Pingsan Lagi!

292 194 89
                                    

Happy reading, sobat baca!

Jangan lupa vote dan comment ya!

Ersya pun menyesali keteledorannya sampai lupa meminum obat. Dia memang tidak merasakan apa pun. Tapi tidak tahu bagaimana esok. Ia pun tetap meminum obatnya dengan cepat, takut ia ketahuan.

Hingga sampai ia pergi bekerja pun ia merasa baik-baik saja.

***

Semua ada waktunya, kamu harus sukacita senantiasa. Badai memang ada, tapi tidak selalu bermaksud buruk.

-E

Salju memang tidak turun, bahkan cuaca tidak dingin. Orang-orang tampak berjalan dengan hebohnya agar sampai di tempat yang ingin dituju. Bahkan di sudut jalan, terlihat segerombolan anak muda yang mengibaskan dirinya dengan sapuan karon yang tipis guna mempersempit lahar yang panas. Ya panas.

Berbeda dengan apa yang gadis ini rasakan. Setiap langkah ia semakin merasa dirinya berubah jadi batu. Ah, ya maksudnya berubah menjadi es. Bibir memutih, wajah bersalju. seluruh tulangnya seperti bergesekan dengan karat!

Inilah akibatnya, penyakitnya dikategorikan cukup parah. Tapi, apakah benar-benar hanya cukup parah?

Heran!

Gadis ini sangat keras kepala dan tetap optimis melangkahkan kakinya memasuki sekolah. Tidak ada niatan untuk meluluhkan rasa dingin dengan segelas teh hangat. Sampai-sampai ia bernyali duduk untuk mengikuti pelajaran dengan kondisi yang demikian.

Beruntung, sahabatnya Axel peka dengan Ersya. Ia langsung menyampirkan jaket yang selalu dibawanya ke sekolah kemudian menyentuh tangan gadis yang menggigil dengan penuh kelembutan.

"Sya, lo lagi sakit nih. Badan lo dingin banget. Gue antar pulang aja ya?"

Ersya menggeleng pertanda tidak setuju. Bagaimana ia setuju? Bahkan ia saja nekat tetap berjalan kaki agar sampai di sekolah.

"gu...ee gak papa, xel" dengan nada lemah, Ersya berusaha meyakinkan temannya yang satu ini.

"Enggak, pokoknya lo harus pulang! Atau seenggaknya lo ke UKS, sya." Axel berusaha membujuk sahabatnya ini.

Karena Ersya keras kepala, Axel lalu menarik tangan Ersya menuju UKS. Axel menyuruhnya untuk tidur saja sementara Axel pergi sebentar.

Tidak lama kemudian, Axel membawa teh hangat untuk Ersya.

"Nih, diminum."

Ersya pun langsung meminumnya. Untung saja dalam hal ini dia tidak keras kepala.

"Makasih ya, Xel."

"Iya, sama-sama. Tapi lo gak papa kan? Gue khawatir, sya. Badan lo dingin banget kayak es!"

"Gue gak papa kok. Nih setelah minum teh hangatnya gue dah mendingan."

"Bagus deh, lain kali gak usah dipaksain, sya kalau lagi sakit."

"iya, bawel."

"Dih, di kasih tau juga"

"Hehe.."

"Sya,.."

"Hmm?.."

Ersya melihat ke arah Axel yang memanggilnya, menunggu kalimat yang akan dilontarkan oleh sahabatnya tersebut. Ersya bingung, Axel hanya terdiam dan menatapnya cukup lama.

Begitu bel pelajaran ke dua berbunyi, Axel pamit untuk kembali ke kelas. Axel menyuruh Ersya untuk beristirahat saja di UKS. Lebih tepatnya, ia memaksanya karena ia sudah hapal betul gelagat Ersya yang suka keras kepala kalau dibilangin.

Deal With HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang