2. awal dari segalanya

26 9 1
                                    

Happy reading!

______________

10 tahun lalu.

Namaku Natalia. Usiaku 6 tahun. Aku ini putri duyung yang belum bisa berenang dengan lincah. Mungkin karena usiaku. Ah tidak juga. Bukan karena usiaku. Aku juga tidak tahu kenapa ekor ku sangat sulit untuk ku gerakkan. Padahal duyung yang berusia di bawahku sudah pandai berenang.

Ibu dan kakak ku sangat over protektif karena itu. Mereka mendampingiku kemana mana. Bahkan meskipun masih dalam wilayah bangsa duyung. Dan itu membuatku kesal. Anak anak lain sering mengejekku.

Tapi malam ini diam diam aku pergi sendiri. Berusaha dengan ekorku yang kaku. Dan aku bukan sekedar keluar dari wilayah. Aku pergi ke permukaan. Malam ini bulan sedang purnama. Besar sekali. Indah sekali. Terang sekali. Bahkan saking terangnya dapat menembus tabir yang dibuat oleh pemimpin bangsa duyung. Cahaya indahnya benar benar membuatku ingin melihat kecantikannya secara langsung.

Jadilah sekarang aku berada di permukaan. Melihat langsung purnama yang menggantung di langit langit malam. Dihiasi oleh bintang gemintang yang bertaburan mempesona.

Ombak tenang. Lautan memantulkan cahaya terang rembulan. Terlihat ikut bersinar. Ah kenapa di saat seperti ini semua duyung sedang tidur ya. Mereka aneh sekali. Katanya cahaya dari purnama membuat mereka mengantuk. Aku tidak tuh. Haha mungkin yang aneh itu aku.

Perhatianku dari rembulan teralihkan. Aku langsung menoleh ketika ada segerombol manusia berada di atas karang yang tinggi. Aku segera menyelam. Sembunyi di balik karang lain yang jauh dari mereka.

Hey bukankah ini sudah malam... Kenapa mereka ada di sini? Dan juga... Meskipun saat siang hari, jarang sekali manusia kemari.

Karang itu memang tersambung dengan daratan. Tapi jaraknya sangat jauh. Harus mendaki gunung yang banyak binatang berbahaya.

Dan juga seharusnya tidak ada yang berani masuk ke gunung itu. Bangsa kami sering membuat kabut dan membuat eror alat elektronik mereka agar manusia tersesat dan tidak bisa sampai di sana.

Astaga apa jangan jangan mereka sudah tau tentang bangsa kami? Hingga nekad pergi ke sini malam malam begini.

Aku yang hendak pergi untuk memperingatkan bangsaku terhenti saat melihat manusia manusia itu pergi. Mereka benar benar pergi setelah melemparkan sesuatu.

Dengan susah payah aku berenang menyelam. Mataku bersinar biru membuatku bisa melihat di kegelapan laut yang dalam. Aku ingin melihat benda apa yang mereka lemparkan.

Aku langsung terhenti. Itu bukan benda. Mereka melemparkan manusia.

Jadi manusia manusia itu jauh jauh kemari saat malam hari untuk membuang mayat? Kenapa? mereka jahat sekali!. Padahal dari golongannya sendiri.

Kulihat mayat manusia itu terus tenggelam ke dalam lautan gelap. Kedua tangannya diikat ke belakang. Begitu juga kakinya juga diikat. Mulutnya di sumpal dengan kain.

Saat aku mendekat. Aku salah. Manusia itu belum mati. Matanya terbuka dan ia melihatku. Ia menatap mataku. Tatapannya memohon meminta bantuan ku.

Tanpa pikir panjang aku segera meraihnya. Maaf ibu... Aku mengabaikan laranganmu. Kalau aku tidak menolongnya dia akan mati. Aku yang masih 6 tahun ini tidak bisa diam saja melihat seseorang meregang nyawa di depanku.

Aku membawanya ke permukaan air. Manusia itu sudah tak sadarkan diri. Susah payah aku menariknya ke salah satu karang besar yang menonjol di atas permukaan air. manusia ini harus menghirup udara. Dan mengeluarkan air laut dari tubuhnya.

Natalia, Little MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang