Ganteng-ganteng aneh

20 4 2
                                    



Tok..tok..tok
"Dek,,, dah bangun lum???" Panggil ERDINO ARBEN MARSHELLO atau biasa dipanggil Erdin kakak kandung Azzo yang kini kuliah semester akhir.

"Hmm..." Guman Azzo

"Nih bocah dibangunin malah paduan suara Nisa sabyan." Guman Erdin. " Woyyy bangun dek!!! Ntar adek terlambat." Erdin dengan wajah kesalnya, Dan Menarik-narik selimut Azzo.

"Iya kak iya....emang jam berapa sih!!!" Jawab Azzo yang masih mempertahankan selimut hangatnya.

" Jam 06.28 kakak mampusin kalau terlambat." Ucap Erdin

"Ck...jam 06.28" Azzo dengan santainya mangambil handuknya dan berjalan dikamar mandi

" Adek nggak takut terlambat. Santai bener jawabnya?" Tanya Erdin dengan raut wajah bener. Gimana nggak binggung, kan biasanya orang terlambat itu takut lah ini malah santai.

"Ya elah kak. Kenapa coba takut segala?" Azzo dengan wajah khasnya cuek dan malas

"Kalau nanti adek dihukum gimana??" Sahut Erdin dengan penasaran

"Dihukum ya dihukum, jalani aja. Gitu kok susah amat."ucap Azzo dengan santai bahkan kelewat santai

"Hah' " timbal Erdin dengan wajah cengo nya." Hadeh....punyak satu adek aja, kok gini amat." Lanjut Erdin Melihat ekspresi wajah adiknya yang cuek dan pastinya bodoamat

Setelah selesai dengan ritual ala girl squed maksudnya ala Arazzo. Azzo menuju garasi rumahnya, hari ini ia berencana menggunakan Blackii sepeda gunungnya. Mau berangkat dengan kakaknya tapi udah berangkat dari tadi.

Disepanjang jalan Azzo bersenandung dengan indahnya. Azzo mengayun Blackii dengan santai tapi cepat. Ia melihat jam digital dijalan. "Ohh pukul 06.50" guman Azzo. Nggak heran kenapa Azzo santai sekali, la wong gerbang sekolah udah didepan mata bulatnya.

Azzo memarkirkan Blackii, entah kesialan lagi atau kebetulan si Blackii menyenggol montor gede entah punya siapa dan

Brukkk...
"Etdah ambruk segala lagi nih montor!!! Montor gede-gede kok gampang ambruk." Gumam Azzo "mana yang punya montor masih disini lagi...." Lanjut Azzo

"Lo.." panggil sipemilik montor gede tadi

"Iya-iya...gue tanggung jawab" sahut Azzo, menatap wajah sipemilik montor dengan wajah khasnya malas.

"Berdiriin!!!" Perintah sipemilik montor yang tidak lain dan tidak jauh-jauh dari pemeran utama pria, siprimadona sekolah Arkan.

"Tapi...." Jawab Azzo dengan nada keraguannya. Gimana nggak ragu berdiriin montor gede mana posisinya miring alias ambukk lagi ditambah sendiri. Ya elah berat, mana malas lagi. Untung-untung sipemilik montor mau bantuin lah ini natap cuek-cuek aja.

"Tanggungjawab Lo." Ucap Arkan dengan wajah datarnya

"Bantuin napa....berat tau!!"sewot Azzo

"Salah Lo..." Arkan dengan wajah cueknya

"Tau kalau salah....Bantuin napa elah!!!" Lanjut Azzo masih meminta bantuan kepada Arkan.

"Nggak." Arkan masih stay cool

"Bantuin." Azzo masih berusaha meminta bantuan.

"Nggak."

"Bantuin."

"Nggak."

"Bantuin."

"Nggak."

"Bantuin."

"Nggak."

"Nggak."

"Bantuin...ck" decak Arkan

ZONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang