•••
Joa, gadis itu berlarian disekitar rumah sakit untuk menemukan keberadaan Friden. Setelah kepergian Friden tadi, ia memang menenangkan Anneth, tak lama Anneth tertidur karena mungkin lelah. Jadi, ia memutuskan untuk mencari Friden.
FYI, Joa memang seorang penenang yang baik. Ia sering menenangkan teman teman nya ketika sedang berada dalam masalah. Bukan hal aneh jika Joa dipercaya melakukan hal positif seperti itu.
Langkah kakinya membawa nya menuju taman rumah sakit. Taman yang memang sangat besar. Ada 3 kolam besar yang mengelilingi gedung rumah sakit dimana setiap kolam terdapat angsa angsa yang cantik. Banyak juga tanaman hias di sepanjang jalan. Sangat menyegarkan mata. Tak lupa pula tumbuhan tumbuhan hijau yang dijumpai di setiap bagian rumah sakit.
Mungkin ini salah satu alasan mengapa rumah sakit ini sering sekali mendapat respon positif. Juga banyak nya orang yang memilih pergi ke rumah sakit ini daripada rumah sakit di dekat tempat tinggal mereka.
Kakinya melangkah menghampiri Friden yang duduk termenung di salah satu bangku taman berwarna putih. Terlihat senada sekali dengan tumbuhan sekitar dan juga baju Friden yang saat itu berwarna hijau dengan celana panjang berwarna putih.
Joa duduk tepat di samping Friden. Namun Friden sama sekali tak mengalihkan tatapan nya dari angsa angsa yang asyik berenang di kolam. Entah melamun atau memang dirinya tak berniat untuk menanggapi.
Baru saja Joa ingin membuks mulutnya, Friden sudah terlebih dahulu berbicara. Ternyata lelaki di samping nya ini memang berniat untuk tak menanggapi perkataan nya.
"Plis Jo, kali ini Gue butuh waktu sendiri. Gue tau niat Lo baik, tapi Gue butuh waktu sendiri. Gue gamau Lo jadi pelampiasan Gue."
Joa tersenyum. Sudah menduga hal ini akan terjadi. Joa hanya mampu tersenyum dan tersenyum berharap agar lelaki ini mampu memaafkan sahabatnya.
"Yaudah, kalo Lo butuh bantusn Gue, Gue ada kok di kantin rumah sakit. Lo kesana aja, Gue tau Lo belum makan." Joa lalu berjalan menjauhi Friden. Menyisakan Friden sendiri tengah merenungi perbuatan nya.
Ia kecewa. Ia kesal. Ia marah. Kecewa pada Charisa yang tidak bisa menjalankan perintahnya. Kesal pada dirinya yang tak bisa melakukan sendiri kemauan nya. Dan marah pada siapapun yang berniat mencelakakan Deven.
Walaupun mereka berniat untuk memberi Deven pelajaran, bukan berarti Deven bukan teman mereka kan?
•••
"Emmm, Cha?" Anneth baru saja terbanguj dari tidurnya. Eh, tidur atau pingsan? Itulah ya.
"Iya Neth, ada apa?" Charisa melirik ke arah Anneth, namun juga kemudian menatap Deven menyesal.
"Gimana sama Deven?"
Charisa terdiam sesaat. "Itu, emm, Lo tenang aja. Doa aja biar Deven baik baik aja."
Anneth menghela nafasnya. Dia tak bisa menyalahkan Charisa. Karena jika ia berada di posisi seperti Charisa, ia juga akan mengalami hal yang sama.
"EH MINGGIR MINGGIR! PERMISI! WOELAH MINGGRI NAPASIH?! MINGGIR DULU, GUE MAU LEWAT!" Aish, itu Gogo. Entah siapa yang menelpon nya. Yang pasti Charisa harus menyiapkan mental. Gogo lebih parah dibandingkan dengan Friden.
Siapa tau jika nanti Gogo bermain tangan?
Tidak, jangan. Charisa harap tidak seperti itu yang terjadi.
"Mana Deven?! Mana?! JAWAB! LO PUNYA MULUT KAN?!" Oke, sepertinha Charisa harus benar benar menyiapkan mental.
O-ow
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting Of You [Tidak Dilanjutkan]
FanficCerita yang berkisar tentang menunggu dan menunggu. • Segalanya tentang menunggu. • Menunggu secara beruntun. • Menyadarkan kita apa arti sebenarnya menunggu. Tentang kesetiaan, keikhlasan, dan persahabatan. Menunggu semuanya kembali seperti normal...