03. How Broke Iam

168 21 10
                                    

counting days
Since my love up and got lost on me

And every breath that I've been taken
Since you left feels like a waste on me
I've been holding on to hope

🍃🍃🍃

Setelah hari itu, dimana Jimin mengaku pada Seulgi bahwa dirinya tengah jatuh cinta pada pandangan pertama pada murid baru bernama Yewon, membuat Seulgi merasakan keterpurukan lain ketika ia merasa separuh dirinya hilang entah kemana dicuri orang.

'Apa Jimin melupakan kejadian malam itu saat di mencium ku? Apa itu hanya sekedar ciuman tanpa perasaan?' Seulgi kalut dalam lamunannya tak menyadari bahwa dia kini tengah mendiamkan makanan siangnya.

"Ya Kang Seulgi! Kau mau makan atau tidak." Teriak Jimin dengan menggebrak meja membuat Seulgi yang di seberang meja Jimin seketika sadar dari pikirannya.

"Iya iya bawel, bikin kaget saja." Seulgi pun melahap makanannya meski pikirannya tetap berterbangan kemana-mana dengan bebas melewati batas terburuk sekalipun.

"Maaf, apa aku boleh ikut makan bersama kalian? Aku belum memiliki teman, rasanya akan sedikit aneh jika aku duduk sendiri." Yewon berdiri di dekat meja Jimin dan Seulgi dengan membawa nampan berisi makanannya.

"Eoh Yewon-ah kau bisa duduk bersama kami ayo duduklah." Jimin bahkan berdiri menggeser kursi untuk yewon di sebelahnya membuat Seulgi yang berada di depan mereka menatapnya dengan tatapan sinis.

"Seulgi-ah, kalian berdua keliatan sangat cocok, kau cantik dan Jimin tampan aku bahkan belum pernah memiliki seorang pacar, rasanya pasti menyenangkan ketika kau memiliki pacar yang bisa diandalkan." Ucap Yewon sebelum menyuapkan makanannya.

"Bukan, Seulgi bukan pacarku. Dia temanku sejak kecil, kami tumbuh bersama. Bahkan aku tak berpikir kami memiliki perasaan lebih iya kan Seul." Jawaban Jimin jelas membuat Seulgi memanas. Bagaimana tidak, jelas-jelas Jimin pernah menciumnya tapi sekarang justru dia mengatakan hal seperti itu. Apa sebuah Ciuman juga dilakukan tanpa ada perasaan?

"Yak Jimin-ah, *na malhaessjhana. Diamlah saat kau makan, kau berisik kau tahu?" Seulgi cukup sarkas memang bahkan setelah mengatakan hal itu dia pergi membawa makanannya yang masih berisi meninggalkan Jimin bersama Yewon. *(Aku kan sudah bilang)

"Apa dia sedang pms? Ahh lupakanlah Yewon-ah dia memang seperti itu jika pms tapi dia baik kok. Baiklah aku duluan. Yakk Kang Seulgi tunggu aku!" Jimin pun buru-buru pergi menyusul Seulgi.

Seulgi tetap melesat menuju kelasnya meninggalkan kantin dan Jimin yang berusaha mengejarnya di belakang, sampai sebuah bahu menghempasnya cukup keras membuatnya yang lengah terjatuh dengan mudah.

"Maaf apa itu sakit?" Suara dan uluran tangan itu membuat Seulgi mendongak menatap mata hangatnya. Jeon Jungkook, itulah yang dilihat Seulgi, nama yang tertulis di seragam pria itu.

"Seulgi-ah! Berdirilah ayo kau tidak apa-apa?" Tiba-tiba Jimin datang membantu Seulgi berdiri membuat uluran tangan seorang Jungkook terabaikan.

"Seulgi Seonbae? Kau tidak apa-apa? Maaf aku sedikit terburu-buru sampai tak menyadari jika itu kau." Senyum Jungkook membuat Seulgi bingung bagaimana mungkin orang asing itu tau namanya.

"Ahh aku Jeon Jungkook. Aku Trainee yang baru 1 tahun di Agensi yang sama dengan mu. Aku pindah sekolah hari ini menjadi adik kelas mu." Jelas Jungkook.

"Eoh begitukah? Aku-" sebelum Seulgi mengucapkan sesuatu tiba-tiba lengannya ditarik Jimin pergi dari tempat itu, Jungkook hanya menatap punggung mereka yang mulai menjauh.

🍃🍃🍃

"Tak bisakah kau biarkan aku sehari saja? Berhenti meminta uang padaku! Bekerjalah jika kau mau uang itu!" Suara teriakan gadis itu memenuhi toilet siswa perempuan yang kosong di waktu pembelajaran.

"Apa? Kau akan menyiksaku lagi? Lakukan saja terserah mu! hancurkan saja aku ini sampai kau tidak bisa memintai uang lagi padaku!" Seulgi menjerit dengan beberapa Tetes air mata mengikuti tuturnya yang tertekan.

Setelah teriakan itu tak ada lagi suara pria di ponselnya, Seulgi perlahan merosot di antara dinding toilet dengan isakan yang tertahan.

Di kelas, Jimin masih sesekali memperhatikan Yewon ketika guru tengah menjelaskan pelajaran yang dirasa membosankan bagi tiap siswanya.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka menampilkan Seulgi yang sedikit kacau dengan wajah memerah dan rambut yang sedikit basah dan seragam yang mulai kusut.

"Seonsaeng-nim, aku rasa aku sedang tidak enak badan, aku akan pergi ke UKS. Tidak apa-apa aku bisa sendiri tidak usah menyuruh yang lain untuk mengantarku." Seulgi menutup pintu kelas dan berjalan ke UKS sendirian kemudian di sana dia mulai merebahkan dirinya memunggungi tirai yang menutup mengelilingi tempat tidurnya.

"Kau kenapa? Aku sudah lama tidak melihatmu kembali lemah seperti ini lagi? Apa ada masalah yang sangat berat?" Jimin nyatanya mengekori Seulgi daritadi hingga kini ia berdiri di samping tempat tidur seulgi dengan Seulgi yang memunggunginya.

"Aniya, bukan apa-apa." Perlahan Jimin duduk di samping seulgi, memegang bahu Seulgi kemudian menariknya pada sebuah pelukan yang membuat Seulgi kembali terisak.

"Kau tau? Ku rasa aku sudah tak memiliki dunia lagi, aku tak memiliki alasan lagi untuk bertahan dari semua ini Jim." Seulgi tak peduli perasaan Jimin yang saat ini mencintai orang lain, yang ia butuhkan hanya pelukan Jimin yang sudah seperti rumahnya, yang nyatanya menjadi alasan membuatnya harus bertahan. Hanya Jimin yang ia anggap dunianya. Hanya Jimin seorang tidak ada yang lain lagi.

"Kenapa kau bicara begitu? Kau memiliki ku Seul, aku duniamu, aku alasanmu dan kau tau itu. Aku juga sudah bilang jangan angkat telpon ayahmu lagi, tapi kau tetap mengangkatnya. Biasanya kau tak menangis setelahnya, apa yang ayahmu katakan kali ini?" Jimin mengelus surai Seulgi yang berada di dadanya.

"Seperti biasa kau tau." Jawab Seulgi mulai menenang dalam dekapan Jimin yang hangat dan ampuh untuk menghilangkan kesedihannya.

'Kau memang duniaku Jim, tapi bagaimana kau bisa selamanya jadi duniaku jika bahkan kau memiliki yang lain selain aku untuk kau sayangi. Apakah ini keserakahan ketika aku menginginkanmu seutuhnya hanya untukku?' Batin Seulgi bergejolak, mengeratkan pelukannya bertentangan dengan batinnya yang mencoba melepaskan karena tau akhirnya hanya akan memburuk seperti yang keliatannya.

Seorang pria berdiri diluar jendela UKS menatap dua insan yang tengah berpelukan dengan kehangatan itu. Alisnya naik sebelah menatap dengan tatapan tajam sinis.

"Kau harusnya pergi dari pelukan pria itu...








Seulgi Seonbae-nim...


To be continue.

Last of Me[Pindah lapak/Akun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang