Seluruh anggota keluarga mengalihkan perhatian pada pintu yang perlahan terbuka. Dari balik pintu tersebut dua orang wanita berjalan mendekat. Satu wanita melangkah dengan senyum cerah menghiasi wajah cantiknya, sedangkan wanita yang satunya lagi berjalan dengan rasa gugup yang terlihat jelas diwajahnya.
"Hanum pulang," wanita dengan senyum cerah menyapa keluarga yang tengah duduk diruang tamu dengan menatap mereka.
Danu menghampiri Hanum. Menghela nafas panjang saat tubuh orang yang dirindukan sudah dalam pelukannya. "Kangen banget rasanya. Cuma dua hari padahal, tapi kayak udah lama nggak ketemu," ucap Danu sebelum mencium pipi Hanum bergantian.
Mita, Mama Danu menyambut begitu mendengar penuturan putranya. "Waktu kamu pergi, Danu itu kayak anak kecil... kerjaannya ngerencokin Mama terus. Minta nelpon kamu tanyain kapan pulang. Padahal dia juga tau, kalau kamu perginya cuma dua hari ya," ucap Mita menjelaskan tingkah manja putranya.
Fitra mengangguk membenarkan. "Gimana kalau kamu pergi selama sebulan ya, Han? Bisa mati berdiri dia," ucapnya terkekeh.
Danu berdecak. "Nggak mungkin, Pah," ucapnya penuh keyakinan. "Kalau Hanum pergi selama itu, Danu pasti ikut."
Beberapa saat lamanya obrolan itu terus berlanjut. Seolah tak merasakan kehadiran gadis yang sejak tadi sudah berdiri disamping Hanum dengan gelisah. Sesekali ikut tersenyum saat terdengar tawa canda antara keluarga itu. Terasa kalau keberadaannya benar-benar seperti orang asing. Bagaimana jika Hanum telah menyampaikan keinginannya. Tak bisa gadis itu bayangkan bagaimana perubahan suasana itu nantinya.
"Kalian terlalu asyik sendiri sampai nggak peduli gadis disamping Hanum," Nenek Danu memotong percakapan. Hingga membuat semua orang menoleh pada gadis itu, yang tentu saja semakin membuatnya gugup. "Nama kamu kamu siapa, Nak?" Tanya Nenek Danu pada gadis itu.
Gadis itu diam, menoleh sesaat pada Hanum yang tersenyum padanya.
"Safna, Nek."
Hanum yang menjawab. Perlahan tangannya meraih tangan gadis itu, seolah memberi semangat pada gadis itu dan menenangkan segala kegelisahannya.
"Calon istri Mas Danu," ucap Hanum sejenak menoleh pada Danu.
Terkejut Danu mendengar itu, lalu Menatap Hanum bingung.
Sejak lama Hanum memang meminta Danu untuk menikah lagi. Meminta Danu memilih sendiri wanita yang ingin ia jadikan istri. Tapi permintaan aneh Hanum tak sekalipun dijalani Danu. Ia berpikir, mungkin Hanum terlalu banyak berpikir jika Danu menginginkan hal yang selama ini belum mereka dapatkan mengingat lamanya usia pernikahan. Namun begitu, Danu tidak menyangka, penolakan yang selama ini ia lakukan malah membuat Hanum memilih sendiri calon istri untuknya.
"Permisi," ucap Danu. Dengan menggenggam tangan Hanum. Danu membawa Hanum pergi menjauh. Spontan, Hanum melepas genggaman tangannya dari Safna.
Berhenti, setelah Danu merasa jaraknya cukup jauh. "Maksud kamu apa, Han?" tanya Danu menahan kekesalannya. Perlakuan Hanum sudah terlampau berlebihan menurut Danu.
"Aku udah jelasin tadi, Mas," ucap Hanum.
"Aku tau!" Danu mendesah. "Tapi buat apa? Aku udah punya kamu, aku gak butuh orang lain."
Hanum menghela nafas. "Bukan gitu, Mas. Kamu butuh Safna," ucapnya. "Bukan. Tapi kita semua. Aku, kamu, Mama, Papa, Nenek. Semua."
"Aku nggak butuh dia," ucap Danu penuh keyakinan. Tangan Danu terukur menggenggam erat tangan Hanum. "Kita harus bahas ini berapa kali, Han? Harus berapa kali aku bilang aku nggak mau. Kamu nggak perlu lakuin ini... kita udah periksakan. Dokter bilang nggak ada yang salah dengan kita. Kamu juga dengar itu, kita hanya perlu sedikit bersabar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua (Selesai)
RomanceIni cerita pertamaku. Kamu bisa baca cerita-cerita yang lainnya juga, loh^^ _________________________ Bagaimana perasaanmu saat wanita lain memintamu untuk menjadi madunya, melahirkan anak keturunan suaminya saat kamu ternyata tak begitu kenal denga...