Byeol

480 73 27
                                    

Ahyeong melihat Luhan baru saja keluar dari kelasnya siang itu. Luhan nampak biasa saja. Ia bahkan tersenyum dan tertawa ketika mengobrol bersama temannya yang Ahyeong ingat bernama Baekhyun. Ahyeong mengernyit, lalu menghela napas. Ia berbalik meninggalkan Luhan yang tak menyadari keberadaannya.

Luhan sepertinya tidak merasa bersalah karena tidak memihaknya beberapa malam yang lalu. Ahyeong kesal pada Luhan.

Yang membuatnya lebih kesal lagi adalah kenyataan bahwa ia merasa Luhan juga ada benarnya. Iya, Ahyeong tahu dia juga tidak boleh membenarkan perbuatannya pada Sehun dan pacarnya. Namun cinta sudah membutakannya. Ahyeong ingin Sehun sadar bahwa selama ini Ahyeong bisa menggantikan pacar Sehun yang kurang bersyukur itu.

Serius! Kalau Ahyeong tahu siapa pacarnya Sehun, Ahyeong ingin meminta Sehun darinya juga. Ahyeong ingin memiliki Sehun seutuhnya.

Sayang sekali, sekeras apapun Ahyeong mencoba, ia tak tahu siapa perempuan itu. Pernah Ahyeong membuntuti Sehun selama berhari-hari, berniat mencari tahu siapa pacar Sehun yang masih Sehun pertahankan selama berbulan-bulan lamanya di hubungan mereka yang renggang. Namun Ahyeong tak menemukan apa-apa. Ahyeong sering mendapati Sehun masuk ke sebuah club di pusat kota dan menghabiskan banyak waktu bersama teman-temannya di sana.

Tuh. Ahyeong pikir yang membuat Sehun sering keluar masuk club karena pacarnya Sehun itu. Dasar pacarnya Sehun yang tidak bisa menjaga Sehun! Kalau sudah begitu, kan, Ahyeong jadi merasa bertanggung jawab untuk membuat Sehun jadi lebih baik.

Hanya saja, Sehun sulit untuk diajak bekerja sama. Mungkin Sehun masih punya pacar jadi lelaki itu pikir usaha Ahyeong akan sia-sia. Padahal, Ahyeong yakin seratus persen bahwa dia lebih mumpuni untuk memperbaiki Sehun daripada pacarnya.

Oh, Ahyeong terdengar percaya diri sekali, ya? Padahal pikiran itu menggerogotinya karena rasa tidak sukanya pada pacarnya Sehun. Sehun saja yang mau keluar masuk club, dan masalah hubungannya yang renggang itu hanya secuil alasan yang membuatnya sering bermain-main di sana. Ahyeong hanya tidak tahu saja.

Yah... Setidaknya Ahyeong punya kepercayaan yang cukup tinggi untuk mengubah Sehun menjadi versinya yang lebih baik. Sayangnya yang menjadi objek tujuannya sedang tidak bisa dihubungi. Sepertinya Sehun memang benar-benar marah padanya.

Semenjak pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu, setidaknya itulah yang disebut Ahyeong, Sehun tidak bisa dihubungi. Ahyeong menelponnya namun Sehun selalu menolak panggilan. Ahyeong sering mengiriminya pesan namun Sehun hanya membacanya saja tanpa ada niat untuk membalas. Ketika Ahyeong menemui Sehun di rumah lelaki itu, ibunya Sehun selalu bilang kalau Sehun tidak ingin ditemui olehnya. Ahyeong jadi makin bersalah karena kekeraskepalaannya pada Sehun di hari mereka bertengkar.

Memikirkan Sehun membuat Ahyeong menghela napas pelan. Ia merindukan lelaki itu dan ingin sekali menemuinya. Maka kakinya bergerak dengan cepat untuk mencapai tempat parkir. Ia menaiki mobilnya, menyalakan mesin dari benda itu, lalu melajukannya menuju rumah Sehun. Ahyeong benar-benar ingin meminta maaf pada Sehun karena membuatnya kesal.

Selama perjalanan, Ahyeong memikirkan banyak kemungkinan. Bagaimana jika Sehun tidak mau memaafkannya? Bagaimana jika Sehun memintanya putus? Bagaimana jika Sehun justru membencinya karena pertengkaran mereka? Semua pertanyaan itu berputar memenuhi kepalanya. Ahyeong menggeleng kecil berusaha untuk menyingkirkan pikiran buruk itu dari sana.

Ketika memelankan laju mobil di dekat rumah Sehun, Ahyeong melihat mobil milik Sehun keluar dari kawasan rumah lelaki itu. Ahyeong mengernyit, melihat siluet lelaki itu dari kaca mobil Sehun. Oh, pikirnya, Sehun pasti mau pergi ke suatu tempat.

Ahyeong tersenyum melihat eksistensi Sehun setelah beberapa hari tak bertemu. Perempuan itu menginjak kembali pedal gasnya, namun tetap memberi jarak di belakang mobil Sehun.

Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang