, akhir pekan Sandy ini, ia tidak merencanakan untuk drive out. Alih-alih keluar, ia justru mengambil gitar yang terpajang di sisi tempat tidurnya. Ia memetik setiap senarnya sambil berbaring. Membayangkan apapun yang membuat kepalanya lebih tenang dengan hiruk-pikuk pekerjaan barunya. Tentu dibalik suara petikan gitarnya, masih ada background musik yang mengalun dalam kamarnya. Tembang musik lawas yang membuat Sandy di bawa nostalgia ke masa lalu di mana semua nampak baik-baik saja.

Seminggu terakhir ini sudah diisi dengan penyesuaian diri untuk tidur malam lagi sekaligus mulai susun strategi buat duduk di Team selama seminggu ke depan lagi. Rasanya kaya udah lama banget Sandy tidak mendengar candaan garing Jae di team. Rupa-rupanya mendengarkan ribut dan cekcok Jae dan Sukri itu seru meski juga lama-lama membuat Sandy sakit kepala. Sukri yang kekeuh dengan cara kerjanya dan Jae yang bener-bener udah kesel setengah mati sama yang namanya merging project yang akan di launching akhir bulan ini. Tentu saja Sandy bisa merasakan rasa kesal Jae. siapa yang kesal kalau cara kerja tiap region yang berbeda-veda harus tiba-tiba di campur aduk. Sandy yang baru bergabung saja belum-belum sudah merasa pening dengan tuntutan kerja yang di tekan dari atas dan dari bawah. Dua kubu—UK dan RSA—itu juga bukan hanya menurarakan suara mereka, tapi juga suara dari Team Leader di region mereka masing-masing. Sandy masih harus diskusi dengan Account Leader untuk selesaikan masalah merging ini.

Sandy bergumam pelan sembari jarinya sibuk memetik gitar, masih berusaha mencari inspirasi untuk memecahkan permasalah ini. Setidaknya ia harus bisa memberikan solusi yang tepat agar permasalahan ini tidak meleber kemana-mana. Apalagi kalau sampai menyinggung ego tiap Regional Team Leader dari perusahaan besar ini.

"Mas Arsha, nggak makan mas?" itu Jerry, adik Sandy yang paling kecil. Usianya masih dibilang cukup muda, Jerry berumur dua puluh satu. Adiknya, Jerry itu sudah masuk di Universitas yang sama dengan Sandy juga meskipun keduanya memiliki jurusan yang berbeda.

"Oh, ini bentar lagi makan." Sandy mau tidak mau meletakkan gitarnya di atas kasur sebelum ia mengikuti adiknya yang bungsu keluar dari kamar. Tahun ini Sandy menginjak tahun dua puluh tujuh. Dia sudah bekerja di TransJaya Business Group cukup lama. Ya itu masa-masa Sandy masih harus nulis skripsi dan melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan susah payah dan akhirnya sekarang lulus jadi Master.

"Lu udah makan, dek?" tanya Sandy sambil menuruni anak tangga dan mengikuti Jerry ke meja makan. Jerry mengangkat bahu, "gua masih laper, Mas. Makanya mau minta Mas Arsha buat nemenin."

Jerry memang masih manja pada Sandy. Karena kebanyakan di rumah juga hanya berdua. Mama dan Papa sibuk bolak-balik Surabaya-Yogya-Jakarta karena urusan pekerjaan Papa yang mengharuskan mereka untuk melakukan kunjungan ke sana dan ke sini. Seharusnya Sandy sudah mulai ada di posisi itu, namun ia masih menikmati kondisinya bekerja dengan teman-temannya. Mungkin ia akan mulai bergabung dengan perusahaan keluarga setelah menikah. Ya. menikah dengan Citra.

"Gimana kuliah?" tanya Sandy sambil mulai makan.

"Ya gitu, pusing sih. Tapi seru, uji coba bikin makanan dari bahan-bahan yang nggak pernah gua sangka ada. Asik banget," beber Jerry kepadanya sambil terkekeh.

Sandy senang mendengar Jerry menggemari jujursan kuliahnya. Ia juga senang mendengarkan cerita Jerry tentang teman-temannya. Jujur merasa bersyukur karena Jerry masih bisa merasakan kebebasan dalam memilih teman dan dalam memilih karirnya. Sandy tak pernah lupa untuk memberikan wejangan untuk Jerry tentang menikmati apapun yang di miliki juga memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan dan juga pertemanan. Terdengar prefectionist, namun Sandy hany tidak mau Jerry menyesal karena tidak bisa menikmati kebebasan. Berbeda dengan dirinya yang bisa merasakan kebebasan hanya ketika ia berada dengan rekan-rekan kerjanya di Transjaya.

A Beautiful Serenade - DAY6 Lokal! Alternate Universe • psjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang