3

6 1 0
                                    

"Eh ketemu Fadlan lagi, cari apa?"

Naya menemukan Fadlan di toko buku. Niat awal sih emang mau menjauhi Fadlan, tapi kalau sudah bertemu sosoknya, ia tidak bisa sok asing.

Fadlan masih dingin, dia hanya mengedikkan bahunya lalu meninggalkan Naya sendiri.

"Btw, makasih ya," kata Naya mengikuti Fadlan.

"Untuk?" tanya Fadlan datar tanpa menoleh ke arah Naya.

"Hari ini! Gue seneng banget pokoknya makasih!" jawab Naya dengan senyum cerianya.

"Gak jelas," balas Fadlan kembali jalan mencari barang yang ia butuhkan.

Fadlan berhenti di bagian alat musik, "Oh, lu suka main piano?" tanya Naya memperhatikan piano yang Fadlan lihat-lihat.

"He-em," balas Fadlan.

"Kalo gue suka lo," ucap Naya tiba-tiba. Ia sedang serius sekarang, ia ingin menyatakan perasaannya pada Fadlan.

Jari-jari tangan Fadlan yang sedang menekan balok piano berhenti sebentar, lalu menatap Naya, ia berharap gadis di depannya ini bercanda.

"Gue engga suka sama lo," balas Fadlan. Mau Naya serius atau engga juga Fadlan akan menolaknya. Kirain, Naya akan sedih atau memaki Fadlan yang bersikap terang-terangan. Tapi, Naya malah tersenyum.

"Iya, tau. Makanya gue mau buat lo suka sama gue." Setelah mengucapkan itu, Naya pamit dan mencari barang yang ingin ia beli, tidak banyak, jadi dia tidak perlu bertemu Fadlan lagi.

Lagipula, Naya malu karena bertindak impulsif seperti tadi.

...

Tindakannya yang tiba-tiba itu, tidak membuat Naya menyesal. Karena dulu, sebelum masuk kuliah, Naya pernah melihat Fadlan, di suatu yayasan. Bukan secara langsung sih, tapi melalui foto.

Saat itu, di sekolahnya tengah diadakan suatu program dimana beberapa anak dipilih untuk mengajar di yayasan, dan Naya termasuk siswi terpilih untuk mengajar di sana.

Program itu diadakan sepulang sekolah, emang capek sekali rasanya, makanya yang dipilih hanya anak-anak tertentu saja.

Kegiatan yang dimaksud mengajar juga bukan mengajar seperti sekolah, tapi lebih ke belajar sambil bermain, karena anak-anak di sana juga banyak yang belum sekolah.

Flashback on

"Kaka cantik datang!" ujar salah satu anak cowo paling nakal di yayasan, Ocan.

Mendengar teriakan Ocan, beberapa anak yayasan langsung mengerubungi Naya, iya, kaka cantik yang dimaksud Ocan itu Naya.

"Kak tadi ada kaka ganteng,"

"Tadi kaka ganteng udah pulang,"

"Yah, katanya kaka penasaran,"

"Lama banget sih kak, baru dateng,"

Selalu ramai setiap Naya dateng, mereka benar-benar suka dengan Naya sejak kedatangan pertama Naya.

"Iya, maaf, tadi kaka ada ekskul, maaf ya," jelas Naya meminta maaf kepada temannya yang masih kecil-kecil itu.

Mereka heboh, karena kaka ganteng yang mereka sebutkan itu jarang ke yayasan, dan diantara siswa atau siswi yang lain, Naya yang paling senang mendengar cerita kaka ganteng dari mereka.

Sama seperti Naya, kaka ganteng yang mereka sebutkan itu langsung disukai. Saat Naya tanya ke pemilik yayasan, mereka bilang keluarganya salah satu donatur yayasan, dan beberapa kali dia datang sendiri hanya untuk bermain bersama anak-anak yayasan.

Saking seringnya disebutkan, Naya jadi bertanya kepada Ocan, "Nama asli kaka ganteng siapa sih, Can?"

"Fadian. Eh siapa sih, Yu, siapa Yu nama asli kaka ganteng." Malah balik nanya dia.

"Fadlan, kayaknya," jawab Bayu, dia juga tidak yakin. Sampai Aqila -anak yayasan nyeletuk.

"Itu ada foto kaka ganteng." Dia menunjuk salah satu bingkai foto yang ada di dinding ruangan.

Fadlan, si kaka ganteng mereka, beneran ganteng dan tentunya baik seperti yang diceritakan anak-anak.

Flashback off

Saat dompet Fadlan ada pada Naya, ia menyadari bahwa Fadlan si kaka ganteng adalah Fadlan yang mimisan saat kumpul ospek di lapangan dulu.

...

01.07.20

Tidak Diketahui Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang