"mau bareng??" Tanya cowok di samping Azzo
"Dia lagi dia lagi" guman Azzo
Siapa lagi kalau bukan orang yang paling buat Azzo kesal bukan main Arkan Daniello Barkara
" Nggak. Terima kasih." Kesel juga lama-lama berhadapan sama makhluk kasat mata yang bikin darah tinggi ini.
"Beneran." Sekali lagi Arkan bertanya
"Iya" rasanya Azzo ingin mengumpat saat ini juga
"Yakin."
Nih orang kok makin lama makin nyebelin bin ngeselin ya. Ganteng-ganteng kok sukanya bikin orang darah tinggi.
"Budeg ya lo!" Akhirnya Azzo berdiri "Kan gue udah bilang nggak ya nggak." Lanjutnya.
"Cuma nawarin." Jawab Arkan dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Lo kok ngeselin banget ya??"
Arkan masih stay pada tempat nya. Terus memandangi Azzo dari mata turu ke hati..eaaaaa
"Hmm"
"Nih rantai kok nggak benar-benar ya?" Makin lama kok makin kesal rantai dibenerin kok nggak bisa-bisa
Brum...brumm
Arkan mulai menjalankan motornya."Ehhh tunggu, gue nebeng jadinya." Teriak Azzo
"Katanya nggak perlu!!" Ckk dasar cewek awalnya aja nggak mau akhirnya langsung sikat habis.
"Berubah pikiran." Seolah urat malu udah putus dari jaringannya. Azzo mah nggak mau ambil pusing. Tadinya kan ia kira rantai sepeda nya bisa dibenerin eh malah nggak mau nyambung-nyambung, jadi nggak salah ia menerima tawaran dari makhluk kasat mata yang satu ini.
Tanpa disuruh Azzo langsung naik ke jok montor Arkan."Ayo cepet jalan!!" Perintah Azzo seakan-akan Arkan adalah tukang ojek. Nggak nyadar dianya montor siapa yang nebeng siapa, hadehh dasar Arazzo.
Arkan langsung menjalankan montor nya. Untuk sepeda Azzo mungkin dirosokin kali kan udah nggak bisa diperbaiki canda Azzo mah masih sayang sama di Blackii paling-paling dititipin sama mamang.
Sepanjang perjalanan mereka dilanda Bandai keheningan yang sangat ganas. Hanya ada suara kendaraan yang berkeliaran layaknya nyamuk terbang pengisi suasana saat itu
"Rumah lo??" Agak keras sih karena lagi berkendara pasti suaranya nggak terlalu terdengar jelas.
"Jalan cantik komplek mawar no.4." Teriak Azzo, namanya juga berkendara pasti kalian pernah ngalamin kan.
Setelah itu hanya keheningan lagi yang melanda mereka,"Nama lo??" Dengan tiba-tiba Azzo bertanya etsss jangan salah karna dari awal Azzo tidak tahu nama Arkan sang primadona di sekolahnya
Tahu sendirilah kan Azzo itu orangnya cuek dan paling males ikut urusan orang lain, selain itu menyangkut dia juga tapi Azzo sih nggak ambil pusing.
"Arkan." Singkat jelas padat bagaikan KBBI yang dapat menjelaskan apa saja
"Lo...."
"Arrazo."
Perkenalan pertama mereka emang kurang berkesan tapi mereka tidak tahu akan ada kisah yang menati mereka.
"Makasih" secuek-cuekny Azzo kalau udang ditolongin ya bilang terima kasih lah, kan Azzo anak baik nan Sholehah
"Ya"
Kenapa Azzo nggak nawarin mau mampir dulu nggak, karna nggak guna Azzo itu paling males kalau ngajak temanny kerumahnya bikin rusuh tau. Belum ada tuh teman mana pun yang pernah kerumah Azzo. Bukannya nggak boleh tapi jika ad yang main kerumah Azzo, Azzo nya kurang nyaman. Entahlah gimana Azzo bisa merasa begitu hanya dia yang tahu.
Arkan paham bahwa Azzo tidak menawarinya untuk masuk, ya dianya harus sadar diri. Arkan menjalankan montor nya meninggalkan Azzo yang masih setia memandangi dirinya.
-------------------
Azzo duduk makan bersama kakak dan bundanya. Jika kalian tanya tentang ayah Arazzo, kalian akan tahu di part yang akan datang. Jika kalian pikir keluarga Arazzo bahagia kalian salah karna nyatanya keluarga nya tidak lengkap. Tapi kalau dikatakan hancur kok ya biasa-biasa aja.
Ibarat kata kebahagiaan ditutupi dengan kebiasaan.
"Adek besok sekolah naik apa?" Tanya bunda. "Terus sepeda adek mana?" Lanjutnya dengan penuh perhatian
"Nebeng Abang lagi!" Nih orang kok nggak ada yang ajak bicara asal nyambung aja.
"Besok naik x-trax, Bun." Ettsss itu nama montor kesayangan Azzo, pemberian bunda saat umur 14 tahun. Ia pengen sekali punya montor itu.
"Rusak, dititipin disekolah. Mungkin udah dibawa ke bengkel oleh satpam." Penjelasan yang sebenarnya tanpa ada kurang dan lebihnya. "
"Nggak." Singkat jelas dan pasti bikin kesel
" Tadi kayaknya adek dianterin temen cowok, ya?" Tanya bunda sebenarnya bunda Azzo itu tidak membatasi Azzo mau berteman dengan siapa saja asalkan Azzo tau batasan dalam berteman dan pastinya pacaran.
Tapi ya karna Azzo nya aja yang malas pacaran dan malas bersosialisasi dengan teman. Hanya Eila dan Mita yang ia kenal. Maklum alumni SMP yang sama.
"Temen terus nebeng." Bunda Azzo mah percaya-percaya aja. Karna ia tahu bahwa anaknya yang satu ini sangat malas yang namanya pacaran.
"Azzo dah selesai, kekamar dulu."
Rumah Azzo itu ada 2 lantai. Lantai pertama ruang tamu, makan, dapur, ruang santai, satu kamar tidur entah punya siapa. Untuk lantai dua ada 3 kamar tidur punya Azzo, abangnya, dan bundanya dan tempat alat musik.
Azzo merebahkan tubuhnya di kasur spring bed. Kamar Azzo itu dominan warna biru dan hitam, untuk langit-langit tema angkasa dan galaksi.
Bunyi handphone Azzo mengalihkan semuanya. Ternyata oh ternyata ada WhatsApp dari seseorang.
+6286589xxxxxx
SaveArazzoMi~
?+6286589xxxxxx
ArkanArazzoMi~
Ok....ArkanBarka
Bsk gue jemputArrzoMi~
OgahArkanBarka
Gk terima penolakanArrazoMi~
Siapa lo maksa-maksaArkanBarka
TerserahPesan Arkan hanya direand. Kalian berpikir Azzo mau menurut perintah Arkan kalian salah besar karna nyatanya besok Azzo tetap akan naik x-trax nya. Untuk Arkan, ia biarkan saja toh Azzo tidak meminta.
____________________________________
Baru bisa update, lagi males ngetik.
Jangan lupa vote and comment ya
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA
Teen FictionCinta boleh bodoh jangan. Sayang boleh dikhianati buang kelautan. Prinsip dari seorang Verdin Arazzo Micheilla, siswa SMA Garuda. Cewek biasa saja yang selalu menyembunyikan keberadaannya, penyuka kesunyian bukan berarti suka kesendirian. Sifatnya s...