Different~

1.4K 135 26
                                    







"udah sih, ngapain kamu liat terus," ucap Jihoon pada sahabatnya sambil mengetuk ketukkan pensil yang ia pegang ke atas meja agar orang yang diajak bicara kembali fokus dengan pekerjaannya.


"apaan sih." Sahut Doyoung yang kembali ke bukunya yang beberapa saat lalu diabaikan.


"Young.. Young.. dulu aja disia - siain. Sekarang dia uda tak peduli lagi sama kamu, kenapa? kamu mulai suka. Cihh... " timpal Jihoon tanpa mempedulikan reaksi sahabatnya.


Doyoung terhelak, ia hanya bisa mendengarkan semua ucapan sahabatnya itu. Iya Jihoon benar, pemuda manis yang sedari tadi dilihatnya itu dulu suka padanya. Tapi itu dulu, sebelum Doyoung mempermalukannya di depan teman temannya satu sekolah.


Doyoung memang brengsek menyakiti pemuda ramping nan manis itu. Bahkan Yedam –pemuda manis— itu tidak pernah sekalipun mengganggu Doyoung meskipun ia menyukainya sekalipun.


Yedam hanya melihat Doyoung dari jauh, memberikan setiap perhatiannya lewat teman dekat Doyoung, Jihoon.


Seperti saat Doyoung sedang sakit, Yedam akan membuatkannya bubur dan menitipkan kepada Jihoon untuk memberikan kepada Doyoung.


Atau saat tiba - tiba turun hujan, Yedam akan senang hati meninggalkan payungnya didekat loker Doyoung untuk dipakai pemuda kesukaannya itu. Sedang Yedam? Ia akan menggunakan tas atau jaketnya untuk menembus dinginnya hujan.


Apakah Yedam mengganggu Doyoung?














***

Bel pulang sekolah tak terasa sudah berbunyi. Semua siswa mulai mengemasi barangnya dan bersiap untuk pulang.


"Dam, kamu langsung pulang?" tanya Haruto sahabat sekaligus teman satu bangku Yedam.


"haah...? sepertinya tidak, kamu pulang duluan saja." Jawab Yedam sambil terus mengemasi barangnya.


"Yakin? Aku mau sekalian cari kado buat adiknya Junkyu hyung nih,"


"aaiish... malas ngikutin kalian pacaran.!" Sungut Yedam kesal.


"duh... makanya cepet cari pacar giih..." ujar Haruto sambil mencubit gemas pipi Yedam yang membuat si empu meringis kesakitan lantas melepas paksa tangan Haruto dari pipinya.


"sialan...! SAKIT HARU~...!"


Tawa Haruto menggema di seluruh ruang kelas. Ia puas mengerjai sahabat manisnya itu.


"oke... duluan yaa Dam..." ucap Haruto sambil mencuri kecupan singkat di pipi Yedam dan lari sebelum dirinya dilempar kursi oleh si manis.


"YAAA..... NARUTO SIALAN.....!!!"


Tanpa mereka berdua sadari dari tadi, percakapan singkat kedua sahabat itu didengar baik oleh Doyoung yang saat itu juga masih berada di dalam kelas.


Setelah kepergian Haruto, Yedam segera meninggalkan kelasnya dan pulang ke rumah. Namun saat ia di koridor yang saat itu cukup sepi, sesorang memanggil namanya. Cukup keras memang, namun Yedam pura pura tak mendengar dan mempercepat langkahnya.


"Dam..."


"..."


"Yedam... tunggu, aku cuma mau ngembaliin buku tugas kamu, tadi tertinggal."


'aaah bego, kenapa bisa ketinggalan sih bukunya,' batin Yedam.


"makasih..." jawab Yedam seadanya.


Saat Yedam hendak berbalik dan melanjutkan langkahnya, Doyoung kembali berucap yang sontak menghentikan langkah Yedam.


"Cuma itu..."


Yedam berbalik, mengernyitkan keningnya dalam.

"Terus? Aku harus berteriak dihadapan orang satu sekolah kalau kamu udah baik mau balikin buku ku yang tertinggal? Gitu? Maaf, buka tipeku.." sinis Yedam.


Doyoung membuang napas lelah, ia hanya ingin lebih banyak mengobrol dengan Yedam. Ia tau Yedam tidak akan begitu saja mau nerima permintaan maafnya. Tapi Doyoung harus tetap berusaha bukan?


"Dam, aku minta maaf. Jangan egois. Aku cuma mau memperbaiki kesalahanku dulu.."


"kamu? Memperbaiki kesalahan? Sekarang? Gak salah nih?"


Doyoung terdiam. Ia hanya bisa menatap Yedam sendu. Ia tau dirinya salah, tapi ego nya dulu telah menguasainya dan membuat dirinya menutup mata rapat - rapat untuk Yedam.


"Kemana kamu 4 bulan lalu Young? Kemana kamu saat aku butuh bantuan? Kemana kamu saat aku butuh seseorang untuk menghapus air mata karena teman - teman kamu? Kemana kamu saat aku butuh perhatianmu? Kemana kamu....."


Doyoung menarik Yedam ke dalam pelukannya, ia tak tega melihat air mata Yedam. Ia salah meninggalkan Yedam saat itu. Doyoung terlalu memikirkan egonya.


Yedam berusaha melepaskan pelukan Doyoung, tapi apa daya kekuatan Doyoung lebih besar dan usahanya sia - sia.


Setelah tangisan Yedam mereda, Doyoung melepaskan pelukannya. Menatap Yedam yang masih menunduk terisak.


"Aku minta maaf Dam~..."


"Bukannya kamu yang meninggalkanku? Bukannya kamu yang egois? Emang dulu kamu peduli sama perasaanku? Peduli sama rasa khawatirku saat tau kau sakit? Peduli sama semua usaha yang kulakuin buat bisa buat kamu sadar 'ada aku'? engga kan...! kamu sama sekali gak peduli Young."


Suara Yedam mengecil di akhir, ia lelah. Saat ini Yedam hanya ingin pulang ke rumah. Tidur memeluk pinky yang selama ini memang selalu menemaninya.


Yedam rindu pink panther nya...


"Dam...."


"kamu jahat Young, berapa banyak lagi luka yang harus kamu kasih ke aku? Berapa banyak lagi rasa kecewa yang harus ku terima Young? Ngilangin luka itu gak gampang Young. Oke, aku memang sudah maafin kamu, tapi buat ngilangin luka itu. Susah Young...."


"...."


"Yedam ini, bukan Yedam yang dulu diam diam ngasih perhatian ke kamu lewat Jihoon. Yedam yang dulu udah gak ada Young."


Yedam berbalik melangkahkan kakinya, meninggalkan Doyoung yang masih terdiam menatap kepergian Yedam. Kali ini langkah kaki Yedam terasa lebih ringan. Serasa semua beban yang selama ini dia panggul lenyap.


"kamu baik Young?" tanpa diduga, Jihoon dari tadi menyaksikan drama yang dilakoni sahabat nya itu.


Doyoung hanya bergumam pelan masih menatap punggung Yedam yang semakin mengecil hingga hilang di belokan. Jihoon merangkul pundak sahabatnya, menepuknya pelan memberikan semangat.


"lain kali, hargai perasaan orang Young, jangan disia siain."













END...

I For You | DoDam ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang