3. Ciuman itu...

21 9 0
                                    

Happy reading

____________

"Hey Nat... Apa kau tidak terlalu memaksakan diri, ekormu sakit kan?"

Ya ekorku sakit! Sakit sekali. Aku ini tidak tahan kalau harus menggerakkannya dengan lama apalagi secepat ini. Tapi... Tangan ku yang memegang kakinya terasa hangat. Padahal air lautnya dingin. Dan juga ada bau amis tercium hidungku.

"Diam dan cepatlah... Darahnya terus mengalir. Kalau ada hiu yang menciumnya bisa gawat." Bentakku mengabaikan rasa sakit di ekorku.

"Heh... Kita berikan saja. Toh memang ini makanannya"

Aku melotot. Kalau aku tidak sedang memegang anak manusia ini, sudah kupukul Arias sekarang. Enak saja dia bilang kalau manusia itu makanannya hiu.

"Jangan begitu. Aku sudah berteman dengannya"

Arias berhenti. Ia melepaskan tangannya dari kepala anak manusia ini. Aku segera pindah ke kepala. Memastikan ia tetap berada di atas permukaan.

"Hey kau gila! Dia tidak bisa bernapas di dalam air!"

"Nat... Ini tidak benar. Ayo pulang" Ujar Arias tegas. Menarik tanganku. Aku hampir melepaskan anak manusia ini. Aku segera menepis tangan Arias.

"Ya sudah! Kalau kau tidak mau membantuku biar kubawa dia sendiri! Aku membencimu!"

Baiklah aku sudah menangis sekarang. Ekorku sakit hatiku juga sakit. Aku hanya ingin menyelamatkan satu nyawa. Kenapa harus dibilang tidak benar? Jadi kalau aku membiarkannya mati itu benar? Anak ini tidak berdosa hingga harus mati. Apa hanya karena dia manusia dia tidak pantas diselamatkan? Padahal anak ini baik.

Kenapa Arias yang biasanya baik jadi jahat? Agh sudahlah kalau aku sudah mengantarnya selamat sampai ke daratan aku akan memukul kepala Arias dengan batu.

"Sebenarnya otakmu itu isinya apa sih? Apa kau makan batu. Keras kepala sekali"

Baiklah ku tarik kalimat ku tadi. Sekarang Arias membantuku mendorong kaki anak ini.

"Ini juga darahnya amis banget. Aku benci bau darah. Tapi aku lebih benci kepalanya." Arias terus mengeluh. Tapi ia mendorong dengan cepat sampai sampai aku ikut terdorong. Ah Arias dia bertukar tempat supaya aku tidak perlu mendorong dan menggerakkan ekorku terlalu keras.

"Kau juga... Pantas saja aku sulit menariknya. Kau tadi hanya bergantung ya?"

Ah sudahlah meski baik Arias memang sangat menyebalkan. Tapi dia satu satunya temanku. Temanku yang paling berharga.

"Kau tidak boleh hanya bergantung. Manusia ini tanggung jawab mu. Kau yang ingin menolongnya. Kalau aku sih lebih suka memberikannya pada hiu. Tapi kau payah sekali dalam berenang sedangkan aku perenang tercepat. Jadi kalau kau lelah kau boleh bergantung. Kau itu hanya menghambat tau nggak!"

Aku tertawa. Jadi sebenarnya aku boleh bergantung apa tidak sih?

"Hey apa yang lucu! Jangan menertawakanku!" Arias mendelik.

"Ah maaf... Habisnya kau ini cerewet sekali Ar. Tapi terima kasih"

Samar samar aku melihat Arias tersenyum. Ia mempercepat laju renangnya. Karena aku tidak bisa mengimbangi nya jadi kuputuskan hanya bergantung saja. Sambil mengarahkan supaya tidak menabrak karang dan memastikan anak manusia ini tetap bisa bernapas di atas permukaan.

Natalia, Little MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang