1

19 1 0
                                    

Dengan senyum ceria, Naya memeluk Yasmin yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Sebenarnya bukan hanya untuk Naya sih, tapi juga buat Orlin, Kenzie, dan Mirza.

Naya, Yasmin, dan Orlin tinggal di kos-kosan milik kakak Kenzie. Kenzie ini pacarnya Yasmin, karena koneksi orang dalam itu, sebagai maba, mereka bisa menempatkan kosan nyaman dekat kampus.

Sayang saja, kosan itu hanya khusus putri, jadi, Kenzie dan Mirza beda tempat kosan. Tapi, Naya juga bersyukur sih, karena dia tidak jadi nyamuk diantara mereka, karena Mirza dan Orlin juga berpacaran.

Sebenarnya, mereka semua satu sekolah saat SMA dulu, Orlin dan Yasmin kenal sejak SMP, lalu mereka bersahabat bertiga dengan Naya. Saat kelas 10, Yasmin dan Kenzie sudah berpacaran, kemudian kelas 11 Orlin dengan Mirza.

Waktu kelas 12, Naya berharap dialah selanjutnya yang akan memiliki pacar, sayangnya ia hanya digantungin lalu ditinggal saat kelulusan. Nasib.

"Abisin aja, Nay. Gue sama Orlin udah ambil jadi bekal sekalian buat Mirza sama Kenzie," jelas Yasmin.

"Lah, kok ga makan bareng di sini?" tanya Naya.

"Mau ngedate dulu, kelas kita agak siangan, lu ada kelas pagi kan?"

Naya mengangguk. "Yaudah, gue duluan. Dadah, cantik."

Naya tidak masalah sih sebenarnya, kalau dia punya pacar juga dia bakal jadi bucin. Karena gak ada teman makan, Naya membawa sarapannya ke kampus.

Jujur saja, ia kaget mendapati kantin kampus fakultasnya cukup ramai, baru beberapa orang yang ia kenal, cuma belum terlalu akrab, dia juga gak mau sok akrab tanpa melihat situasi.

Tapi matanya mendapati sosok yang tidak asing. Ah iya, Fadlan. Dompetnya belum ia kembalikan, dia benar-benar tidak dapat kesempatan untuk menemui. Aneh sekali, padahal mereka satu fakultas.

Ia melihat Fadlan sendirian, tanpa berpikir lama, Naya langsung menghampirinya.

"Sendirian aja?" tanya Naya basa-basi. Fadlan meliriknya sebentar lalu mengambil aba-aba berdiri untuk meninggalkan kantin.

"Eh, bentar. Ini penting, sumpah." Naya langsung menahannya, menuntun Fadlan buat duduk kembali.

"Lo kehilangan dompet, kan? Gue mau balikin ini ke lo dari lama. Cuma gak ketemu lu terus," ucap Naya sambil mengeluarkan dompet di tasnya.

"Eh ini mah dompet gue, bentar," Cukup lama, Naya mencari lagi dompet Fadlan di tasnya. Bahkan ia sampai mengeluarkan semua isi tas.

Untung, Fadlan menunggunya dengan sabar. Sudah semingguan ia mencari dompetnya, dibantu dengan Wildan. Jadi, dia menunggu dompet itu kembali.

"Anjir ternyata di kantong. Maaf ya, kurang fokus belom sarapan."

Naya langsung memberikan dompet Fadlan lalu memasuki kembali isi tas yang ia keluarkan. "Lo bawa bekal?" tanya Fadlan.

Akhirnya, dia membuka suara walau bukan ucapan terima kasih.

"Iya, buat sarapan sih, lo mau?" tanya Naya balik.

"Yaudah makan aja di sini. Sekalian gue cek isi dompet gue, masih utuh atau engga," kata Fadlan dingin.

Harusnya Naya marah, tapi ia tak mau mencari musuh di perkuliahan ini. Makanya ia menurut saja.

Tidak sampai 2 menit, Fadlan mengecek dompetnya, tapi ia tak kunjung pergi. "Lo udah ke rumah sakit belum?"

Naya membuka suara. Fadlan hanya meliriknya. Lagi.

"Gue duluan. Makasih, dompetnya utuh, artinya lo bisa dipercaya." Fadlan meninggalkannya sendiri.

Naya menyerah, dia tidak akan berurusan dengan Fadlan lagi.

...

"Besok gue yang masak," ucap Naya.

Dia sedang berada di kamar kos Orlin, ada Yasmin juga sih. Dibanding keduanya, kamar Orlin lebih terasa luas karena barangnya tidak banyak.

"Asik!" sorak keduanya senang. Tangan Naya itu ajaib! Makanan apapun yang dibuatnya dengan bahan minim pasti enak.

"Eh iya, lo suka Star Wash, kan, Nay?" tanya Orlin.

"Ngikutin sih, bukan suka yang kayak fans-fans nya gitu. Kenapa?"

"Itu si Mirza ngajakin nonton, tapi kan gue gak paham, emang ceritanya apa sih?" tanyanya lagi.

"Lah, dia juga ngajakin gue nonton itu, minggu ini. Susah sih kalo dijelasin," jawab Naya.

"Marahin, Lin. Ada sesuatu tu dia sama Mirza," sahut Yasmin. Emang anak ini rahangnya enteng banget.

"Maaf ya, Lin. Udah saatnya lo tau," ucap Naya pura-pura.

"Hah, lo beneran sama Mirza?" Melihat ekspresi kaget Yasmin. Naya dan Yasmin langsung terbahak. Mudah sekali membohongi anak manis ini.

"Ya kali gue ngaku depan lo langsung. Lagian, gue udah suka sama orang lain." Sedetik kemudian, Naya langsung menyesali ucapannya.

"Ih, siapa?"

"Siapa gak lu?"

"Aduh aus," ucap Naya sambil berdiri keluar dari kamar Orlin. Menghindari pertanyaan lanjutan dari teman-temannya.

...

30.06.20

Tidak Diketahui Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang