DANDELION

199 134 76
                                    

“Loh, kok bangun non? Yuk, tidur lagi.”

“ Iya, bi. Axel udah pulang kan bi?” tanya Ersya dengan nada lemah.

“ Iya non. Baru aja pulang, dari jam 8 tadi dia nungguin dan jagain non tidur loh.”

“Oke bi. Makasih, ya”

“ Iya non. Non istirahat lagi ya”

Ersya pun tersenyum kepada bi Inah, setelah kepergian bi Inah Ersya sama sekali tidak bisa tertidur. Ia kembali menagis, meratapi kesedihannya. Kedua orang tuanya telah pergi, sangat tidak masuk akal bagi Ersya. Semua orang dalam keluarganya pergi meninggalkannya. Kini tinggal lah ia sendiri, hidup sebatang kara. Menyadari hal itu, mampu membuat Ersya terisak.

Bagaimana pun kedua orang tuanya bersikap kepadanya, tetap saja mereka tetap orang tuanya. Ersya pernah merasakan kasih sayang dari mereka walaupun kasih sayang mereka sering ditunjukkan lewat uang. Kesedihannya berlipat ganda, kepada siapa dia dapat mencurahkan isi hatinya sedangkan ia sendiri menutupi rahasianya?

Tiba-tiba Ersya merasa menggigil, disentuhnya keningnya sendiri, kepalanya pun sakit luar biasa.

“Astaga, gue masih demam!”

Ersya pun menghembuskan nafasnya, berusaha tenang agar menghentikan air matanya yang terus mengalir dan sakit yang ia rasakan disekujur tubuhnya. Tidak kuasa menahan pedih, gadis ini pun kembali pingsan di malam yang sunyi.

****


Happy reading, sobat baca!
Vote+comment yah:)



Kamu tiup aku akan terbang
Hilang diudara dan akan sirna
Kalau masalahmu tidak dibilang
Yakin, bisa menahannya?
-Sam



Hari ini hari Sabtu, banyak orang yang berlalu lalang merayakan hari kelepasan mereka atas kesibukan-kesibukan. Bahkan, orang yang tidak memiliki kesibukan pun merayakannya. Aneh bukan? Tetapi, bukan berarti hari ini adalah hari yang betul-betul bebas karena masih ada saja orang yang sibuk bersekolah, ke kantor, atau orang-orang yang berkubang di suatu tempat untuk mengejar deadline.

Taman pun dikepung oleh sejumlah bau-bau makanan dan manusia yang berwajah bahagia. Anak-anak meniupkan gelembung warna ke udara sambal menampilkan gigi putihnya. Pasangan-pasangan kekasih berjalan bergandengan sambil menyuapkan cemilan murah yang dijual dipinggiran taman. Ada juga yang duduk merenung seperti menantikan jodoh yang tak kunjung datang.

Lalu bagaimana dengan gadis yang berjaket tebal yang sedari tadi diam sambal menitikkan air mata ini? Seakan tidak perduli tatapan-tatapan aneh dari orang-orang sekitar yang mengatainya menyedihkan? Ah, ayolah. Dia sama sekali tidak berekspresi!  Pandangan matanya kosong, bibirnya pucat. Apakah ia sedang patah hati?

Tidak se-simple itu.

“ kakak, kenapa kakak cantik nangis?”

Ersya yang merupakan gadis yang sedari tadi membisu dengan air mata seketika mendongakkan kepalanya karena mendengar suara anak laki-laki. Ersya menemukan dua anak kecil berada di depannya. Anak perempuan dan anak laki-laki yang tampak mirip.
Setelah itu, Ersya melihat dua anak kecil itu lalu tersenyum. Ia memang penyuka anak kecil.

“ Eh, hai adik-adik. Ada apa?” kata Ersya tersenyum.

“ kakak kenapa nangis? Mika sedih liat kakak nangis,” kata adik perempuan dengan linangan di pelupuk matanya sambil menghapus air mata yang berada di wajah Ersya.
Ersya yang bingung menyentuh wajahnya sendiri.

Air?” tanya Ersya dalam hati.

Ersya menghembuskan napasnya, ia sendiri bahkan tidak sadar kalau ia sedang menangis. Dengan buru-buru, Ersya menghapus air mata di wajahnya.

Deal With HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang