Dua

13K 688 13
                                    

Danu memasuki kamar, tempatnya biasa tidur bersama Hanum. Mendapati Hanum sudah tidur dengan posisi membelakanginya. Bagai pencuri, Danu bergerak perlahan, mengendap-endap naik ke tempat tidur. Lalu ikut berbaring.

Merasakan sebuah gerakan dibelakangnya. Hanum merubah posisi. Sadar jika Danu berada di kamarnya.

"Mau ngapain, Mas?"

"Yaa, tidur... ngapain lagi."

Hanum bangkit dari tidurnya dengan menatap tajam Danu.

"Seharusnya kamu tidur dikamar Safna kan, Mas?"

"Males!" jawab Danu cepat.

Hanum menghela nafas. "Kalian udah nikah loh, Mas... kamu nggak mikirin perasaan Safna?"

"Lalu perasaanku bagaimana?" tanya Danu lantas bangkit dari tidurnya.

"Kenapa jadi bahas perasaan kamu?" tanya Hanum dengan kening berkerut.

"Iya... setiap saat, setiap waktu, kamu cuma memikirkan bagaimana perasaan dia," kesal Danu tak ingin menyebut nama Safna. "Tanpa peduli bagaimana perasaanku. Bagaimana tertekannya aku demi mengikuti keinginan kamu!"

Hanum menghela nafas. "Aku minta maaf untuk kesalahanku, Mas," ucapnya. "Tapi Safna udah jadi kewajiban kamu. Tanggung jawab kamu memenuhi kebutuhannya."

"Aku udah kasih segalanya yang mampu aku kasih sama dia." Danu berucap dengan memalingkan wajah.

"Kamu gak boleh egois gitu, Mas!"

Danu kembali menatap Hanum, tak menutupi rasa kesalnya.

"Aku egois?" tanya Danu. Namun sebenarnya tidak berniat untuk bertanya. "Kamu bilang aku egois?" Danu mengulang. "Kalau aku egois, kamu apa? Pengertian?!" ucap Danu semakin kesal saja. Perlahan kakinya turun menapak lantai. "Udahlah! aku yang mengalah. Semakin lama aku di sini semakin tambah panjang masalahnya." Danu lantas bergegas keluar kamar.

"Mas!" seru Hanum. Namun Danu tetap mengikuti langkah kakinya. Tak berniat berhenti atau menoleh sedikit pun.

Sudah dua bulan lamanya Danu menikahi Safna. Satu minggu umur pernikahan, barulah Danu menjejakkan kaki di kamar Safna. Itupun terjadi hanya sekali. Dan tentu saja, karna perintah dari Hanum.

Ya, akhirnya setelah satu minggu pernikahahan Danu menemani tidur Safna. Tentu saja Safna merasa senang meski tau Danu melakukan itu karna desakan Hanum. Dan malam itu, Safna berikan yang paling berharga bagi dirinya untuk Danu.

Berpikir, mungkin meski semua terjadi karna desakan Hanum. Tapi Safna bisa melalui semuanya dengan Danu penuh cinta. Sayang, Safna harus menghempas mimpi indahnya. Sebab yang Safna dapat bukan malam penuh cinta, melainkan malam penuh dengan kepedihan.

Sakit, karna menyadari semuanya terjadi hanya karna sebuah tanggung jawab. Sakit, karna dari awal sampai akhir, Safna tetaplah orang asing, ditempat bahkan dihati Danu. Meski begitu, apa yang harus Safna lakukan? Resiko harus Safna terima karna sudah memilih suami orang lain menjadi suaminya. Resiko Safna sebagi istri kedua.

Ketukan pintu membuyarkan Safna dari lamunan. Menghentikan kegiatan yang sejak tadi ia lakukan. Melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul. 22.31 wib. Siapa yang ingin menemui Safna malam begini. Danu kah, atau Hanum? Cepat Safna menggeleng. Tidak mungkin Danu datang menemuinya. Tak pernah Danu melakukan itu. Dan akan sangat mengejutkan jika memang terjadi. Hanum, pasti madunya itu yang tengah berdiri dibalik pintu sambil mengetuk pintu.

"Masuk aja, Mbak, nggak dikunci," ucap Safna kembali melakukan kegiatannya.

Perlahan pintu kamar Safna terbuka. Tercengang saat mendapati sosok dari balik pintu itu bukanlah Hanum.

Istri Kedua (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang