"makasih yah kak udah bantu aku," kata Adira mengucapkan terima kasih banyak kepada lelaki itu karena sudah menolong dirinya saat tadi.
"Sama-sama oh iya kita belum kenalan," ucap lelaki itu ingin berkenalan dengan Adira lebih dekat lagi.
"Iya juga sampai lupa yah hehe," ujar Adira sambil terkekeh.
"Kenalin aku Arka Wijaya." Arka mengulurkan tangannya untuk bersalaman padanya, ia pun membalas jabatannya.
"Adira Ravindra Fairuz." Adira menjambat tangan milik lelaki itu, sambil menatapnya dengan tersenyum.
"Nama yang cantik seperti orangnya," gombal Arka membuat Dira tersipu malu padanya.
"Bisa aja kamu, oh iya umurnya berapa," tanya Arka, ia ingin tahu umur gadis itu.
"Umurku 19 tahun kalo kamu," jawab Adira bahwa umur dirinya masih 19 tahun, sebentar lagi dirinya akan lulus sekolah.
"Aku 18 tahun jadi aku panggil kamu kakak dong karena kamu lebih tua," kata Adira, ia tidak menyangka jika usia lelaki itu lebih tua dari dirinya.
"Panggil Arka saja," ucap Arka, bahwa dirinya hanya ingin di panggil nama saja.
"Nggak enak dengarnya aku panggil kakak aja yah," tegur Adira, ia ingin memanggil lelaki itu dengan sebutan kakak saja. Karena tidak enak juga, usia lelaki itu lebih tua dari dirinya.
"Terserah kamu saja hehe," kata Arka, sambil tersenyum.
"Tadi sahabat kakak siapa namanya kak," tanya Dira, ia ingin tahu nama lelaki itu.
"Oh dia Alvin Alexander Agatha biasa dipanggil Alvin dia memang begitu siftnya dingin kayak batu es," jawab Arka, ia sudah sangat tahu sekali tentang sahabatnya itu.
"Hahaha aneh-aneh aja kak," kata Adira, sambil terkekeh mendengar ucapan dari lelaki itu.
"Maaf yah perkataan alvin tadi." Arka meminta maaf padanya, karena sahabatnya sudah membuat dirinya malu.
"Iya gapapa santai aja kali kak. Kalau boleh tau, memangnya kenapa dia bersikap begitu pada perempuan kak?" Dira menanyakan tentang sahabatnya yang tidak suka pada wanita.
Flashback on
Setiap hari Alvin selalu menanyakan kabar tentang pacarnya tentang makan, lagi dimana, lagi apa? Dia begitu sangat mencintainya, tapi setelah melihat kejadian itu hubungan mereka putus. Hanya karena ada orang ketiga yaitu sahabatnya sendiri yang selalu ada buatnya. Tetapi, malah bermain api dibelakangnya.
"Hai sayang," sapa Tissa pada Alvin yang sudah datang menemui dirinya bersama sahabatnya juga.
"Hai juga." Alvin mengecup pipi Tissa dan memeluknya, disebelahnya Reno cemburu melihatnya. Tetapi, ia harus tahan demi mendapatkan harta sahabatnya sendiri.
"Hey ren lu ngapain disini sama Tissa?" Alvin heran kenapa dia bisa berada disini, padahal mereka berdua tidak membuat perjanjian untuk bertemu.
"Hey bro, tadi gw nganterin Tissa kasihan dia tadi dijalan mobilnya mogok. Jadi, gw bawa dia deh ke sini." Reno menjabat tangan sahabatnya dia bersikap baik padanya, agar rencananya berhasil untuk mendapatkan hartanya
"Loh kamu gak bilang ke aku kalo mobil kamu mogok." Alvin menaikkan kedua alisnya, kenapa dirinya tidak menelponnya jika mobilnya mogok.
"Maaf sayang aku gak mu ngerepotin kamu takutnya kamu lagi dijalan aku takut kamu kenapa-napa." Tissa memiliki sebuah alasan mengapa dia tidak menelpon kekasihnya saja.
"Hey aku gak suka yah kamu seperti ini, aku takut kamu kenapa-napa dijalan gimana?" omel Alvin padanya ia takut, jika wanita yang ia cintai kenapa-napa dijalan untung ada sahabatnya yang menolongnya
"Maafin aku yah." Tissa menundukkan kepalanya
"Aku maafin kamu hari ini jangan diulangi lagi yah." Alvin mengangkat dagu Tissa dan mengusap rambut kepalanya.
"Iya." Tissa tersenyum ke arah mata Reno dengan tersenyum senang rencananya berhasil.
"Aku ke toilet dulu yah," izin Alvin untuk pergi ke toilet hanya sebentar saja, lalu Tissa mengangguk.
"Jangan lama-lama," membuat langkah Alvin berhenti.
"Kenapa" Alvin menaikkan kedua alisnya.
"Nanti aku kangen hehe," ucap Tissa sambil terkekeh.
"Ada-ada aja kamu makin sayang deh." Alvin tidak berhentinya menciumnya karena gemas padanya.
"Sudah sana ke toilet nanti pipis disini lagi," tegur Tissa sambil tertawa meledeki kekasihnya itu.
"aku ke toilet dulu jangan kangen aku yah." Alvin pun segera pergi ke toilet terlebih dahulu.
"Gak Sudi gw kangen sama lu." Tissa menatap sinis ke arah punggung Alvin yang sudah menjauh. Tissa memang berpura-pura baik hanya di depan Alvin saja. Sedangkan di belakangnya, ia sangat membenci lelaki itu.
"Tapi suka 'kan digombalin," ejek Reno.
"Yah gak lah aku hanya cinta sama kamu aja," ucap Tissa.
"Huhu sayangnya aku makin cinta deh," Reno mencubit kedua pipi Tissa dengan gemas melihatnya.
"Jangan gitu nanti bisa-bisa kita ketahuan lagi sama Alvin." Tissa melepaskan cubitan dari Reno.
Saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba saja Alvin sudah kembali datang ke tempat kekasihnya lagi.
"Sayang," panggil Alvin yang sudah kembali dari toilet.
"Iya kenapa sayang?" jawab Tissa, bertanya-tanya kepada kekasihnya mengapa dia memanggil dirinya.
"Hmm gimana yah mamah nelpon aku katanya aku harus pulang," kata Alvin, mengucapkan kepada kekasihnya bahwa orang tuanya sudah menelpon dirinya untuk pulang ke rumah.
"Yasudah pulang saja sana kasihan mamah kamu nungguin," pinta Tissa, meminta Alvin untuk segera pulang saja. Lagi pula, ia ingin bersenang-senang dengan kekasihnya lagi.
"Tapi gimana kamu pulangnya sama siapa?" tanya Alvin, ia hanya khawatir dengan gadis itu. Kalau dirinya pulang ke rumah, nanti siapa yang akan mengantarkan kekasihnya pulang ke rumahnya.
"Tissa biar gw aja yang nganter bro," sahut Reno, bahwa dirinya sudah siap ingin mengantarkan kekasihnya itu pulang ke rumahnya.
"Gw udah banyak ngerepotin lu Ran," sahut Alvin, dirinya bukan ingin menolak Reno untuk mengantarkan kekasihnya pulang. Tetapi, ia sudah banyak sekali merepotkan sahabatnya itu.
"Sama siapa aja deh lu, tenang aja gw bakal jagain Tissa dengan aman kok." Reno ingin meyakinkan sahabatnya, bahwa ia bisa menjaga kekasihnya itu. Lagi pula, Tissa juga kekasih dirinya. Jadi, ia akan selalu tetap menjaganya.
"Yaudah gw titip Tissa yah." Reno pun hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Sayang aku pergi dulu yah jangan main-main sama sahabat ku," ledek Alvin, hanya ingin meledeki kekasihnya saja.
"Yah gak lah sayang aku hanya cinta sama kamu," kata Tissa, bahwa dirinya hanya mencintai kekasihnya saja. Tidak mungkin ia mengkhianati kekasihnya sendiri, tapi nyatanya ia memang sudah mengkhianati kekasihnya itu.
"Iya aku percaya sama kamu kok aku pulang dulu yah." Alvin mencium kening Tissa kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Astaga kenapa kunci mobil gw sampai ketinggalan sih," gumam Alvin yang sudah berada di luar Cafe.
"Balik lagi aja deh" Alvin pun berjalan memasuki cafe tadi tidak sengaja ia mendengar percakapan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira Ravindra
Любовные романыJangan lupa follow vote and coment hargai karya orang Tidak mengikuti perintah diatas tidak usah baca👌🏻 Part selanjutnya akan saya private kalian masih bisa baca kok setelah follow akun saya Semakin banyak votenya semakin cepat juga updatenya Kalo...