how loves bye pt.5 [end]

428 53 28
                                    

Menjadi pusat perhatian itu sangatlah tidak menyenangkan. Sungguhan! Kau akan di tatap oleh banyak mata yang tidak kau ketahui maksud dari tatapannya. Orang-orang menilik dari ujung kepala sampai ujung kaki, bahkan bisikan-bisikan aneh tentang dirimu disana-sini.

Tepat seminggu setelah aku resmi pacaran dengan seorang senior di sekolah, dan itu malah jadi seperti mimpi buruk. Perasaanku selalu tidak nyaman, apalagi kenyataan kalau aku menerimanya hanya karena tidak ingin larut memikirkan Taehyung seperti orang bodoh. Aku mengabari Taehyung soal ini tentu saja, hanya supaya dia tahu kalau aku juga bisa punya pacar sepertinya.

Tapi sepertinya hari ini aku benar-benar sial. Ketika gadis seangkatan pacarku datang ke kelas dan melabrakku dengan wajah seramnya hingga lagi-lagi aku jadi pusat perhatian. Aku kebingungan, tidak tahu harus minta tolong pada siapa karena kedatangannya entah kenapa membuatku panik bukan main. Orang-orang berkumpul sekedar menonton dan aku terpojok di dinding dengan pulpen yang dia arahkan ke wajahku. Aku tidak ingin menghantamnya dengan pukulan, sungguh. Karena jika itu sampai terjadi, tidak menutup kemungkinan para senior yang lain ikut-ikutan cari masalah denganku.

"Hey! Apa yang kau lakukan?!"

Lelaki yang notabene-nya pacarku itu berdiri di ambang pintu. Dia tampak marah sekali dan aku bersyukur akan hal itu. Ternyata dia bisa diandalkan di saat seperti ini.

"Aku hanya mengecek apa si pucat ini tahan banting atau tidak," katanya seraya menurunkan pulpen yang sebelumnya diarahkan ke depan wajahku, "Kau bukan siapa-siapa, Min Yoongi. Kau hanya mainan murahan Namjoon"

Aku tidak peduli apapun yang dia katakan, bahkan jika itu mengungkit masalah pribadiku. Tapi ketika dia menyebut kata mainan murahan itu membuatku seolah-olah di maki sebagai jalang.

Kepalaku terasa berputar, tertegun melihat seringai memuakkan gadis brengsek ini. Tanpa kusadari, seseorang menyeretnya menjauh, dan semua menjadi sunyi. Tatapan orang-orang dan bisikan aneh itu lagi. Aku membencinya.

.

.

"Yoongi?"

Aku merutuk dalam hati ketika mendengar suara familiar itu memanggilku dari kejauhan, menghentikan langkahku yang hendak keluar dari gerbang sekolah bersama temanku yang lain.

"Apa?" tanyaku ketus.

"Kau mau pulang?"

Aku berdecak kemudian tersenyum miring, "Pertanyaanmu bodoh"

Salah satu temanku menyenggol lenganku karena ucapanku barusan. Mungkin maksudnya agar aku sopan sedikit berhadapan dengan orang yang lebih tua. Tapi siapa peduli? Aku tidak.

"Bisa kita bicara sebentar?"

"Kalau begitu kami duluan, Yoongi." mereka pun lari beramai-ramai meninggalkanku dengan si pembuat sial hariku.

Oke, kali ini aku menyerah. Dan disinilah kami, di ruang kelasnya yang sudah sepi dan senyap. Dia memintaku masuk untuk duduk di salah satu kursi. Alih-alih menurut, aku berkukuh untuk tetap di depan pintu.

Dia membuang nafas panjang kemudian mendekatiku yang mundur selangkah. "Jangan dengarkan omongan orang tadi. Percayalah, aku tidak seperti itu. Aku benar-benar mencintaimu, Yoongi. Sungguh"

Aku bisa melihat pantulan diriku sendiri dalam matanya. Seseorang dengan karakter yang keras namun bermental lemah. Lelaki yang ingin terlihat kuat akan tetapi hatinya retak. Dan bodohnya, aku malah menangis seperti anak gadis. Aku benar-benar kehilangan pikiranku ketika tanpa penolakan menerima sebuah pelukan hangat. Ini bukanlah sesuatu yang kuinginkan tapi aku butuhkan.

How Loves ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang