24 | Tongue Slip

709 87 0
                                    

Arshandy
Citra
Udah sampe rumah?
Tadi naik apa?

Citra
Udah
Naik ojol

Arshandy
Udah rame di rumah?
Sorry, gua masih di luar

Citra
Iya, udah rame. Eyang Kakung udah dateng juga
Nanyain Mas Sandy

Arshandy
Benta gua balik.
Mau nitip apa?

Citra
Nggak mau apa-apa.
Di rumah udah ada semua kok
Mas Sandy langsung pulang aja.

--

"NDY, kenapa deh elu dari tadi? Buset.. gak fokus bener..." mereka berlima sudah selesai latihan. Sandy hanya menghela nafas panjang dan menggelengkan kepala, "Kakung gua mau ke rumah. Hari ini arisan keluarga."

Everyone knows that the biggest stress Sandy have on his life. Meeting with his grandfather. Rasa takut tersebut sudah terjadi sejak kecil, Jae sudah tahu sejak SMA, dan anak-anak Enam Hari sudah tahu sejak mereka mulai ngeband bareng juga nongkrong bareng. Memang, lingkaran pertemanan Sandy sesempit itu; Jae, anak-anak Enam Hari, dan keluarga. Mungkin beberapa teman kuliah yang dulu dan beberapa sesama STL, namun Sandy nggak punya teman lain. Lingkaran sosialnya sangat kecil. Untuk itulah ia sedang belajar untuk keluar dan mencari lingkaran bisnis baru dan Sandy menemukan keluarga baru. Enam Hari.

Hanya saja sepertinya itu masih belum cukup buat Kakung, dan semakin Sandy berumur pun semakin sering Kakung mempertanyakan berbagai macam hal, mulai dari menuntut Sandy untuk segera bergabung ke perusahaan Kakung padahal Sandy pengen banget yang namanya cari pengalaman. Belum lagi sepupu-sepupu Sandy yang notabene suka cari muka dan sering berusaha menjatuhkannya. Itu sudah cukup sering membuat Sandy pusing dan tertekan.

Belum lagi nanti, masalah pernikahan yang diadakan karena visi Kakek tentang perushaan yang entah bagaimana crritanya di timpakan kepundaknya. Sandy lelah, rasanya ingin lari.  

"Pasti ngomongin bisnis terus emang Bang?" tanya Brian.

Setidaknya antara mereka berlima, Brian dan Wisnu-lah yang paham gimana rasanya ditekan menjadi seorang penerus bisnis keluarga yang sudah turun temurun. Dari Kakung, ke Papa, lalu ke Sandy.


"Iya, pasti, soal bisnis, soal pekerjaan gua sekarang, soal visi misi gua, belum soal---"

"Soal perjodohan elu ye kan?" suara Jae mendadak memenuhi panca indera Sandy.

Wait, what was just happened?

"LOH BANG ELU DI JODOHIN?!"

oh shit.

Sandy menoleh ke arah Jae yang sudah menggigit bibir bawahnya dan kemudian menghela nafas panjang selagi mengumpat, "oh shit. Shit. Sorry Ndy. Gua nggak bermaksud buat. Aduh!"

Kendati Jae menyebalkan dan berhak mendapatkan segala rentetan umpatan, Sandy tidak bisa marah, toh memang cepat atau lambat anak-anak juga bakalan tahu masalah ini. Jadilah Sandy hanya menghembuskan nafas dan mulai menggulung kabelnya.

"Jadi elu beneran dijodohin Bang?" tanya Brian, kali ini nada suaranya serius. Mereka semua dalam mode serius, tidak ada canda tawa seperti biasanya. Namun memang sejak awal latihan tadi, Sandy sendirilah yang membangun suasana serius.

"Iya. Udah jalan enam bulan ini sejak gua ketemu sama calon istri gua," ujar Sandy akhirnya. Mereka semua hening. Tentu mereka semua hening, karena hanya Sandy yang punya keluarga yang sedikit unik.

"Cepet atau lambat kalian juga bakalan tahu karena dalam kurun waktu tujuh atau enam bulan lagi gua bakalan tunangan. Guess what, cewek yang bakalan jadi tunangan gua itu bukan cewek biasa-biasa. Dia keturunan Kraton well, gua nggak ngerti jelasnya cuma emang bukan dari keluarga sembarangan jadi gua sendiri juga nggak bisa main-main," ujar Sandy akhirnya. Perlahan ia mulai menceritakan walaupun ia tidak menceritakan detail 'siapa' ceweknya.

"Serius lu bang? Kalau ceweknya sendiri orangnya gimana Bang? Dia mau atau ... gimana?"

Sandy sendiri tidak bisa menebak apa isi pikiran Citra, namun selama yang Sandy lihat, gadis itu bahkan nggak pernah protes waktu diajak makan atau pergi bareng Mama. Yang makan siang, yang makan malam, yang cari baju ini yang cari baju itu. Gadis itu selalu nurut bahkan beberapa kali Citra datang ke rumah untuk membawa makanan. Ia masak kebanyakan katanya. Dan itu makanan kesukaan Mama dan Papa.

Tapi Sandy masih merasa ada tembok penghalang yang sangat besar antara Citra dan dirinya. Cewek itu enggan membuka diri kepada Sandy. Well, Sandy sudah mencoba namun hasilnya nihil.

"Dia baik sama bokap dan nyokap gua. Dia bukan nenek sihir yang terlihat baik di depan dan busuk di dalam. Gua merhatiin anaknya tulus sih, cuma dia nggak mau buka hatinya buat gua. You know, umur kaya kita nggak butuh cinta kan? Umur kaya kita butuh kemauan untuk komitmen, apalagi urusan kaya gini-gini."

"Kalau menurut gua sih tetep butuh Bang, karena itu yang mempermudah, tapi kalau kondisinya seperti ini ya paling nggak pasangan elu mau di ajak kerja sama lah," ujar Wisnu.

Tumben banget nih bocah ngomongnya bener. Sementara sejak tadi Dhanu diam, Sandy nggak terlalu merhatiin tapi kemudian Dhanu bicara, "elu udah coba buat ajak dia jalan Bang? Maksudnya ... yang beneran jalan cuma berdua dan bukan di suruh orang tua elu?"

Jawabannya, jelas belum. Sandy takut. Ia bahkan belum sempat mengajak jogging gadis itu. Hari ini dia latihan pagi, tapi kemudian Sandy menghela nafas panjang.
"Belum."

"Coba aja Bang. Biasanya dari situ lebih bisa kelihatan," ujar Dhanu.

"Cewek ini unik banget, dia bener-bener sulit banget buat ditaklukin. Ada saat di mana dia mau terbuka, ada saat dimana dia kaya menahan diri gitu," ujar Sandy. Well, ia sudah memikirkan ini sejak semalam. Lebih tepatnya sejak Dhanu bilang kalau Citra ternyata punya tambatan hati. Sandy tidak akan ambil pusing kalau tambatan hati Citra baru sebulan atau dua bulan. Ini nggak main-main. Sudah bertahun-tahun dan itu bakalan sulit untuk Sandy.

"Ceweknya udah punya pacar?" tanya Jae.

"Belum, kalau yang dia bilang sama gua. Dan gua tahu dia orangnya jujur," ujar Sandy. Kemudian Sandy berdiri, memasukan kabel-kabel ke dalam tas gitarnya, membawa kedua gitarnya di bahunya, "gua balik dulu. Kalau kalian ngerasa hari ini gua latihannya gak maksimal, sorry. Nanti gua latihan sendiri di rumah. Besok minggu depan kita gembleng latihannya."

**

*done revised*
Waaah Sandy akhirnya memutuskan untuk bilang ke anak-anak kalau dia di jodohin. Huhuhuhu
Let me know what you think!
Jangan lupa comment dan kasih tahu aku apa yang kalian fikirkan tentang chapter ini ya
Jangan lupa vote juga!
Biar makin semangat nulisnya 🤗

A Beautiful Serenade - DAY6 Lokal! Alternate Universe • psjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang