Bertemu

23 8 6
                                        



"Kuy turun gais, ayo semuanya kita turun," jangan tanya itu omongannya siapa. Jelas itu si Lucas.

"Aishh berisik lu," tegur Azura.

"Etdah cewe ribet banget, kalo ga suka tutup kuping kan bisa," balas Nisa tak suka.

Satu persatu dari mereka turun dari bis dan mengedarkan pandangan ke penjuru tempat, mengenali tempat yang akan mereka tinggali selama beberapa minggu kedepan.

"Nah itu tempat tinggal sementara kalian, ada banyak kamar disitu. Kalian urus sendiri untuk urusan kamar, setelah itu kalian bisa istirahat. Tapi jangan lama-lama, 30 menit saya dan Dery tunggu di bangunan itu." ucap Kun dengan menunjuk satu bangunan seperti sebuah gelangga olahraga.

"Ayo, jangan diem aja. Gerak cepet dong!" heboh Hendery seketika yang membuat beberapa orang di sekitarnya terlonjak kaget dan segera merapikan barang bawaan mereka.

Rintangan baru akan dimulai.

Ya gimana tidak, mau ke camp aja menaiki anak tangga yang ga tau ada berapa anaknya.

"OMG! Ini anaknya ada berapa gusti!" teriak Mark heboh.

Membuang nafas panjang akhirnya satu persatu dari mereka menaiki anak tangga itu.

"Ishh, kenapa sih ka Jae bawain barang kayak bawa rumah aja, ini isinya batu sungai nih ya. Berat banget yaallah," menaiki anak tangga dengan susah payah, dilihatnya semua teman-temannya telah meninggalkannya seorang diri yang masih kesulitan membawa tas yang ia pegang.

"Eh, woi tolongin dong ini. Mark tolongin Mark!" teriak Nisa.

BRAKK

Telah jatuh sebuah tas dengan berat yang melebihi dosa seorang Lucas.
/maapin gua Cas/

Menghela nafas panjang Nisa melirik pelaku yang dengan tidak sopannya menabrak bahu dirinya, hendak mengomel tetapi diurungkan niatnya, kenapa? Yang dorong soalnya cakep.

"Ehh maaf, ga sengaja," ucap lelaki tersebut yang hendak mengambil tas yang ia jatuhkan tadi.

"O-oh iya gapapa k-kok, lagi ga fokus aja jadi gampang oleng," gelagap Nisa.

Hendak mengambil kembali tas yang terjatuh, tetapi ada oknum yang langsung mengambil tas tersebut dan memberikan kepada pemiliknya.

Diapit oleh dua orang yang sangat tampan membuat Nisa mau pingsan aja rasanya.

"E-eh makasih ya," mengambil tas dari sesosok yang baru saja menyelamatkan barang bawaannya, pria itu tersenyum memperlihatkan rentetan gigi yang tersusun rapi tersebut.

"Ehh, ganteng," gumam Nisa, tetapi masih didengar samar oleh orang tersebut.

"Kenapa?" tanya orang tersebut.

Menggelengkan kepala lalu tersenyum malu, "ga-gapapa kok."

Berjalan beriringan menaiki anak tangga hingga titik terakhir membuat ketiga orang tersebut menghirup udara sebanyak mungkin dan merenggangkan badan mereka.

"Terimakasih, tapi aku harus cepat menuju camp. Aku duluan kalo begitu," ucap Nisa dengan berjalan tergesa-gesa menuju tempat yang dimaksud para ketua mereka.

"Tunggu kita juga mau kesan-a," belum menyelesaikan ucapannya, namun Nisa telah pergi dari pandangan mereka.

Menepuk pundak sang sahabat, Jeno berjalan meninggalkan Jaemin yang masih berdiri di tempatnya itu. Terkekeh karna ia tahu sifat sang sahabat adalah sifat yang sudah hilang sejak lama, ia tak pernah melihat bahwa Jaemin terpaku ketika melihat wanita ceroboh seperti itu.

Jeno sangat mengetahui tentang hubungan Jaemin dengan tunangan yang diutus oleh sang keluarga mereka. Pada saat mengetahui bahwa sang sahabat akan bertunangan, Jeno melihat bahwa Jaemin sangat tak menyukai rencana keluarganya tersebut.

"Cantik ya?" tanya Jeno tiba-tiba.

Tersenyum mendengar sang sahabat bertanya seperti itu, jujur bagi Jaemin Nisa memang cantik, tapi bukannya semua wanita itu cantik. Tapi sifat wanita itu yang membuat Jaemin menyukai itu.

~•~

Berlari dengan dengan nafas yang memburu agar cepat sampai ditempat camp, dilihatnya para temannya yang terlihat kebingungan mencari sesuatu.

"Nyari apaan?" tanya Nisa heran dengan nafas yang masih diaturnya.

"Nyariin lu, lu kemana sih? Ngilang gitu aja," celoteh Zeline.

"Heh, kalian ya semua. Gua tuh udah teriak minta tolong, ga ada yang mau bantuin," teriak Nisa.

"Dih mana gua tau, suara lu kaga kedengeran," jawab Lucas teriak juga.

"Kuping lu kali yang bermasalah," jawab Nisa tak kalah berisik.

"Udah ayo masuk aja dulu, nanti omongin didalem, cape banget ini," mencegah terjadinya keributan yang akan terjadi, Mark mendorong bahu mereka satu persatu untuk masuk ke dalam camp.

Suasana camp terbilang sangat rapih dan bersih, ya memang tempatnya tidak menarik, tetapi ini cukup untuk tempat tinggal mereka beberapa hari kedepan.

Terdapat beberapa kamar disini, didalam kamar sudah terdapat kamar mandi dan 4 tempat tidur tingkat. Sangat layak untuk dihuni mereka.

"Jadi kita semua ada berapa orang?" tanya Kun seraya menghitung seluruh anggota dari kedua tim tersebut, "kalian digabungin aja ya," tunjuk Kun kepada para anak perempuan disana.

"Setuju ka, lagi pula cewenya ga banyak juga, cuman berlima. Tapi satu kamar cuman 4 tempat tidur, nanti satu lagi akan aku dan Ka Kun usahain buat dapat satu tempat tidur lagi," jawab Dery.

Para wanita disana melirik satu sama lain, masih tak percaya dengan apa yang mereka dengar baru tadi. Bagaimana tidak kejadian di bandara masih teringat jelas di benak mereka. Kejadian yang benar-benar membuat mereka terdapat tembok pembatas yang tinggi.

"Ga salah nih ka?" tanya Keiza tak percaya.

Bingung dengan ucapan dari anak asuhannya Kun menaikkan satu alis kebingungan.

"Gini ka. Tadi kan Ka Kun liat tuh di bandara, gimana rusuh nya mereka bertiga itu, Kak kita tuh ga bisa ka," jelas Azura.

"Ya lalu kenapa? Ga suka? Cari sama kamar lain. Kita bisa kok bertiga doang, ribet banget deh human," menjawab protesan dengan mata sinis Zeline terlihat sangat menakutkan.

"Pokonya kalian berlima ya, kita sekarang satu tim oke. Udah ga ada yang protes lagi. Kalian harus akur, ga mau tau pokoknya kalian jangan ada yang berantem apalagi saling menghakimi satu sama lain," jelas Kun panjang lebar diangguki juga oleh para pria disana.

Masih dalam keadaan panas, lalu seketika ada dua orang yang datang dari arah pintu masuk dengan membawa beberapa barang bawaan.

"Maaf kita telat," ucap salah satu dari mereka.

Atensi mereka semua ke arah pintu masuk, karna diluar cukup cerah jadi wajah dua orang ini tak terlihat. Hanya sebuah siluet hitam nan tinggi yang mereka lihat.

"Ohh kalian udah datang. Sini masuk," sapa Kun yang langsung membuat kaget beberapa orang disana.

Memasuki ruangan dengan sangat pelan, membuat mereka masih bertanya siapa dua orang tersebut. Hingga salah satu dari mereka menyadari sesuatu.

"Kamu?"

Mendengar itu dua orang tersebut tersenyum dan berkata, "halo kita bertemu kembali."































TBC






Halo kalian, udah lama banget ga up cerita ini. Ga tau deh masih ada yang mau baca apa tidak.

Soalnya selama bulan puasa ga dikasih pikiran buat berhalu ria. Lalu setelah puasa baru dikasih pikiran buat ngehalu.

Nah mangkanya baru up sekarang.

Bagaimana hari-hari kalian?

Tetap semangat dan menjaga kesehatan ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VOLUNTEER || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang