06

23.6K 2.7K 378
                                    

Aileen tengah berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Pagi ini, akan di adakannya pemilihan kandidat ketua dan wakil ketua osis tahun ajaran baru.

Bel berbunyi sekitar sepuluh menit lagi, jadi Aileen masih punya waktu untuk membeli roti dan juga susu kotak.

Baru juga kakinya ingin menginjak lantai kantin, tapi sesuatu menarik ranselnya sampai ia mundur dua langkah kebelakang.

Aileen terpekik dan langsung menundukkan kepalanya bersamaan dengan wajah Elvaro di hadapannya.

"Heh bucong, gue punya bocoran dari bokap. Gue masuk jadi kandidat ketos. Dan gue mau lo yang jadi wakilnya" ujar Elvaro tanpa repot-repot mengapit kedua rahang Aileen seperti biasanya, karena takut Aileen tidak dengar.

Tapi kali ini lain ceritanya, Elvaro sudah tahu kalau Aileen tidak lah tuli. Walaupun Aileen terus bersikap seperti itu, Elvaro tetap mempercayai apa yang ia lihat malam itu di rumahnya. Bukti kuat yang ia lihat dari mata kepalanya sendiri.

"Gue gak mau" balas Aileen dengan kepala yang masih menunduk.

"Gue gak minta persetujuan lo. Gini deh, kita duduk dulu biar nanti gue jelasin ke lo" Elvaro menarik tali ransel Aileen untuk mengikutinya.

Sesampainya di meja pojok kantin, Elvaro langsung melepas tali ransel yang ia tarik itu. Elvaro duduk dengan tenangnya sambil menatap datar Aileen yang masih berdiri menunduk.

"Duduk, atau-" ucapan Elvaro terhenti saat Aileen buru-buru duduk di hadapannya.

Elvaro tersenyum miring. Ternyata mudah sekali mengancam Aileen dengan ancaman beasiswa nya itu.

"Mungkin lo heran kenapa bisa cowok kaya gue jadi kandidat ketua osis. Gue juga gak berminat sama sekali jadi babunya sekolah, tapi demi fasilitas yang gue punya saat ini jadi ancaman bokap, jadinya mau gak mau gue harus ikutin kata-katanya" jelas Elvaro membuat Aileen diam dengan alis yang mengerut bingung.

Memangnya apa hubungannya ia yang jadi ketua osis dan fasilitasnya yang terancam dengan Aileen yang di haruskan menjadi wakil ketua osis nya? Aileen masih belum mengerti akan isi otaknya Elvaro. 

Lagipula, kalau Aileen jadi wakilnya pasti tidak akan ada yang memilih mereka bukan? Secara Aileen gadis tuli yang sudah tercap di sekolahnya ini, siapa yang akan memilihnya?

"Lo bisa pilih orang lain sebagai wakilnya, gue-"

"Lo kan pinter, murid beasiswa. Jadi gue butuh otak lo biar gue menang dan terpilih jadi ketos" Aileen reflek mengangkat wajahnya, sehingga mereka bertemu pandang.

"Lo bilang cuma nerima jadi kandidat doang, berarti-"

"Ya percuma tolol kalo gue gak menang tetep aja ancamannya berlaku. Lagian kalo gue kalah, terus fasilitas gue di tarik semua emang lo mau mencukupi kebutuhan gue sehari-hari?"

Aileen diam seribu bahasa. Jangankan mencukupi kebutuhan orang lain, kebutuhan ia sendiri saja Aileen harus meminimalisir semuanya.

"Lo tau semua orang di sekolah ini gak ada yang srek sama gue, terus lo tiba-tiba nyuruh gue jadi wakil lo. Itu udah pasti lo bakal kalah" Elvaro sudah menduga kalau Aileen pasti akan mengutarakan isi hatinya seperti ini.

"Justru itu. Lo gak boleh sampe bikin gue kalah. Waktu promosi diri sekitar dua minggu, selama itu lo harus bikin visi misi yang memukau. Setidaknya memukau para guru, kalo masalah murid lain biar gue yang urus" Aileen masih bingung dengan penjelasan Elvaro.

"Ck! Gini deh, lo gue gaji tiap minggu lima ratus ribu. Cukup?" Aileen tetap diam walaupun sebenarnya ia menginginkan uang itu untuk tambahan biaya hidupnya.

AILEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang