Jeslyn sedang mengantri untuk membeli makanan dikantin. Ia sama sekali tidak merespon setiap kali Daffa mengajaknya untuk berbicara. Ia tetap diam dan pura-pura tidak mendengar ataupun melihat keberadaan cowok tinggi itu.
Merasa usahanya sia-sia Daffa akhirnya pergi meninggalkan Jeslyn yang sedang mengantri. Ia melihat sekelompok anak laki-laki yang berkumpul dimeja paling pojok kantin tersebut. Ia memastikan jika itu adalah temannya dan ternyata benar. Ia pun berjalan menghampiri mereka.
"Hai, bro" sapa salah satu dari mereka yang bernama Tyo.
"Hmm" Hanya dibalas deheman oleh Daffa.
"Kenapa sih muka kusut begitu? Ada masalah?" Tanya salah satu temanya yang lain.
"Iya, Jeslyn marah sama gua" Jawab Daffa.
"Tumben marahan, biasanya lengket terus kaya perangko" ledek Tyo.
"Tau, baikan lagi sana, jangan ditinggalin gitu aja. Cewek itu kalau lagi marah pengennya diperhatiin, disayang, dibujuk biar mau dimaafin. Ya gak guys" ucap Dimas dengan tampang kesalnya yang dibuat-buat. Dan ia tiba-tiba muncul diantara meja mereka.
"Hee bangsul. Baru aja dateng udah Nyamber aja lo" ucap Dika.
"Nama gua bukan bangsul kakak, tapi Dimas ganteng" ucap Dimas dengan percaya diri yang berlebih.
"Dih, tumben lo manggil gua kakak, pasti ada maunya nih, ya kan?"
"Ehe. Bagi duit, gua lupa bawa tadi." Ucap Dimas.
"Gak ada. Enak aja lo, salah sendiri gak bawa" ucap Dika
"Yaelah. Ini juga gara-gara lo, pake buru-buru berangkat sekolah. Padahal masih pagi, mana gua belum sarapan tadi" kesal Dimas.
"Dasar alesan. Nih" Akhirnya Dika memberi adiknya beberapa lembar uang. Setelah menerima Dimas langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun dengan wajah senang.
"Untung adik sendiri, coba kalau bukan---"
Mereka yang menyaksikan hanya bisa tertawa melihat wajah kesal temannya itu.
.
.
.
.
.Jeslyn kembali ke kelas setelah mengisi perutnya yang sedari tadi berisik. Sesampainya ia dibangku miliknya, ia melihat sebuah note di pojok meja. Jeslyn mengambil dan membacanya. 'Kutunggu kau ditoilet jam istirahat kedua' itulah isi note kecil dimeja Jeslyn.
Jeslyn mengerutkan keningnya. Ia penasaran siapa yang menulisnya dan untuk apa. Kertas berwarna kuning itu Jeslyn bolak balik siapa tahu ada nama si pengirimnya. Namun nihil, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Teman-temannya biasa-biasa saja, tidak ada yang mencurigakan.
Suara bel tanda masukpun berbunyi. Seluruh siswa kembali belajar dan berkutat dengan alat tulis mereka. Satu jam berlalu namun Jeslyn tidak bisa fokus pada pelajarannya. Ia masih memikirkan siapa yang menulis note itu. Sepele sih, tapi siapa yang tidak penasaran jika kalian berada diposisi Jeslyn sekarang.
Apa itu Daffa? Mungkin saja ia ingin menemui Jeslyn untuk minta maaf. Entahlah Jeslyn bingung sendiri.
"JESLYN!!"
"Aaa.. iya pak ada apa?" Jeslyn terkejut mendengar gurunya hampir berteriak menyebut namanya.
"Saya perhatikan dari tadi kamu melamun. Saya sudah panggil kamu beberapa kali tetap saja diam. Kalau tidak suka dengan pelajaran saya kamu boleh keluar" ucap pak Agus.
"Ma..maaf pak. Saya suka, dan tidak ingin keluar" ucap Jeslyn terbata-bata.
"Baiklah. Maju, cepat kerjakan soal nomor 4" ucap pak Agus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Milikku
Teen FictionGangguan kecil yang Jeslyn dapatkan ketika dirumahnya bahkan disekeliling sekolahnya yang tak masuk diakal . . . Vote and coment ya Slow update. On going😘 Enjoy reading:D