[√] Kebenarannya (2)

2.5K 256 63
                                    

Jam sudah menunjukan pukul delapan lebih lima, dan Jimin baru saja selesai membereskan kamar anak-anaknya. Ia menyeka keringatnya dan keluar kamar Luna yang sudah rapi, wangi dan bersih.

Masih harus membereskan kamarnya dulu, setelah itu ruangan kerja Jungkook. Malam tadi Jungkook sedikit mengamuk dan frustasi jadi ia membuat ruang kerjanya berantakan.

Tidak apa, Jimin paham jika suaminya itu sedang emosi dan banyak masalah.

Ia yakin masalah ini akan selesai, hanya butuh waktu untuk Jimin berpikir jalan keluar masalahnya. Ia hanya harus menenangkan suaminya setelah itu membantu Elden menyelesaikan masalahnya.

Tidak apa, sebagai seorang ibu, ia harus bisa menjadi penengah di masalah seperti ini. Ia juga tidak boleh sampai tidak memperdulikan Leon dan Luna. Jimin tau jika semuanya tidak bisa selesai dan ia bereskan sekaligus.

Tapi Jimin yakin jika ia bisa membuat keluarganya seperti dulu, ia harap Tuhan memberinya kesabaran yang lebih kuat agar ia bisa menjadi ibu dan istri yang baik.

Semoga saja semua masalah ini akan selesai dengan cepat. Jimin berharap keluarga kecil yang sangat ia cintai ini tidak apa-apa.

Baiklah, sekarang kembali lagi ke pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang sibuk di rumah.

Drrtt drrt drrtt

Jimin yang tadinya akan masuk ke dalam ruang kerja Jungkook terhenti saat merasakan ponsel yang ia simpan di saku celananya bergetar pelan.

Ada nomor yang tidak di kenal menghubunginya, ia menaikan alisnya bingung namun tetap mengangkat panggilan itu.

"Hallo?" Sapanya sambil memasuki ruang kerja suaminya yang sudah super berantakan.

"Hallo selamat pagi, apa benar ini Jeon Jimin. Wali dari Jeon Elden?"

Jimin mengerutkan keningnya saat mendengar suara formal itu dari sebrang telpon.

"Ya, saya ibunya Elden."

"Ah.. Maaf mengganggu anda pagi-pagi begini, saya tadi menghubungi Tuan Jeon Jungkook namun sekertaris kerjanya mengatakan tidak bisa di ganggu jadi saya di alihkan untuk menelpon anda."

"Ah itu, iya suami saya sedang sibuk. Ada apa ya?"

"Begini, saya wali kelas Elden. Saya ingin bertanya, apa Elden sakit atau ada urusan?"

"Eh? Tidak, Elden tidak apa-apa. Bahkan dia tadi pergi sekolah."

"Ah.. Elden tidak masuk kelas. Saya sudah bertanya pada temannya tapi tidak ada yang tahu. Jadi saya langsung mengubungi anda, takut terjadi sesuatu pada Elden."

Jimin membulatkan matanya, ia terlihat terkejut dengan perkataan orang yang mengatakan jika ia adalah wali kelas anak sulungnya. Ia menelan ludahnya gelalapan tidak tau harus berkata apa.

"Sebentar, biar saya hubungi Elden dulu nanti saya kabari tentang Elden lagi, terima kasih bu guru."

"Iya, sama sama. Saya tunggu kabarnya ya. Selamat menjalankan aktifitas anda."

"Iya, terima kasih."

Tutt tutt tutt

Jimin mengusap wajahnya dengan kasar saat wali kelas anaknya sudah memutuskan panggilan. Segera ia menghubungi suaminya dengan tangan gemetar.

Elden bolos sekolah, anak manisnya itu pasti sedang banyak pikiran dan kalut karena masalah ini.

"Kookoo ayolah angkat, aku mohon." Jimin memejamkan matanya saat panggilan terus bedering tidak terhubung.

Jimin mencoba dua kali lagi menghubungi Jungkook, berharap sekali kali ini di angkat.

"Hallo Mina?"

Jimin bersyukur dalam hati saat mendengar suara dalam suaminya. Walau terdengar begitu putus asa dan kelelahan disana.

"Sayang, Elden kabur dari sekolah!" Ucap Jimin dengan panik, ia sebari berjalan cepat ke kamarnya. Hendak berganti baju dan mencari anaknya itu.

"Shit! Mina, urusi saja dulu masalah anakmu, aku disini sedang sibuk!"

Jimin yang tadinya akan menganti bajunya langsung terdiam, ia mengerjap pelan dengan tangan yang mengepal kesal mendengar perkataan Jungkook.

"Dia juga anakmu Kookie." Desis Jimin dengan nada yang kesal. Dan ia bisa mendengar Jungkook berdecak lagi di ujung sana.

"Terserah, jika ia butuh wali ayahnya, panggil saja Yoongi untuknya. Urusan dia bukan urusanku lagi!"

"JEON JUNG—

Tutt tutt tutt

"Ish!!" Jimin berdecak kesal, ia melihat ponselnya yang sudah tidak tersambung ke panggilan suaminya. Sekilas ia melihat wallpaper ponselnya adalah foto keluarga kecilnya.

Itu foto saat mereka pergi berjalan-jalan di pasar malam dan mereka berfoto di dalam foto box. Berhimpitan namun sangat berkesan karna foto di sana sangat menggemaskan.

Perlahan mata Jimin berkaca-kaca, ia berjongkok dengan kepala yang tenggelam di antara pahanya.

"Hiks.. Aku rindu keluarga kecilku Tuhan.. Hiks.." Isaknya dengan tangisan yang makin keras. Jimin ingin membantu anak sulungnya, namun apa yang di lakukan Elden sangat fatal.

Di sisi lain ia ingin mengerti suaminya yang sedang kesusahan, namun ia tidak setuju jika Jungkook seperti tidak ingin berhubungan lagi dengan masalah Elden.

Semua masalah ini membuat Jimin sangat pusing, ia tidak tau harus apa untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi satu hal yang harus ia lakukan untuk saat ini.

Mencari keberadaan Elden.

.

.

.

Our Family [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang