Renjun About Her Hubby; Lee Jeno

4.1K 230 26
                                    

Jeno x Renjun (gs)

Fanfiction | Romance | Fluff | Family
Rated T

...

Pagi yang indah. Tidak terlalu buruk walaupun bangun kesiangan ketika menemukan suasana yang begitu akrab dimana suamiku sedang mengajak bayi cantik kami bermain.

Dia Jeno. Lee Jeno.

Bukan seorang pria sempurna, namun pria yang mampu melengkapi seorang Huang Renjun.

Aku heran sekaligus bersyukur melihat bagaimana dia bisa bertahan menghadapi diriku yang bahkan menurut diriku sendiri begitu keterlaluan.

...

Sejak pertama mengenalnya aku selalu memperlakukannya tidak seperti seorang teman.

Setiap pagi aku memarahinya, siang hari aku mengomelinya, dan sore hari menceramahinya.

Bagaimana tidak—–aku seorang ketua kelas dan diantara semua anak di kelas kami hanya dia yang selalu datang terlambat.

Lebih parah lagi dia selalu datang dengan seragam yang acak-acakan, rambut seperti tidak disisir, tas dengan risleting terbuka. Bahkan seumur hidupku aku tak pernah menemukan orang seberantakan dirinya.

"Lee, kau tahu kan setiap tahun ada penilaian kelas dan karena kau bisa-bisa reputasiku hancur . Bisakah kau bangun lebih pagi agar tidak terlambat dan apa kau tak punya sisir di rumah, cermin juga, dan apa kau tak pernah berpikir jika di jalan ada orang jahat yang ingin mencuri isi tas mu atau mereka memasukan sesuatu yang tidak-tidak? Kau bisa berakhir di kantor polisi."

"Ini nomor ponselku, kau boleh meneleponku pagi-pagi buta sesuka hatimu agar aku bangun." Dengan itu Jeno tersenyum penuh percaya diri lalu pergi keluar kelas meninggalkan aku yang tak bisa berkata-kata.

Tapi meskipun begitu, jadilah setiap pagi aku tetap meneleponnya, menjadi alarmnya.

"Ini," sore itu sehabis piket kelas dimana kami, tepatnya aku yang sengaja mengelompokan piketnya bersama agar dia tidak berani kabur. Aku memberikan satu kotak yang isinya sisir, weker, dan ikat pinggang.

"...aku harap kau mau berubah Lee."

Tapi Lee Jeno tetaplah Lee Jeno yang kata para siswi wajahnya tampan. Tampan apanya, dia hanya tahu tertawa, meremehkan, dan kadang-kadang membuatku marah.

Dia selalu berhasil membuatku ingin mati berdiri.

Tepat saat kelas dua dia mengajaku berkencan. Dia merasa aku adalah malaikat yang membuatnya tetap berada di sekolah itu. Sangat berlebihan dan benar-benar tak berdasar.

Aku tak pernah mengiyakan tapi kenapa juga tak pernah menolaknya.

Aku rasa Jeno memang punya matra yang selalu membuatku tidak bisa mengiyakan ataupun menolak.

Dan baginya diamku selalu diartikan 'Iya'.

"Ayo!" Ia menarik tanganku seenaknya.

Rasanya memalukan setiap kali ada siswa di koridor yang menatap kami meskipun itu tersenyum. Lee-menyebalkan-Jeno selalu sesumbar kalau aku sekarang kekasihnya omong-omong.

"Kita mau kemana?" Setahuku ini jalan menuju studio musik yang selalu dia bicarakan padaku.

"Diam saja..."

Memang segala tindak-tanduk orang ini dapat dengan mudah dibaca. Dia memang membawaku ke studio musik seperti dugaan awal.

Tidak ada siapapun disana, ia juga hanya mengambil gitarnya saja dan langsung ingin mengantarku pulang.

La Famille (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang