Chapter: one

1.9K 106 1
                                    

✶✧𝓂𝒶𝓃𝓉𝒶𝓃 ; 𝒷𝓇𝒾𝑔𝒽𝓉𝓌𝒾𝓃 𝒶𝓊❢ ✧✶
ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ 'ʙɪᴀꜱᴀ ꜱᴀᴊᴀ'

✶✧𝓂𝒶𝓃𝓉𝒶𝓃 ; 𝒷𝓇𝒾𝑔𝒽𝓉𝓌𝒾𝓃 𝒶𝓊❢ ✧✶ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ 'ʙɪᴀꜱᴀ ꜱᴀᴊᴀ'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan lift. Semua lift di setiap lantai dalam gedung ini kalau bisa berbicara mungkin mereka kenal akrab denganku, dan dengan masa laluku.

Setiap kelasku selesai, aku selalu menunggunya di depan lift sesuai janji untuk pulang bersama. Atau jika ingin menetap di kampus sejenak, kami selalu pergi ke lantai lima. Ah, lantai lima di ruang 514, ruang yang selalu tersimpan tawa dan senyum kesukaanku selama 3 tahun di sini.

"win!" Sapa seorang laki-laki bertubuh tinggi yang berjalan kearahku sambil tersenyum. Kami berdua langsung masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai bawah.

"Lo mau langsung pulang?" tanyanya.

"Sebenernya enggak, gue lagi males di rumah bri." jawabku sambil memasang wajah cemberut. Bright menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum ke arahku.

"Kenapa gak bilang daritadi sayaaangg. Lantai limanya udah lewat nih" Ucap Bright sambil mencubit pipiku gemas, lalu menekan tombol angka lima. Alhasil setelah sampai di lantai satu, kami kembali lagi naik ke lantai lima.

Setelah sampai di lantai lima, kami langsung menuju ke ruang 514, dan sudah ada teman-temannya Bright. Ah ya, ini bukan hanya tempatku dengan Bright memang bisa dibilang basecamp mereka.

Aku dan Bright sering sekali duduk di bangku belakang. Bukan alasan agar bisa yang tidak-tidak! haha, karena dekat kaca, pemandangan di luar cukup bagus. Biasanya Bright suka menanyakan kabarku bagaimana, kelasku hari ini gimana, dan masih banyak lagi.

"Lo tau ga sih bri, dosen gue anjing banget hari ini, nyuruh nyatet materi kaya lagi nyatet dosa gue, panjang dan ga kelar-kelar, sampe kapalan tangan gue kayanya." ucapku sambil menunjukkan telapan tanganku yang agak memerah.

"Coba sini gue liat," setelahnya Bright menggenggam salah satu tanganku, telaten memijat tanganku sambil tersenyum. Aku sudah tidak kaget melihat wajah pacarku setampan ini, tidak mengerti kenapa Bright bisa suka padaku.

Dia, Bright Vachirawit Chivaaree. Pacar-ah maksudku mantanku. Dia jurusan teknik, lebih tepatnya tenik arsitektur, dan aku psikologi.
Dia seseorang yang sudah mengisi ceritaku dalam 3 tahun di sini. Lelaki bertubuh tinggi, dengan paras yang bisa dibilang tampan. Tidak ada yang tidak mengenal lelakiku saat itu, dia memang sepopuler itu.
Aku ini sebenarnya introvert, tetapi setelah bersama dia, hampir satu kampus sepertinya kenal denganku. Aku juga kenal dengan beberapa teman satu grupnya. Malah teman-temannya selalu menjadi nyamuk saat aku berduaan dengan Bright.

"dangdut banget lo bri, diem kek, enek gue dengernya" -Ohm, manusia yang paling gak suka ketika Bright melontarkan ucapan manisnya padaku.

"YA ALLAH BERI GUNS PACAR YA ALLAH" -Gunsmile, team reaction paling heboh saat aku berduaan sama Bright

"Guns, berisik lu bangsat." -Toptap, paling sebel kalo guns udah keluar sifat alaynya

Sebenernya, kalo dijabarin satu-satu, bakalan kaya nyebut orang satu rt, alias temen deketnya Bright banyak.

"Gapapa, kumpul di sini sama kita-kita gapapa kok, sekalian pacaran sama Brightnya gak berdua, nanti malah ditemenin setan." gitu kata Pluem, dia ini pak haji vibes banget.

Mungkin ini garis besar bagaimana setiap harinya bersama seorang Bright. Tunggu ceritaku selanjutnya, ya!


(dimohon untuk tinggalkan jejak🥰)

|2| mantan ; brightwin vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang