[√] Jeon Elden

5.7K 468 15
                                    

"Sampai bertemu lagi nanti sayangnya daddy." Jungkook melambai pada ketiga anaknya yang berjalan masuk ke dalam sekolah menengah pertama bergengsi di Busan.

Dan mereka bertiga balik melambai dengan senyuman lebar dari arah gerbang sekolah. Memperhatikan mobil sang ayah menjauh dari mereka sebelum berbalik dan berjalan masuk ke dalam kawasan sekolah.

"Hari ini kak Elden pulang jam berapa?" Tanya Luna sambil berjalan santai dan di himpit kedua kakaknya di kanan dan kirinya.

"Kurasa jam 4, ada apa?" Tanya balik Elden.

"Tidak ada apa-apa ko kak," balas Luna sambil berjalan menggandeng kedua tangan kakaknya.

Elden hanya acuh sambil sesekali berdecih kesal melihat beberapa murid laki-laki meliriknya dari atas sampai bawah.

Ia tau jika ia mirip dengan ibunya yang cantik dan manis namun juga tampan. Tapi bisakah jangan menatapnya seperti ia adalah mangsa segar di depan mahluk buas?

Elden mempoutkan bibirnya kesal saat beberapa murid yang di lewatinya bersiul ke arahnya. Ia kesal tentu saja, memangnya ia burung? Sampai harus di beri siul seperti itu.

Mereka bertiga cukup terkenal di sekolah, bagaimana tidak bukan? Ayah mereka adalah pemilik perusahan Entertaimen terkenal sekorea. Bahkan peruahaan Jungkook sedang berjaya tahun ini dengan mendebutkan dua grup bertalenta luar biasa lewat audisi pertahun yang memang selalu di laksanakan perusahaannya. Perusahan sang ayah tidak pernah mengalami kemunduran atau di terpa isu-isu tidak baik, jika ada satu saja isu tidak mengenakan, maka Jungkook akan langsung bertindak.

Apalagi Jungkook sudah masuk orang terkaya ke tiga di Korea, jadi ketiga anaknya tentu saja terkenal di kalangan sekolah. Tidak sedikit yang ingin berteman dengan mereka, namun Jungkook mengajarkan untuk memilah teman yang baik. Dan bisa di tebak, teman mereka sedikit tapi semuanya sangat baik pada mereka tanpa memandang siapa orang tua ketiganya.

Kembali pada keadaan sekarang, saat Elden tengah kesal dengan bibir yang mempout lucu, Luna dan Leon hanya terkekeh geli melihat kelakuan kakak mereka. Walau Elden itu terlihat dingin, namun ia begitu lemah lembut dan baik.

Elden seperti duplikat dari sang ibu, tapi kadang Elden juga akan bersikap dingin dan swag di saat bersamaan. Entah dari mana sifat itu muncul, yang jelas Elden begitu sulit di tebak. Kadang ia akan bersikap manis dan ingin di manja, tapi ia juga bisa bersikap dingin dan tidak pedulian pada orang yang tidak penting.

Walau begitu, Elden adalah kakak yang sangat pengertian namun cukup manja. Jika ada hal yang mengganggu adiknya, Elden lah yang selalu membela mereka apapun yang terjadi.

"Kalian cepatlah ke kelas, aku harus menemui kepala sekolah. Aku ingin mengantarkan sesuatu." Ucap Elden saat mereka sampai di depan kelas Luna. Dan kebetulan kelas Leon ada di sebelah kelas si bungsu.

Kedua adiknya mengangguk dan masuk ke dalam kelas setelah melambai pada Elden. Dan sang kakak pergi ke arah tangga untuk ke tempat dimana kantor kepala sekolah berada.

Kelas Elden juga berada di atas, dan ngomong-ngomong mereka bersekolah di sekolah yang sama. Luna baru masuk kelas 1, Leon baru naik ke kelas 2 dan Elden ada di kelas akhir. Bukan keinginkan kedua orang tua mereka jika mereka ada di satu sekolah. Ketiganya memang sudah sepakat masuk ke sekolah yang sama untuk saling menjaga satu sama lain, sungguh manis bukan anak dari Jungkook dan Jimin ini?

"Hey Elden-ah, kau sudah datang ternyata, aku sudah menunggumu dari tadi." Elden memelankan langkahnya saat seseorang duduk di tangga dan melihatnya dengan senyuman kecil.

" Elden memelankan langkahnya saat seseorang duduk di tangga dan melihatnya dengan senyuman kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia berdecih dan kembali melangkah menaiki tangga dengan pelan.

Greb.

"Elden, bisakah kita berbicara sebentar?" Ucap orang itu sambil menahan lengan Elden dan dengan sigap ia berdiri menghadap pria mungil bermarga Jeon itu.

Elden kembali berdecak dan menghempaskan tangan itu dengan kasar. "Apa yang mau kau bicarakan? Kita tidak ada urusan lagi setelah taruhan itu bukan?" Ucapnya sambil menatap orang di depannya ini dingin.

Orang itu hanya mendesah pasrah dan kembali akan meraih lengan Elden namun dengan cepat Elden mendorong bahu orang di depannya dan memandang datar tepat ke dalam mata hitam bulat itu.

"Dengarkan aku Kang Joon-ssi. Sudah aku tekankan kemarin jika kau adalah si brengsek yang menginginkan uang taruhan untuk mendekatiku bukan? Jadi menyingkirlah sebelum aku benar-benar membunuhmu." Ucap Elden lalu melangkah menjauhi orang yang ia panggil Kang Joon tadi.

Dan sosok tadi hanya bisa menatap kepergian Elden dengan helaan nafas kecewa. Ia lalu ikut naik ke lantai atas dan memilih jalan berlawanan arah dengan Elden yang berjalan ke arah lorong ruangan kepala sekolah.

"Kang Joon brengsek." Gumam Elden pelan dengan ekspresi geram. Ia kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu dimana ia dijadikan sebagai korban taruhan teman yang sangat ia percayai.

Kang Joon, ia adalah orang yang sangat Elden percayai dari awal masuk sekolah sampai ia kelas akhir ini. Bahkan Jimin sudah mengenal Joon dengan baik karna beberapa kali Joon main ke rumah untuk membantunya mengerjakan tugas. Joon itu baik dan tampan, cukup untuk membuat Elden berdebar jika melihat senyumannya.

Namun semuanya berakhir saat Elden mengetahui jika selama tiga tahun ia hanyalah bahan taruhan Joon. Joon dan teman-temannya bertaruh untuk membuat Elden mengatakan rahasia grup debut di Entertaimen ayahnya siapa saja. Sejujurnya, itu bukanlah hal yang serius.

Namun masalahnya, taruhannya tidak hanya itu saja. Joon bertaruh juga jika ia bisa masuk Entertaimen sang ayah jika menjadi kekasih Elden. Dan minggu kemarin, setelah dengan harunya Elden menerima ajakan kencan Joon, semuanya terbongkar oleh teman-teman Joon.

Mereka mengatakan selamat pada Joon yang sepertinya akan berhasil masuk ke Entertaimen Jungkook tak lama lagi setelah berpacaran dengan Elden. Tentu saja Elden benar-benar emosi sampai ia menonjok pipi Joon, dan yang lebih parahnya lagi, Elden tidak mengatakan hal ini pada orang tuanya. Ia terlalu malu untuk mengakui jika sebelumnya memohon pada sang ayah untuk menerima satu anak training baru tanpa melewati audisi dan bebas biaya masuk.

Ia merasa buruk telah mempengaruhi sang ayah walau untungnya sang ayah menolak semua hal itu. Setidaknya Elden tidak kecewa mendalam jika Joon benar-benar masuk perusahaan ayahnya.

"Daddy benar, aku harus memilih teman yang baik di sekelilingku."

Our Family [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang