chapter 4

12 2 0
                                    

Jeslyn menatap Langit-langit kamarnya. Ia takut sekaligus sedih. Ia sudah pulang dari rumah sakit sejak dua jam yang lalu setelah diantar pulang oleh Daffa. Kondisinya sudah membaik walaupun masih butuh istirahat yang cukup.

Ting..

Suara notifikasi mengalihkan atensinya. Melihat nama yang tertera diatas smartphone miliknya tanpa sadar menghasilkan senyum kecil yang indah diwajahnya.

Owell

Bagaimana keadaan mu, sudah lebih baik kan?

Iyaa

Maaf, soal kejadian tadi:(
Aku merasa bersalah.

Tiba-tiba ide jail terlintas. Kalau dikartun pasti diatas kepala Jeslyn terdapat lampu terang.

Aku tidak menerima maaf dari mu:v

Oh, ayolah.
Itu gak sengaja dan kejadiannya mendadak.

Gak peduli_-
Kepalaku sakit tau:v

Baiklah,
Besok aku traktir makan, sebagai permintaan maaf ku, bagaimana?

Gak mau,
Aku lagi marah-_-


Aduh, jangan marah dong, Bu ketu.
Nanti aku sedih:(

Gak peduli,
Sudah, aku lelah mau tidur

Permintaan maaf ku bagaimana?

Aku pikir-pikir dulu

Yahh:(
Bu, ketu

Apa?

Jangan lama-lama ya marahnya

Hmm

Good night
Mimpiin pangeran Daffa ya
Kkkkk

"Astaga, anak ini" ucap Jeslyn sambil senyum-senyum sendiri. Ia sengaja tidak membalas pesan dari Cowok tinggi itu untuk mendalami misinya yaitu sedang marah. Hahaha, maafkan sahabat mu ini Daffa.

.
.
.
.
.

Hari ini Jeslyn berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum. Ia menolak ketika Daffa mengajaknya untuk pergi bersama. Bahkan ia dapat melihat mobil milik Sahabatnya itu berjalan beriringan dengan bus yang ditumpangi nya.

Daffa bilang, "Baiklah, aku akan mengikuti bus itu sampai ke sekolah. Jadi, kalau ada apa-apa aku ada disampingmu"

Jeslyn menahan dirinya agar tidak terbawa suasana. Ia masih marah, ingatkan itu. Tapi mau bagaimana pun ia tetap senang dengan kegigihan pemuda yang sudah dianggapnya sebagai sahabatnya itu. Sebenarnya ia tidak tega ketika melihat mata sedihnya, senyumnya yang juga ikut menghilang. Tenang, ini hanya sementara. Ia akan melihat senyum manisnya nanti.

Jeslyn dan teman satu sekolahnya berhenti di halte dekat sekolahnya yang berjarak hanya beberapa meter. Berjalan masuk melewati gerbang besi yang tinggi nan kokoh bersamaan dengan gadis manis bernama Nindi.

"Hai, Jeslyn"

"Oh Hai"

"Tumben sendiri, dimana bodyguard mu?"

Dia MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang