11 | Am I die?

71 50 10
                                    

"Am I die?"






'Berpeganglah pada feeling yang berasal dari alam bawah sadar kita'

-----oOo-----

"Oh...Ini adalah peringatan kematian Putri Mahkota dan tunangannya, sekaligus peringatan lenyapnya kerajaan agung Adorradia."

Deg...
Jantung Naori berhenti seketika ketika mendengar itu. Pasalnya, Adorradia, seperti tidak asing lagi baginya. "K-kalau saya boleh tahu...siapa nama keduanya?"

"Emm...Putri Athanasia dan Pangeran Anasthacius?"

Anasthacius? Bukankah itu nama orang yang selalu berada didalam mimpiku?
"Mengapa mereka mati?"

"Kurang pasti, tapi ada yang mengatakan mereka dibantai, ada pula yang beranggapan bahwa kematian mereka dikarenakan tabrakan komet maha dasyat pada tahun 1723," jelas lelaki paruhbaya itu. "Ya ampun! Bukankah itu peristiwa jatuhnya komet Ambyerious yang paling mengerikan?"

"Hmm...begitulah. Kalau begitu, saya pergi dulu," pamit lelaki tadi. "Ah...iya...terima kasih ya Tuan!"

Naori semakin masuk ke alam perpustakaan, sebelum ahirnya...ia melihat sebuah buku cantik yang terpajang dibalik dinding kaca. Pada sampul buku itu, terdapat permata biru saphire yang indah. Buku itu sangat mirip dengan yang ditunjukkan Cecilia tadi. Untuk memastikan, Naori menelfon Cecilia.

Tut...tut...tut...
'Halo, Nao? Ada apa?'

"Halo, Cecil! Dimana buku dengan permata biru saphire yang kau bawa tadi pagi?!" tanya Naori dengan membabi buta.

'Wow wow...tenang dulu, dude...'

Naori mendengus. "Sudah! Katakan saja kenapa sih?!"

'Bersabarlah! Buku itu kukembalikan pada Miss Sophia dan aku mengatakan jika kau tidak mau membaca buku itu. Ahirnya Miss Sophia bilang tak apa, tetapi dengan raut wajah sedih. Dia berkata, lagipula buku itu hendak disimpan kembali sebagai bukti peringatan kematian siapaaa gitu...'

Pip!...
Naori mematikan telfon secara sepihak. Entah dari seberang sana-Cecilia mengumpat Naori dengan nama segala hewan yang ada di muka bumi.

"Athanasia De Mussonch Adorradia Soveinch? Jadi dialah penulis buku cantik itu? Haha...Mama memberiku nama yang persis sepertinya!"

"DOR!"

"ANJAI!!! MISS SOPHIA?!" Miss Sophia hanya tertawa kecil. "Hehe...sedang apa kau? Kusuruh membaca buku ini saja, kau tidak mau."

"Untuk apa aku membaca buku itu? Membuang waktuku saja." Miss Sophia tekekeh, lalu ia menggenggam tangan Naori, dan dibawanya ke dekat buku itu. "Kenapa sih, Miss?!"

"Coba, kau pegang permata biru itu," Pinta Miss Sophia yang hanya dibalas dengusan oleh Naori. "Ya dibuka dulu penghalang kacanya!...."

"Oh iya lupa. Hehe..."

Ceklek...
"Peganglah," perintah Miss Sophia. Tidak seperti di film-film yang memegangnya secara dramatis. Naori pangsung saja memegang permata itu dengan santainya. "Tidak terjadi ap-ARRGGGHHH!!!! A-APA YANG TERJADI, MISS!!! ARGH....DADAKU...ARRRRHHGGGGGG!!!!"

Sudah kubilang, dia memang orangnya, geram Miss Sophia. "Nanti, kau bawa pulang buku itu!"

"Tidak!!! Permatanya seperti menyetrum jantungku!"

••••

"Miss Sophia dan Cecilia yang bodoh itu, mengapa mereka terus memaksa?! Apa spesialnya buku itu sih?!"

Jder...
"Waduh...hujan nih! Jemuranku!!!"

Naori langsung berlari keluar untuk menyelamatkan jemurannya. Beberapa saat kemudian, hatinya serasa sakit tetapi tidak berdarah, karena-

Doeng...
"Jelas harus ku cuci ulang." -jemurannya sudah basah kuyup.

Mata Naori mengerjab saat matanya disilaukan ileh cahaya biru yang tidak asing baginya. Cahaya itu datang dari arah meja belajar Nao. Perlahan tapi pasti, ia mendekat ke sumber cahaya. Ia dikejutkan dengan buki yang tadi ia lihat di peringatan kematian Athanasia itu. "B-buku ini...Mengapa buku ini horor sekali? Apa buku ini punya kaki?"

Naori tidak menyentuh buku itu karena tadi, sata ia menyentuh buku itu, tubuhnya menjadi sangat sakit dan tidak bisa bergerak. "Sudahlah...Buku bodoh. Oh ya jemuran! Kau menunggu Mama pulang saja ya! Aku mau tidur."

Naori berlari ke atas ranjangnya, dan langsung melompat sambil mengambil selimutnya. Namun,esuatu yang keras, membuatnya mengaduh kesakitan. Ia buka selimut tebalnya itu dam mendapati buku tebal lagi!!!!

Ia sudah muak dengan buku! Ahirnya, ia buka buku itu dan mendapati aksara yang asing, tetapi ia bisa membacanya. Dibacanya nama penulis buku itu. Tertulis Sophia York disana, dengan tinta emas.

Karena ia yang dikuasai emosi, ia buka asal lembaran buku itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Addoradia, 17 Juli, 1723

Hari ini, adalah hari kematian Putri Athanasia dan tunangannya, Pengeran Anasthacius. Hari ini juga, adalah kehancuran dataran Addoradia dan Mansia. Hari ini juga, adalah hari kematian pangeran Anasthacius, beserta pasukannya, dan hari pembantaian istana Mansia, serta pembunuhan Emperor beserta Empress Adorradia. Dan hari ini jugalah, takdir buruk, menghiasi dataran ini.

Bodohnya aku yang malah tetap hidup berkat Baginda Putri Athanasia. Sihir pelindung dari Putri Athanasia, akan melindungiku dengan cara memasukkanku ke dalam buku ini selama lebih dari dua abad, tapi itu malah tak membuatku binasa. Aku berharap, dapat merasakan kesakitan yang sama seperti Baginda Athanasia.

Beliau...pasti tidak dikuburkan jasadnya, karena semua orang mati. Seharusnya, beliau di makamkan selayaknya Putri Mahkota.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ia membuka lembar paling ahir dan betapa terkejutnya ia saat membaca kalimat 'Dan sekarang, Baginda Athanasia De Mussonch Adorradia Soveinch, terlahir kambali sebagai Naori Athanasia Dunkent.'







•••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hallo...Gimana? Nggak greget yaa...Nggak nyambung yaa... Kalau yang merasa nggak nyambung, baca baik-baik lagi chapter demi chapternya.

Kan aku udah Ps, ikuti alurnya baik-baik, baru bisa paham😴😂

Jangan lupa votmen✌

[Hiat] Return of the Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang