2

8 2 0
                                    

Sesuai rencana, Naya dan Mirza nonton bareng di akhir pekan. Mereka cukup dekat karena ada label sepupu, walau sepupu jauh dan tidak sedarah juga.

Tapi dibanding dengan Kenzie, Naya lebih dekat dengan Mirza. Mereka juga pernah sekelas dan selera mereka sama! Dari film, musik, bahkan jokes pun sama. Mereka punya inside jokes yang hanya diketahui mereka dan Tuhan.

"Suit. Yang menang beli pop corn," ucap Mirza saat ingin mengantre tiket.

Maksud Mirza adalah yang kalah bayarin tiket nonton, yang menang beli cemilannya karena cemilannya jauh lebih murah daripada tiket filmnya.

Naya menang berturut-turut dari Mirza. Ia bersorak riang, tidak peduli sekitar karena sedang ramai juga.

"Sial," umpat Mirza. Naya langsung meledeknya dan keluar dari antrian tiket, beralih ke antrian pop corn.

Bisa dibilang, Mirza anak sultan, yang mana rezekinya bakal ngalir terus kayak air. Hanya saja, anaknya pelit, kalau gak cari diskonan ya cari gratisan. Selama yang lain bisa bayar kenapa harus dia?

Tadinya juga mereka mau nonton hari rabu karena ada tiket beli 1 gratis 1 pembelian via online, tapi tidak bisa karena dia ada kelas dan Orlin minta ditemani untuk coba menu baru kafe dekat kampus, itu juga ada diskonan sih, jadinya Mirza tidak nolak.

Saat Naya sudah selesai membeli, Mirza sedang membayar. Iseng, dia memotret Mirza dan hasilnya bagus. Setelah mendapatkan tiket, Mirza langsung menghampiri Naya.

"Sini, Neng. Aa bantu," kata Mirza menggoda Naya yang kesulitan memegang pop corn.

"Najis."

"Ni punya lo." Mirza melempat tiket Naya. Kurang ajar banget emang.

"Eh, tadi gue fotoin lo. Bagus, kan? Iya lah!" Naya menunjukkan layar ponselnya pada Mirza.

"Bagus si, gue post ah, sekalian lapor Orlin," katanya mengambil alih hp Naya. Tak lama setelah itu, ruang tempat mereka nonton dibuka.

"Lelet lu."

Emang bener-bener cowok satu ini.

...

"Anjir keren, gue mau beli bajunya ah," ucap Mirza setelah film selesai. Mereka masih duduk di kursi penonton. Menunggu tidak terlalu ramai.

"Heh! Suminep, gak inget lo Star Wash's stuff lo ada berapa?"

"Engga, lupa gue."

"Babi juga lu ya," gerutu Naya. "Eh, gue mau nonton Habibie Ainun dulu," lanjut Naya.

"Sendirian aja nih? Gak apa-apa?" tanya Mirza.

"Iye, tadi gue udah rencanain kalo yang bayar tiket lu, gue maraton film," jelas Naya sambil berdiri karena bioskop sudah sepi.

"Oh, yaudah. Makasi yak! Mayan seru, pas nonton gak perlu gue jelasin maksudnya apaan," kata Mirza. Naya mendengus.

Mereka berpisah di depan antrian tiket. Ini yang Naya tunggu-tunggu. Nonton di bioskop sendirian. Dia suka banget nonton sendirian karena dia bisa memfokuskan diri untuk menonton, mau ketawa gak aneh, mau nangis juga gak peduli, gak ada yang kenal dia.

Ia cukup kaget saat melihat kursi yang kosong, di bagian tengah hanya tersisa dua kursi kosong. Di depan banyak kursi kosong tapi dia tidak mau sakit lehernya, pengalaman saja.

Akhirnya dia memilih diantara kursi kosong itu sebelah kiri. Karena sudah kenyang, Naya tidak membeli cemilan lagi.

Saat ruangan dibuka juga dia langsung masuk dan mencari tempat duduknya. Ia tak mau basa-basi dengan penonton di samping kirinya, jadi ia bermain hp.

Saat iklan bioskop dimulai, Naya iseng melihat kanan kirinya. Kanannya kosong tapi di sana terlihat pasangan lanjut usia yang belum tua-tua banget sedang mencari kenyamanan duduk.

Di samping kirinya juga kosong, tapi ia menemukan sosok yang tidak asing.

"Fadlan?"

Fadlan menoleh dengan wajah terkejut. Tidak menyangka akan bertemu orang yang mengenalnya.

"Eh, iya bener! Lo sama siapa, Dlan?" tanya Naya antusias. Karena yang di sebelahnya nanti bukan orang aneh.

"Sendiri," jawab Fadlan dingin.

Kesenangan Naya hilang, pasti orang aneh yang duduk di samping kirinya nanti. "Yah, gue kira temen lo gitu atau cewe lo, jadi gue gak canggung," ucap Naya.

"Kursinya kosong," ucap Fadlan. "Gue belinya kelebihan," lanjutnya.

"Oke! Kalau tiba-tiba gue pindah ke samping, jangan marah ya!" kata Naya sebelum film dimulai.

Itu tidak benar-benar terjadi kok, karena sejujurnya, Naya bersyukur samping kanan kirinya kosong.

Terima kasih buat Fadlan.

...

30.06.20

Tidak Diketahui Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang