|| Prolog.

55 7 4
                                    

Dentuman musik yang begitu keras memekakan pendengaran. Minuman yang sudah lama tak ia jamah, rokok yang sudah lama tak ia hisap seakan memanggilnya untuk kembali kepada kebiasaannya yang dulu.

Ya, dunia malam. Dua kata, namun berbahaya.
Raden sudah lama tidak kesini. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah sofa yang langsung mengarah ke panggung dj.

Kehadiran Raden mampu menarik semua perhatian perempuan. Mereka memandang lapar kepada Raden, sedangkan yang ditatap hanya diam. Meskipun berandalan, Raden tidak ingin merusak perempuan. Ia selalu berpegang pada kata papanya. "Perempuan itu dijaga dan dilindungi, bukan dirusak." Dan Raden datang ke sini hanya untuk melepas penatnya, tidak untuk yang lain.

"Wih, udah lama banget lo gak ke sini, bro," kata seorang cowok yang turun dari panggung dj, menghampiri Raden lalu bertos ala pria.

Dia adalah Ajil, teman Raden di club.

"Ada masalah lo? kusut banget gue liat," tanya Ajil.

"Enggak. Buwung puyuh mana?" tanya Raden.

"Oh, Kinan? biasa lagi ... lo tau lah ya," jawab Ajil lalu tersenyum penuh arti.

"Ohh."

Seisi club tersentak oleh suara teriakan, begitu pun dengan Raden dan Ajil.

"LEPASIN ANJING!"

"Ayolah, katanya kamu mau senang-senang."

"TAI LO, BAJINGAN!"

Raden yang melihat hal tersebut, dengan cepat melangkahkan kakinya ke arah dua orang yang sedang beradu mulut itu.

"Mau ke mana lo, Den?" tanya Ajil, namun tak dijawab oleh Raden.

Bugh

Tendangan yang diberikan oleh Raden, mampu membuat lawan tersungkur.

"Apa-apaan lo, bangsat!"

"Cih." Raden berdecih, "Ternyata lo?!"

"Lihat, siapa ini. Mau jadi pahlawan kemalaman lo!" ujar cowok tersebut sambil menarik kerah baju milik Raden.

"Bacot lo!" Raden memukul wajah, serta menendang perut cowok tersebut. Orang di hadapannya ini selalu membuat Raden kalut dalam emosi.

Tak mau kalah, Gerald membalas dengan memukul wajah Raden hingga sudut bibirnya sedikit sobek.

Keadaan club hening seketika. Mereka ada yang tegang karena pertarungan yang begitu sengit, dan kagum akan Raden yang selalu mendapat peluang untuk memukul Gerald.

"Lo." Tunjuk Gerald pada Raden sambil memegang perutnya yang sakit. "Gue bakalan balas!"

"Silahkan. Gue tunggu!" ucap Raden santai, namun penuh penekanan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Lo, gapapa?" tanya Raden pada gadis yang berdiri tak jauh darinya.

"Gu-gue gapapa. By the way, makasih," ucap gadis itu sedikit tak enak.

"Sama-sama. Gue Raden."

"Leony."

* * *

SPAM BUAT NEXT CHAPTER?

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!

FOLLOW AKU JUGA YA XIXI!

TERIMAKASIH❤️

RADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang