2 || Pindah

30 5 0
                                    

Ada yang kangen? absen sesuai asal kota kalian!

Maaf kalo ada typo🤓

Happy Reading😋

* * *

Gadis dengan mata amber, sudah rapi dengan setelan seragam SMA milik Alexsander. Ya, tepat hari ini, ia menjadi bagian dari Alexsander. SMA yang terkenal paling bergengsi di Jakarta. Hanya kalangan yang berada lah yang bisa masuk ke sana. Leony pindah ke SMA Alexsander karena merasa kurang nyaman di sekolah lamanya—dan sebagai pecinta cogan, itu salah satu alasan ia pindah ke sana.

"Semoga banyak cogannya, amin." Setelah berkata, Leony mengambil tas hitam polos  yang ia gantung di kepala kursi belajarnya.

Menutup pintu, dan menuruni anak tangga dengan perlahan. Ternyata sudah ada kedua orangtuanya, tak lupa Kakak kesayangannya, yang sudah duduk manis sambil melahap sarapan mereka masing-masing.

"Pagi semua," sapa Leony riang.

"Pagi Leo."

"Pagi sayang."

"Pagi dedek gemess!" Iqbal, sang kakak mengacak rambut Leony, membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Udah siap untuk sekolah barunya?" tanya Brian, Papa Leony.

"Siap, pa!"

"Yang bener sekolahnya, jangan pikirin cowok mulu! cetus Dinda, Mama Leony.

"Siap! Ibu negara!"

"Bener tuh ma, masih bocil jangan pacaran," ledek Iqbal tak mau kalah.

"Wlee," balas Leony dengan menjulurkan lidahnya.

Keluarga kecil itu kembali melahap makanan mereka.

* * *

Leony menutup pintu mobilnya dengan cepat. Wajah gadis itu nampak panik, bagaimana tidak? pagi ini jalanan Jakarta begitu macet, mengakibatkan ia terlambat 10 menit. Gadis itu sedikit berlari ke arah gerbang.

Sesekali ia mengumpat, karena tali sepatunya yang tiba-tiba lepas. "Aelah, gak bisa di ajak kerjasama banget ni tali, ck."

"Pak, permisi. Saya mau masuk boleh?" tanya Leony kepada satpam sekolah yang sedang duduk di dalam posnya sambil menyeruput kopi dan membaca koran.

"Main masuk-masuk aja. Gak bisa!" Tegas Mang Dodi.

Fuck. Maki Leony dalam hati.

"Kasian, Mang. Anak baru dia." Entah suara dari mana yang tiba-tiba menyambar.

"Oalah, anak baru toh," kata Mang Dodi sembari membukakan pagar.

Leony membalikkan badannya ke belakang. Mendapati sosok laki-laki dengan seragam yang ia keluarkan setengah, tas yang ia gantung di pundak kirinya. Dia adalah Raden. Cowok yang menolongnya kemarin malam.

Astaga! Dia kan yang nolongin gue kemarin malam, Leony membatin.

"Jangan liatin gue kayak gitu, ntar suka," ucap Raden asal lalu tersenyum miring.

Idih, pede banget ni orang. Tapi, beneran ganteng gimana dong, batin Leony.

"Dari mana lo tau gue anak baru?" tanya Leony jutek.

"Dari seragam yang lo pake. Cantik-cantik bego." Raden berlalu meninggalkan Leony yang mengepalkan tangannya karena tak terima di katai 'bego.'

"Ayo Non masuk. Katanya telat."

"Eh? iya, Pak."

"Jangan panggil Pak, saya bukan Bapaknya Non. Manggil aja Mang Dodi ... ganteng," kata Mang Dodi lalu merapihkan rambutnya.

"Iya Mang. Saya masuk dulu ya."

"Silahkan."

* * *

Tepat di kantin sekolah, terdapat 4 cowok. Ada yang bersenandung, dan ada yang hanya diam memperhatikan.

"Jika kau tak mau 'kan ku buat kamu mau, jika kau tak cint—" Indra sedang bersenandung, tapi terpotong karena Ferdi yang tiba-tiba menutup mulutnya.

Indra melepas tangan milik Ferdi dari mulutnya. "Lo apa-apaan sih, orang lagi nyanyi juga!"

"Lebih bagus ose stop. Se pung suara kayak toa rusak saja," kata Ferdi dengan logat Ambonnya.

"Jangan gitu ye," ujar Indra lalu menyikut Ferdi.

"RADEN!" Teriakan itu, langkah kaki itu, wajah itu. Astaga siapa lagi kalau bukan Bu Ninir, guru bertubuh gempal yang selalu memusuhi Raden dan teman-temannya.

"Mampus urang, si nyinyir dateng kan," tutur Dhika.

"Ayo berdiri, sebelum tu Bu nyinyir dateng." Raden memberikan aba-aba kepada mereka.

"Kalian mau kabur?!" Bu Ninir sudah berdiri di hadapan mereka, dengan coklat yang ia pegang di tangan kirinya.

"Katong? tidak Ibu. Itu di belakang ada Pak Tirta." Siasat Ferdi lalu menunjuk belakang Buk Ninir.

Sebelum membalikkan tubuhnya, Bu Ninir merapihkan rambutnya terlebih dahulu.

"Mana? gak ada."

Tak menunggu lama, Raden dan ketiga temannya langsung meninggalkan Buk Ninir seorang diri.

"Dasar anak-anak setan! Saya dapat, saya ulek kalian berempat!"

* * *

Leony sudah berada di kelas barunya setelah memperkenalkan diri. Ia duduk tepat di dekat jendela. Di sampingnya terdapat seorang cewek yang Leony kenal bernama Nasya dan tepat di belakang mereka bernama Jisel.

"Di sini ada cogan gak sih?" tanya Leony tiba-tiba.

"Jelas ada lah. Lo mau gue ceritain?" tawar Nasya.

Jelas mau lah! Leony ke sini kan salah satunya untuk berburu cogan, ya kali di lewatin.

"Boleh," ucap Leony antusias.

"Sttt! Pak Uya dateng," tegur Jisel dari belakang.

Nasya baru ingin membuka mulutnya, harus ia urungkan karena kedatangan karena Jisel yang menegurnya dari belakang.

"Nanti di kantin."

"Ok."

* * *

SPAM BUAT NEXT CHAPTER?

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!

FOLLOW AKU JUGA YA XIXI!

Semangatin aku😍

TERIMAKASIH KALIAN❤️

SEE U NEXT CHAPTER!

RADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang