4

9 1 0
                                    

Beberapa kali, tanpa sengaja Naya bertemu dengan Fadlan. Fadlan jelas menghindar, tapi ia selalu dicegah oleh temannya karena aneh banget tiba-tiba putar arah.

Kalau istilah zaman sekarang sih mepet ya, dan Naya melakukan itu pada Fadlan, bukan mepet yang cringe gitu kok, menurut Naya.

Tapi tidak sering juga, karena Naya jarang bertemu Fadlan di kampus, sekalinya bertemu pasti di waktu yang tidak tepat, entah saat Naya sedang sama Yasmin dan Orlin, atau saat Fadlan dengan Wildan sedang asik berdiskusi.

Pokoknya kurang tepat mulu deh waktunya.

Anehnya, kalau rasa ingin menyerah Naya sudah muncul, kesempatan selalu dateng, apapun itu. Contohnya siang ini.

Papanya menyuruh dia mengecek Mirza karena dia tidak ada kabar, orang tuanya khawatir. Naya juga sudah menghubungi Orlin sebenarnya, tapi anak itu tidak muncul juga, dihubungi berkali-kali juga tidak jawab.

Kalau Yasmin dan Kenzie jangan ditanya, sabtu siang kayak begini mah udah ngelilingin kota kali sampai malam atau besok pagi. Terserah mereka deh.

Naya juga gak mau tau urusan Mirza dan Orlin sebenarnya, tapi papanya sampai menelpon dia, minta tolong cek kosannya.

Aduh, males banget kan, siang-siang ke kosan cowo. Dengan jaket kebesarannya dan celana panjangnya, Naya ke kosan Mirza.

Karena tidak menemukan orang, ia asal masuk aja ke ruang tamu kosan, luas juga lumayan, matanya menangkap sosok yang sedang gak tau deh ngapain, main hp pokonya.

Naya tidak berani mendongakkan kepalanya. "M-mas tau Mirza dimana gak?" tanyanya dengan suara pelannya. Pelan khas Naya masih bisa terdengar kok.

"Mirza? Kurang tau, Mbak, maaf."

Suara itu, Naya cukup mengenalnya. Ia langsung menatap sosok yang ia ajak bicara. Benar dugaannya, itu Fadlan.

"Eh iya, Mbak, sabunnya apa kok.. wangi." Suara Fadlan langsung memelan saat melihat yang ia tanya adalah Naya. Cewek yang ia hindari sejak kemarin.

"Kok lu ada di sini?" tanya Naya bingung.

"Harusnya gue yang nanya," ucap Fadlan setelah balik dari keterkejutannya.

"Gue nyari Mirza, Fadlan. Tapi gak ada ya," balas Naya sambil melihat-lihat sekitar, sepi sih. "Lo ngekos di sini?" tanya Naya lagi.

"Bukan urusan lo," jawab Fadlan ketus.

Naya melirik hp Fadlan, laki-laki itu langsung menutup layar hpnya.

"Lo udah punya cewe ya? Kalo udah, maaf deh, gue gak berniat jadi perebut kok." Seakan ditampar kenyataan, Naya membalikkan badannya.

"Kalo ada Mirza tolong bilangin suruh hubungi bokap nyokapnya, makasih," lanjut Naya sebelum menggerakan kakinya untuk keluar dari kosan cowo itu.

"Naya." Mendengar namanya disebut, ia menghentikan langkah kakinya.

"Tunggu sebentar," ucap Fadlan.

Sebentar yang dimaksud Fadlan adalah belasan menit, Naya capek sendiri nunggunya, takut dia dikerjain suruh nunggu di depan seperti anjing penjaga.

Tapi setelah itu, Fadlan keluar dan langsung berjalan di depan Naya. Naya yang paham langsung mengikuti Fadlan.

"Gue belum makan siang, temenin gue.." Belom selesai Fadlan ngomong, tempat yang sering ia utangi makan siang tutup. Aneh banget.

"Kok tutup?" tanya Fadlan heran sendiri.

"Oh, Uni. Kan mau lahiran jadi tutup," jawab Naya. Fadlan berdecak pelan. Pantesan kalau dimintain ngutang mukanya jutek banget, ternyata lagi hamil, Fadlan tidak sadar.

"Lo belum makan? Mau makan masakan gue nggak?" tanya Naya.

"Terserah," jawab Fadlan.

Naya langsung tersenyum, kekecewaannya pada Fadlan menguap entah kemana. Ya, setidaknya Fadlan masih bisa dijadikan teman untuknya, kan?

Dengan senyum riangnya, ia jalan di depan Fadlan, selain untuk menunjukkan kosannya, ia juga sedang menyembunyikan wajah merahnya yang terlalu senang itu.

Fadlan duduk di ruang tamu kosan Naya. Untung sedang sepi, karena Fadlan tidak terlalu suka keramaian.

Sedangkan Naya, masuk ke kamarnya untuk mengambilkan nasi dan lauk. Setelah memasak emang Naya sering memasukan makanannya ke dalam kamar, karena kalau ditaroh di dapur, bisa hilang tiba-tiba, namanya juga dapur bersama.

"Nay, gue makan di dalem aja." Tiba-tiba suara Fadlan dengan tubuhnya masuk ke dalam kamar kos Naya.

Naya kaget setengah mampus, ia langsung menarik Fadlan ke dalam. Takut ketauan teteh -panggilan kakak Kenzie.

Beberapa detik kemudian, ia langsung menyesal, kenapa ga ia tarik Fadlan keluar kamar, malah masuk ke kamar.

Abis dia kalau ketauan bawa cowok ke kamar.

...

02.07.20

Tidak Diketahui Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang