Berlari pun aku sanggup, asal aku dapat meraihmu.
-Ersya
H
APPY ENJOY READING, SOBAT!
***
Dua minggu kemudian...
Ersya yang baru saja pulang sekolah memasuki rumahnya. Ketika ia membuka pintu ia melihat mamanya.
"Mama sudah pulang ternyata. Apa kabar ma?" tanya Ersya yang senang melihat mamanya sudah pulang ke rumah. Walaupun orangtuanya sering tidak menggubrisnya, Ersya masih tetap menyayangi mereka karena mereka adalah orang tua Ersya.
"Baik. Nih mama mau pergi lagi" kata mamanya cepat lalu masuk ke kamarnya.
Semenit kemudian Ersya menemukan mamanya pergi membawa koper besar. Ersya heran, sebenarnya mamanya mau ke mana?
"Ma, mau pergi ke mana?" tanya Ersya
"Dah, mama buru-buru"
Ersya heran dan sedih, tidak adakah sedikit waktu untuknya sekadar bercengkrama dengan mamanya? Ersya bahkan tidak butuh uang orang tuanya. Ia hanya butuh kasih sayang dan perhatian. Ersya pun kembali meratapi hidupnya yang selalu berputar dalam kesedihan di hati.
***
Bel masuk sekolah berdering dengan kerasnya. Gadis yang berlari menuju gerbang sekolah hampir saja tidak diperbolehkan masuk karena satpam sedikit lagi menyelesaikan kegiatannya menutup gerbang. Tidak butuh waktu yang lama, Ersya sampai di kelas dengan napas yang ngos-ngosan seperti habis lari marathon.
"Wih, catat nih gais!! Selasa, 24 Mei 2020 jam 07.06 seorang gadis yang belum pernah terlambat memecahkan rekor terlambat. Hahaha" seru Carlos dengan lantang dan disambut oleh tertawaan teman-temannya yang lain.
"Mantap, sya teruskan!"
"Heh, lo pada diem deh" kata Karin menenangkan kelas yang ribut dengan gaya centilnya karena dia merupakan sie keamanan kelas.
"Huuu" sorak penghuni kelas.Ersya pun duduk sambil mengatur napasnya. Axel terheran melihat sahabatnya ini yang tumben-tumbenan terlambat.
"Nih, minum dulu" tawar Axel sambil menyodorkan air minum.
Tanpa babibu, Ersya menenggaknya sampai habis.
"Thanks, Xel"
"Ya, lu kok tumben telat?"
" Iya, nih. Bangun kesiangan gue"
Bohong.
Ersya sebenarnya tidak bangun kesiangan. Ia sebenarnya merasakan pusing yang luar biasa tadi ketika di jalan sehingga ia memutuskan untuk berhenti dan mencari tempat duduk. Ia duduk sekitar 10 menit, setelah ia sadar ia akan telat sampai di sekolah, ia langsung berdiri dan langsung berlari tidak perduli kalau kepalanya masih sedikit pusing. Alhasil, ketika sampai di sekolah Ersya malah ingin muntah tapi ia tahan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Beruntung tadi gurunya belum masuk ke kelasnya.***
Ersya pun mengikuti pembelajaran dengan sayup-sayup karena ia menaruh kepalanya ke atas meja guna meredakan rasa pusingnya.
"Oke, anak-anak. Sekian pembelajaran kita hari ini, silahkan istirahat." kata bu Lista.
"Baik, bu"
" Kantin yok, sya" ajak Axel.
Ersya pun menerima ajakan Axel berhubung ia juga tidak pusing lagi. Setelah sampai di kantin, mereka melihat bahwa tempat duduknya penuh. Ersya pun mengajak Axel untuk kembali saja.
Tetapi.."Oi, Ersya, Axel, sini!" panggil seseorang yang berada di ujung kantin. Sontak keduanya menoleh ke sumber suara.
"Eh, itu Carlos manggil kita, sya. Yok kesana aja, lagian di sana masih ada dua kursi kosong."
Tanpa menunggu persetujuan Ersya, Axel menarik tangannya ke tempaf Carlos. Ersya kaget ketika ditemukannya manik mata Rava yang sedang menatapnya.
" Sini aja kalian, mumpung di sini masih ada yang kosong" kata Carlos.
"Iya, makasih Car" jawab Axel
"Heh, car car apaan? Ntar gue dikira mobil elah. Panggil nama gue harus lengkap! C A R L O S!" cerca Carlos.
" Iya deh iya" kata Axel mengalah.
"Mau pesen apa?" tanya Rava tiba-tiba.
"Bakso aja gimana?" kata Axel.
" Setuju!" kata Carlos.
"Kamu, sya?" tanya Axel
Ersya yang kembali pusing hanya terdiam, tidak menyimak apa yang mereka katakan.
"sya?" senggol Carlos yang tepag disebelahnya.
"Hah?"
"Pesen apa?" tanya Rava padanya.
"Em, anu.. samain aja. Mmm, bawain gue sambel ya" kata Ersya yang sepertinya gugup meminta tolong kepada Rava. Rava pun memandang Ersya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Setelah pesanan datang, Ersya makan dalam diam. Sebenarnya ia kesal dengan Rava yang tidak membawa atau menaruh sambal sedikit pun ke bakso miliknya. Sehingga, Ersya ogah-ogahan memakannya. Sedangkan mereka makan dengan lahap dan mengobrol dengan seru.
Drrt...drtt
Rava memandang ke arahnya, Hp Ersya bergetar. Ersya tahu apa yang akan diberitahu oleh hpnya. Ia pun izin ke toilet, setelah itu langsung kembali ke kelas.Setelah ia sampai ke toilet ia melihat hpnya.
10.15
A+A+CErsya pun langsung mengeluarkan 3 butir obatnya dengan segera dan meminumnya. Antivirus, antibiotik, dan ciclosporin.
Setelah tiga jenis obat itu sampai di mulutnya Ersya tersadar akan satu hal.
"Astaga, gue lupa bawa air!"
Obat-obat itu seakan berdesakan di tenggorokannya. Ia pun berniat ke kelas untuk segera minum.
Tiba-tiba ia bertemu Rava yang baru keluar juga dari toilet.Ersya pun memaksakan senyumnya agar terlihat baik-baik saja. Tiba- tiba Rava menyodorkan air mineral padanya.
"Nih, diminum."
Ersya termagu. Apakah Rava melihatnya meminum obat? Tapi tidak mungkin, Ersya melihatnya keluar dari toilet pria bersamaan dengan dirinya yang keluar dari toilet perempuan.
" Apa mungkin suara gue tadi kedengeran ya?" katanya pelan.
" Trus kenapa ya dia kasih gue minum?" kata Ersya bertanya-tanya dalam hati.
Ersya pun berusaha untuk berpikir positif. Mungkin saja dia tahu bahwa tadi Ersya belum sempat meminum teh manisnya.
But, is this a good reason?
****
Hallo sobat baca!😊😊😊😊
Terima kasih sudah membaca!
Kira-kira, Ersya sakit apa ya sampe harus minum obat?Jangan lupa divote dan dikomen ya sobat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With HURTS
RandomApa kamu sama seperti Ersya? Punya rahasia yang harus disebarkan tapi tidak pernah diungkapkan? * * * Gadis ini memiliki rahasia yang tidak diketahui siapa pun. Banyak yang disembunyikan. Banyak. Semuanya tidak dapat ia terima. Tetapi, kesalahan "ev...