S T I G M A Empat

329 42 10
                                    


Jika ada seseorang yang bertanya 'apa yang seorang Jung Hoseok sekarang rasakan?' Maka semesta akan lantang menjawab bahwa Jung Hoseok ingin meledakkan dirinya sendiri. Kenyataan seakan menusuk jantungnya dengan sembilu beracun, Hoseok harus menemukan Taehyung dalam keadaan yang sangat buruk. Luka lebam di sekujur tubuh, perut yang nyaris terkoyak, leher yang hampir saja terputus jika ia tidak segera menembak laki-laki gila itu. Jung Hoseok nyaris terlambat.

Inspektur muda ini memasrahkan keselamatan Taehyung pada tim dokter di Rumah Sakit Gwangju. Hoseok benar-benar ingin memberi pelajaran atas apa yang dilakukan oleh laki-laki itu. Andai saja ia bukanlah seseorang yang terikat dengan segala hal yang berbau prosedural atas nama sumpah pada negara. Hoseok bisa langsung menembak kepala orang itu hingga mati. Ia tidak akan lupa bagaimana laki-laki itu bersiap menggorok leher Taehyung denga bilah besi berkarat.

Ruang interogasi ini terasa mencekam, Inspektur Jung sama sekali tidak mengendalikan aura dominannya. Jungkook dan Namjoon yang notabene sama-sama sebagai dominan, sampai merasa sulit bernapas oleh aura milik Hoseok. Pimpinan mereka siap menelan manusia di depannya kapanpun.

Emosi Hoseok mendidih, beberapa pertanyaannya ataupun Jungkook hanya didiamkan oleh laki-laki yang ternyata memiliki nama Lee Roo Jong, menurut data yang dipegang Jungkook sekarang. Bibir sang Inspektur terkatup rapat dengan sorot matanya merah penuh amarah.

Jungkook berusaha tenang walaupun ia adalah yang paling muda di antara dua rekan rekan kerjanya, "Ku mohon bekerja samalah, jika kau menjawab pertanyaan kami dengan lebih baik, kita bisa segera menyelesaikan urusan hukummu. Dan mungkin saja meringankan---"

"Aku tidak butuh pengampunan siapa pun."

Satu kalimat akhirnya terlontar dari bibir kering si Pembunuh. Tanpa sedikit rasa dosa dari kilat matanya.

"Aku membasmi para pendosa, para ibu yang seharusnya melindungi anak mereka tapi justru membunuh darah dagingnya sendiri."

"Lalu apa hubungannya dengan para korban?" Jungkook berusaha mengoreks informasi.

"Tentus saja Karena mereka membunuh anak mereka sendiri, termasuk pendosa yang baru saja kalian selamatkan." Mata nyalang Lee Roojong menatap Hoseok penuh muak, ia menyeringai kecil mendapati kepala Kepolisian itu tersentak kaget.

"Apa maksudmu?" Tanya Hoseok setelah berhasil mengendalikan detak jantungnya yang seketika berdegub kencang. Ia mengingat jelas hasil otopsi korban yang ditemukan, mereka semua memang pernah hamil dan ada kemungkinan menggugurkan kandungan.

"Carrier cantik itu, membunuh anaknya sendiri. Dia membunuh bayi yang bahkan belum menghirup udara di dunia luar."

Hoseok semakin tidak mampu menahan emosinya yang berantakan, ia ingat bagaimana perubahan ekpresi Taehyung saat Seokjin mengatakan tentang hasil auotopsinya dari OBGYN, apakah ini ada hubungannya?

"Dia membunuh anaknya sendiri."

Kemarahan yang entah datang dari mana memaksa Hoseok merangsek ke depan, mencengkram kerah kemeja kotor yang Lee Roojong yang masih mengoceh dengan cara menakutkan. Hoseok tidak peduli pada peraturan investigasi dan interogasi, peduli setan pergelangan tangan laki-laki ini terluka, karena Hoseok mendorongnya menjauh dari meja yang terhubung dengan borgol di kedua tangan Lee Roojong.

"Jangan mengada-ada, Brengsek!"

Dan pembunuh itu kembali terkekeh. "Semuanya terlihat jelas, aku melihatnya, tanda pendosa di atas kepalanya. Stigmanya terlihat jelas di mataku."

"Apa yang sebenarnya kau katakan?!" Hoseok mendesis bahaya.

"Orang yang kau selamatkan itu membunuh anaknya sendiri."

S T I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang