Ponselnya yang berbunyi saat itu membuat perhatian Jimin beralih setelah menatap pada kepergian Rose sebelumnya. Berpikir jika yang menelponnya mungkin saja Taehyung, atau mungkin saja Ayah atau Ibunya.
Namun semua pemikiran itu hilang begitu saja. Tak pernah menyangka jika nama itu akan kembali terpampang di layar ponselnya. Menyesal pula di dalam hatinya ketika ia ternyata masih menyimpan nomor itu hingga kini.
Panggilan itu terputus begitu saja, meninggalkan Jimin di sana yang masih tak mempercayai apa yang baru saja terjadi. Hingga ponselnya kembali berbunyi, menampilkan nama yang sama pada layar ponselnya.
Pria itu berusaha untuk menetralkan dirinya, dengan ragu dan perlahan mulai mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu, menempatkan dengan perlahan ponselnya pada telinganya.
"Yeoboseyo?"
Suara itu. Jimin sangat mengenalnya. Walaupun tiga tahun berlalu dengan begitu saja, namun suara itu tetap bisa meruntuhkan keinginannya yang ingin melupakan sang pemilik suara.
"Y-Yeoboseyo?"
Terdengar helaan napas di sebrang sana yang bisa ia dengar. "Syukurlah, kau ternyata belum mengganti nomormu."
Tak ada jawaban yang ia keluarkan. Masih bingung mengapa gadis itu kembali menghubunginya.
"Kau pasti terkejut dengan panggilan ini. Maaf jika aku mengganggu."
Jimin berdehem, masih mengumpulkan seluruh kesadarannya. "T-Tak apa. Aku juga sedang tak terlalu sibuk saat ini."
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik. Setidaknya, aku sudah tak terlalu menyedihkan seperti tiga tahun yang lalu."
Ada hening yang menyelimuti keduanya saat itu untuk beberapa saat. Jimin juga menyadari, jika ucapannya sebelumnya yang menciptakan suasana hening ini.
Tapi memang dirinya tak bisa menahan semua emosi yang ada dalam hatinya. Tidak jika sudah berkaitan dengan gadis masa lalunya, Jeon Mina.
"Maafkan aku, Jimin."
Suara lembut itu benar-benar membuatnya tak tahan. Seolah dirinya ditarik secara paksa ketika keduanya saat itu berada dalam sebuah hubungan. Hubungan yang baik, yang membuat semua orang ikut bahagia ketika melihat kedekatan keduanya. Bahkan di dalam pikiran Jimin saat ini, sudah terpatri sebuah wajah gadis manis dan cantik yang dulu begitu sangat ia cintai.
Ya, dulu. Entahlah untuk sekarang ini. Tapi Jimin tak ingin berbohong, jika rasa itu masih tersimpan baik di dalam hati terkecilnya. Walaupun saat ini, sudah ada gadis lain yang perlahan mulai mengisi hatinya.
"Tidak perlu meminta maaf. Aku sudah melupakan semuanya. Kau hidup dengan baik, itu sudah cukup membuatku ikut senang mendengarnya."
"Tapi, bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku tak bahagia?"
Lagi, keheningan itu sempat mengambil waktu mereka. Sebelum Jimin kembali memulai pembicaraan di antara keduanya.
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana jika aku mengatakan, bahwa aku masih mencintaimu? Bahwa sampai sekarang, aku masih ingin berada di sampingmu?"
"Mina--"
"Aku tahu, kesalahanku padamu pasti tak akan bisa kau maafkan. Aku pasti meninggalkanmu dengan banyak luka. Dan mungkin saja, luka itu masih ada dan belum bisa hilang darimu. Tapi Jimin, aku memiliki alasan mengapa aku melakukan semua ini. Aku bisa menjelaskan semuanya padamu jika kau mau."
Jimin masih diam, sedikit goyah ketika mendengar ucapan terakhir Mina saat itu. Benar, ia butuh sebuah penjelasan untuk mengapa gadis itu pergi begitu saja darinya tanpa mengatakan apapun atau setidaknya meninggalkan sebuah pesan baginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Touch
Fiksi Penggemar[18+] ✔ Tidakkah kau tahu? Bahwa dirimu begitu menginginkanku? Jadi cepatlah kemari. Dan berikan aku sedikit sentuhanmu. ----- ©A BTS's Jimin & BLACKPINK's Rosé Fanfiction ©iamdhilaaa, 2019